Lompat ke isi

Penghimpitan dan keambrukan kerumunan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Remuknya kerumunan adalah sebuah insiden katastropik yang dapat terjadi ketika jumlah orang yang berada pada suatu ruang terbatas menjadi terlalu padat. Ketika kerumunan orang mencapai atau melebihi kepadatan empat hingga lima orang per meter persegi, tekanan pada masing-masing individu dapat menyebabkan kerumunan tersebut ambruk dengan sendirinya, atau menjadi begitu padat yang mengakibatkan orang-orang berhimpitan dan kehabisan nafas.

Pada kepadatan ini, sebuah kerumunan dapat mulai bertingkah seperti cairan, menyapu individu-individu di sekitarnya di luar kehendak mereka. Insiden semacam itu dapat terjadi pada acara-acara besar seperti pertandingan olahraga, acara komersial, sosial, maupun acara keagamaan. Faktor terpenting penyebab insiden ini adalah kepadatan kerumunan ketimbang ukuran kerumunan.

Beberapa contoh dari insiden ini adalah seperti insiden desak-desakan Mina 2015 yang menewaskan lebih dari dua ribu orang, insiden Kanjuruhan 2022, dan insiden Itaewon 2022.

Diperkirakan dari insiden-insiden remuknya kerumunan yang terjadi di dunia dari tahun 1992 hingga 2002, terdapat sekitar 66.000 orang yang cedera karenanya.

Latar Belakang

Sebuah penelitian menghitung bahwa ada 232 kematian dan lebih dari 66.000 orang cedera dalam sepuluh tahun antara tahun 1992 dan 2002,[1] dan diyakini oleh para ilmuwan kerumunan bahwa insiden semacam itu sangat jarang dilaporkan meskipun dengan frekuensinya yang semakin meningkat. Salah satu estimasi menyebutkan, dari sepuluh korban cedera kerumunan yang terjadi dalam penjualan doorbuster, hanya satu yang dilaporkan, selain itu banyak, jika bukan sebagian besar, korban cedera pada konser rock sama sekali tidak dilaporkan.[1]

Dinamika

Setiap orang rata-rata menempati ruang lantai oval sekitar 30 x 60 cm, atau 18 meter persegi, dan pada kepadatan 1 hingga 2 orang per meter persegi tiap-tiap individu dapat bergerak bebas tanpa bersentuhan. Bahkan jika mereka bergerak dengan cepat, pada kepadatan ini, sangat mungkin untuk menghindari rintangan dan kemungkinan terjadinya insiden yang berhubungan dengan kerumunan sangatlah kecil.[2] Namun pada kepadatan 5 orang per meter persegi, kemungkinan untuk dapat bergerak dengan bebas menjadi terbatas, sedangkan pada kepadatan yang lebih tinggi seperti 6 hingga 7 orang per meter persegi, tiap-tiap individu menjadi saling berhimpitan, dan menjadi tidak dapat bergarak atas kemauan sendiri. Pada titik ini, kerumunan dapat mulai bertindak seperti cairan, dengan sejumlah individu digerakkan oleh tekanan dari orang-orang yang berada di sekitar mereka, dan gelombang kejut dapat terlintas di dalamnya seiring dengan berubahnya tekanan di dalam kerumunan tersebut.[3] Hal ini bisa sangat berbahaya, meskipun dalam beberapa kasus hal ini secara aktif dicari, seperti di konser rock[4] atau pertandingan sepak bola,[5] di mana kegembiraan, kebersamaan, dan secara harfiah 'mengikuti arus' adalah bagian yang esensial dari pengalaman tersebut, dan kegiatan seperti menari dan bernyanyi menjadi pemandangan yang umum pada kegiatan ini. Bahaya yang melekat dalam kondisi ini adalah kerumunan orang tersebut dapat ambruk dengan sendirinya, atau menjadi sangat padat sehingga individu-individu akan terhimpit dan kehabisan napas.

  1. ^ a b Pearl 2015, hlm. 4.
  2. ^ Pearl 2015, hlm. 6.
  3. ^ Pearl 2015, hlm. 7.
  4. ^ Hill, Tia (2019-11-27). A Crowd Safety Expert Explains Why People Mosh. Genius. 
  5. ^ Sampara, Pete "Kopite". "Kop memories". LFCHistory.net.