Tuhan personal
.
Pandangan agama
Agama abrahamik
Yahudi
Teologi Yahudi menyatakan bahwa Tuhan bukanlah suatu pribadi. Pandangan ini juga ditentukan beberapa kali dalam Perjanjian Lama, yang dianggap oleh orang Yahudi sebagai otoritas yang tak terbantahkan untuk iman mereka (Hosea 11 9: "Akulah Tuhan, dan bukan manusia". Bilangan 23 19: "Tuhan bukan manusia.", bahwa Ia harus berdusta". 1 Samuel 15 29: "yang mulia israel tidak berdusta dan tidak menyesal sebab ia bukanlah manusia"). Namun, sering ada referensi tentang karakteristik antropomorfik Tuhan dalam Alkitab Ibrani seperti "Tangan Tuhan." Yudaisme berpendapat bahwa hal ini harus dianggap hanya sebagai kiasan. Tujuan mereka adalah untuk membuat Tuhan lebih dapat dipahami oleh pembaca manusia. Karena Tuhan berada di luar pemahaman manusia, ada berbagai cara untuk menggambarkannya. Dia dikatakan sebagai pribadi (dalam arti kemampuan orang untuk berdoa kepada Tuhan) dan impersonal (dalam arti ketidakmampuan orang untuk mencapai Tuhan): Dia memiliki hubungan dengan ciptaannya tetapi melampaui semua hubungan.[1]
Kristen
Dalam kasus kepercayaan Kristen pada Trinitas, apakah Roh Kudus itu impersonal atau pribadi,[2] adalah subyek perdebatan,[3] para ahli pneumatologi masih memperdebatkan masalah tersebut. Yesus (atau Allah Anak) dan Allah Bapa diyakini sebagai dua pribadi atau aspek dari tuhan yang sama. Yesus adalah ousia atau substansi yang sama dengan Allah Bapa, dimanifestasikan dalam tiga hipostasis atau pribadi (Bapa, Anak, dan Roh Kudus). Orang Kristen nontrinitarian membantah bahwa Yesus adalah "hipostasis" atau pribadi Allah.
Islam
Islam menolak doktrin Inkarnasi dan gagasan tentang tuhan pribadi antropomorfik, karena dianggap merendahkan transendensi Tuhan. Al-Qur'an menetapkan kriteria transendental mendasar dalam ayat berikut: "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia" [Qur'an 42:11]. Oleh karena itu, Islam dengan tegas menolak semua bentuk antropomorfisme dan antropopatisme dari konsep Tuhan, dan dengan demikian dengan tegas menolak konsep Kristen tentang Trinitas atau pembagian pribadi dalam Ketuhanan.[4][5][6]
Baháʼí
Dalam Iman Baháʼí, Tuhan digambarkan sebagai "Tuhan yang berpribadi, tidak dapat diketahui, tidak dapat diakses, sumber dari semua Wahyu, abadi, mahatahu, mahahadir dan mahakuasa".[7][8] Meskipun transenden dan tidak dapat diakses secara langsung, citranya tercermin dalam ciptaannya. Tujuan penciptaan adalah agar ciptaan memiliki kemampuan untuk mengenal dan mencintai penciptanya.[9] Tuhan mengkomunikasikan kehendak dan tujuan-Nya kepada umat manusia melalui perantara, yang dikenal sebagai Manifestasi Tuhan, yang merupakan para nabi dan rasul yang telah mendirikan agama-agama dari zaman prasejarah hingga saat ini.[10]
Catatan
- ^ "Judaism 101: The Nature of G-d". Jewfaq.org. Diakses tanggal 2018-04-16.
- ^ Fairchild, Mary. "Who Is the Holy Spirit? Third Person of the Trinity". Christianity.about.com. Diakses tanggal 2018-04-16.
- ^ "Is the Holy Spirit a Person or an Impersonal Force?". Spotlightministries.org.uk. 1973-12-08. Diakses tanggal 2018-04-16.
- ^ Zulfiqar Ali Shah (2012). Anthropomorphic Depictions of God: The Concept of God in Judaic, Christian, and Islamic Traditions: Representing the Unrepresentable. International Institute of Islamic Thought (IIIT). hlm. 48–56. ISBN 9781565645837.
- ^ Zafar Isha Ansari; Isma'il Ibrahim Nawwab, ed. (2016). The Different Aspects of Islamic Culture: The Foundations of Islam. 1. UNESCO Publishing. hlm. 86–87. ISBN 9789231042584.
- ^ Ali Ünal. "The Qur'an with Annotated Interpretation in Modern English [Qur'an 112:4]". mquran.org. Tughra Books. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-04. Diakses tanggal 2021-10-14.
- ^ Smith, Peter (2008). An Introduction to the Baháʼí Faith. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 106. ISBN 978-0-521-86251-6.
- ^ Effendi, Shoghi (1944). God Passes By. Wilmette, Illinois, USA: Baháʼí Publishing Trust. hlm. 139. ISBN 0-87743-020-9.
- ^ Smith, Peter (2008). An Introduction to the Baháʼí Faith. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 111. ISBN 978-0-521-86251-6.
- ^ Effendi, Shoghi (1991). The World Order of Bahá'u'lláh. Wilmette, Illinois, USA: Baháʼí Publishing Trust. hlm. 113–114. ISBN 0-87743-231-7.
Referensi
- Norcliffe, David (1999). Islam: Faith and Practice. Sussex Academic Press.
- Jain, Vijay K (2014-03-26), Acarya Pujyapada's Istopadesa – the Golden Discourse, ISBN 9788190363969
- Sangave, Vilas Adinath (2001), Aspects of Jaina religion (edisi ke-3), Bharatiya Jnanpith, ISBN 81-263-0626-2
- Rankin, Aidan (2013), "Chapter 1. Jains Jainism and Jainness", Living Jainism: An Ethical Science, John Hunt Publishing, ISBN 978-1780999111
- Jain, Vijay K. (2013). Ācārya Nemichandra's Dravyasaṃgraha. ISBN 9788190363952.
Non-copyright