Lompat ke isi

Pertempuran laut terbesar dalam sejarah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 13 November 2022 11.47 oleh Bot5958 (bicara | kontrib) (Perbaikan untuk PW:CW (Fokus: Minor/komestika; 1, 48, 64) + genfixes)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Penyebutan " Pertempuran laut terbesar dalam sejarah " terhadap suatu pertempuran diperdebatkan oleh sejarawan yang memiliki kriteria penentuan berbeda, ada yang menggunakan kriteria berdasarkan jumlah personil dan/atau kapal yang terlibat, dan ada yang berdasarkan total berat benaman kapal yang terlibat. Untuk pertempuran laut yang terjadi di zaman modern, umumnya sudah terdokumentasi dengan baik, sementara catatan pertempuran dari masa pra-Renaisans secara umum dianggap oleh penulis sejarah kontemporer dibesar-besarkan.

Pada tahun 1975, Helmut Pemsel mencoba mengevaluasi pertempuran laut dalam sejarah menggunakan sistem penilaian. Dia menetapkan skor untuk masing-masing dari empat aspek pertempuran sebagai berikut; Data angka (personil, kapal) yang terlibat (1-4), Dampak Strategis (0-2), Eksekusi Taktis (0-2) dan Dampak Politis (0-1). Menurutnya, pertempuran laut terbesar yang pernah ada adalah Pertempuran Teluk Leyte dengan total 8 poin, dan enam lainnya imbang di urutan kedua dengan 7 poin: Salamis, Kepulauan Aegates, Aktion, La Hogue, Trafalgar dan Jutlandia.[1]

  • Salamis, September 480 SM. Sebanyak 371 kapal Armada Yunani mengalahkan 600–900 kapal Armada Persia dalam pertempuran menentukan lepas pantai Athens. Secara umum, kapal trireme Yunani memiliki kru kapal sebanyak 200 orang dan kapal penteconter memiliki kru pendayung 50 orang, tetapi total jumlah personil dari dua belah pihak yang terlibat pertempuran tidak dapat dipastikan.
  • Tanjung Ecnomus, 256 SM. Salah satu pertempuran laut terbesar pertama yang dimenangkan oleh Romawi Kuno terhadap rivalnya, Kartago dalam Perang Punik I. Pertempuran ini melibatkan 680 kapal dan 300.000 personil dari dua belah pihak. Total korban jiwa 40.000-50.000 orang, dengan 10.000 dari pihak Romawi, sisanya dari pihak Kartago.
  • Aktion, September 31 SM. Merupakan pertempuran krusial di Perang Akhir Republik Romawi, antara pasukan Markus Antonius dan pasukan Octavianus, dan termasuk salah satu pertempuran laut paling menentukan dalam sejarah. Kurang lebih terdapat 780 dan 800 kapal yang terlibat; dari pihak Antonius terdapat 350 kapal jenis quinquereme dan 30–50 kapal transportasi, sementara di pihak Octavianus terdapat sedikitnya 400 kapal dengan jenis bireme dan trireme. Pertempuran ini dimenangkan Octavianus, dimana selanjutnya dia menjadikan dirinya sebagai Kaisar Romawi pertama, dengan gelar Augustus.
  • Chibi, Musim Dingin 208 M. Pertempuran laut menentukan antara pasukan Cao Cao dan pasukan dari aliansi Liu Bei dan Sun Quan. Dengan kekalahan untuk Cao Cao dalam pertempuran ini, memastikan terbaginya wilayah China menjadi Wilayah Utara dan Wilayah Selatan, dengan Sungai Panjang sebagai batasnya. Kurang lebih terdapat 250.000 personil terlibat dalam pertempuran ini.
  • Pertempuran Tiang Kapal, 654 M. Pertempuran ini melibatkan angkatan laut Kekaisaran Romawi Timur dengan 500 kapal yang dipimpin langsung Kaisar Konstans II dan angkatan laut Kekhalifahan Rasyidin (yang baru dibentuk) dengan 200 kapal yang dipimpin Admiral Abu'l-Awar. Pertempuran ini dimenangkan Kekhalifahan Rasyidin, sekaligus menandai kemunculan angkatan lautnya di Laut Tengah.
  • Yamen, 19 Maret 1279. Pertempuran ini memastikan penaklukan Dinasti Song oleh Bangsa Mongol (Dinasti Yuan). Terdapat klaim yang menyebutkan kurang lebih 1000 kapal perang armada Dinasti Song dihancurkan oleh armada Dinasi Yuan di dekat Yamen, Guangdong, China.
  • Danau Poyang, 30 Agustus – 4 Oktober 1363. Pertempuran ini disebutkan sebagai pertempuran laut terbesar berdasarkan dari jumlah personil yang terlibat, dilpaorkan terdapat 850.000 pelaut dan tentara yang terlibat. Pertempuran ini melibatkan dua pasukan yang sama-sama memberontak dari Dinasti Yuan, dengan Pasukan Ming sejumlah 200.000 orang yang dipimpin Zhu Yuanzhang melawan Pasukan Han sejumlah 650.000 orang yang dipimpin Chen Youliang, di Danau Poyang, danau air tawar terbesar di China.
  • Lepanto, 7 Oktober 1571. Armada Liga Suci, yang dipimpin oleh Imperium Spanyol dan Republik Venesia, memberikan kekalahan telak terhadap armada Kesulatanan Utsmaniyah di Teluk Patras. Melibatkan lebih dari 150.000 orang dalam 490 kapal, dengan korban jiwa dari dua belah pihak sebesar 50.000 orang tewas dan lebih dari 240 kapal hilang/tenggelam.
  • Teluk Vyborg, 4 Juli 1790. Pertempuran antara angkatan laut Russia yang terdiri dari 29 kapal tiang, 144 galai, 19 fregat, dan 21.000 pelaut dengan angkatan laut Swedia yang terdiri dari 21 kapal tiang, 13 fregat, 366 kapal berukuran kecil, dan 30.000 pelaut dan tentara saat Perang Rusia-Swedia (1788-1790). Di pertempuran ini, AL Swedia kehilangan enam kapal tiang dan empat fregat, tetapi berhasil mengeluarkan kapal-kapal mereka yang lain dari blokade laut yang dilakukan AL Rusia.[2]
  • Svensksund, 9–10 Juli 1790. Dianggap sebagai kemenangan terbesar dalam sejarah pertempuran laut Swedia, armada Swedia yang terdiri dari 275 kapal, 450 meriam and 14,000 pelaut dan tentara dipimpin Gustav III mengalahkan secara telak armada Rusia yang terdiri dari 274 kapal, 850–1,000 meriam and 18,500 pelaut dan tentara yang dipimpin oleh Karl Heinrich von Nassau-Siegen. Pertempuran ini sekaligus menjadi akhir dari Perang Rusia-Swedia (1788-1790).[3]
  • Jutland, 31 Mei – 1 Juni 1916. Armada Laut Lepas dari angkatan laut Kekaisaran Jerman dipimpin oleh Vice-Admiral Reinhard Scheer dan Armada Besar dari angkatan laut Britania Raya dipimpin Admiral Sir John Jellicoe bertempur di dekat Jutland, Denmark, saat Perang Dunia I. Armada Jerman terdiri dari 16 kapal tempur kelas dreadnought dan 6 kapal tempur kelas pre-dreadnought, 5 kapal penjelajah tempur, 11 lkapal penjelajah ringan, and 61 perahu torpedo, sementara armada Britania Raya terdiri dari 28 kapal tempur, 9 kapal penjelajah tempur, 8 kapal penjelajah lapis baja, 26 kapal penjelajah tempur ringan, 78 kapal perusak, 1 minelayer, and 1 kapal induk pesawat laut. Hasil pertempuran ini bisa dilihat dari dua bagian, secara taktikal, dan dampak strategis. Secara taktikal, armada Britania Raya mengalami kerugian lebih besar, baik dari personil maupun jumlah kapal daripada armada Jerman. Secara dampak strategis, Britania Raya berhasil mencegah armada permukaan Jerman keluar dari Laut Baltik. Bila dihitung dari total berat benaman kapal yang terlibat, pertempuran ini merupakan pertempuran laut yang terbesar (di permukaan).[4]
  • Laut Filipina, 19–20 Juni 1944. Merupakan pertempuran kapal induk terbesar dalam sejarah, melibatkan 15 kapal induk Amerika dan kapal induk Jepang, 170 kapal perang lain, dan kurang lebih 1.700 pesawat. Terkait beban benaman, bagian dari Armada Kelima Amerika Serikat, Fast Carrier Task Force (TF 58) merupakan formasi pertempuran laut tunggal terbesar yang pernah terlibat pertempuran.
  • Teluk Leyte, 23–26 Oktober 1944. Pertempuran ini merupakan yang terbesar bila dihitung berdasarkan total berat benaman kapal yang termasuk dalam bagian dari susunan organisasi pertempuran, meski belum tentu terbesar dalam total berat benaman kapal yang terlibat langsung, tetapi pertempuran ini terbesar dalam hal total berat benaman kapal yang tenggelam dan terbesar dari luas area pertempuran. Pertempuran ini melibatkan pihak Sekutu Armada Ketiga Amerika Serikat, Armada Ketujuh Amerika Serikat dan sejumlah kapal perang Australia, yang terdiri dari 8 kapal induk besar, 8 kapal induk ringan, 18 kapal induk kawal, 12 kapal tempur, 24 kapal penjelajah, 141 kapal perusak and kapal perusak kawal, dan kapal-kapal lain, serta 1.500 pesawat. Pihak Sekutu mendapat kemenangan telak terhadap armada Kekaisaran Jepang, yang terdiri dari 1 kapal induk besar, 3 kapal induk kecil, 9 kapal tempur, 19 kapal penjelajah, 34 kapal perusak, dan beberapa ratus pesawat. Kedua belah pihak yang bertempur ini bila ditotal membawa kurang lebih 200.000 personil. Pertempuran Teluk Leyte ini merupakan kumpulan dari empat pertempuran besar: Pertempuran Laut Sibuyan, Pertempuran Teluk Surigao, Pertempuran Lepas Pantai Samar, dan Pertempuran Lepas Pantai Tanjung Engano, beserta pertempuran kecil lainnya. Empat pertempuran besar ini dihitung menjadi satu pertempuran berdasarkan operasi militer Jepang Sho-Go, yang bertujuan menghancurkan pasukan amfibi Sekutu yang terlibat dalam Pertempuran Leyte. Namun, bila dilihat dari satu per satu pertempurannya, beberapa lokasi pertempuran ada yang berjarak hingga sejauh 200 mil dari lokasi pertempuran yang terdekat, serta berlangsung selama beberapa hari, dimulai dari aksi tempur dari kapal selam hingga mundurnya pihak Jepang.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Pemsel, Helmut A History of War at Sea, Naval Institute Press, 1977, pp.155-6. Original German edition was published in 1975.
  2. ^ Svensksund 1790–1940. Sveriges Flotta & Sjöhistoriska Samfundet. Förening för sjövärn och sjöfart, Stockholm. pp. 52–58
  3. ^ Svensksund 1790–1940. Sveriges Flotta & Sjöhistoriska Samfundet. Förening för sjövärn och sjöfart, Stockholm. pp. 91–141
  4. ^ "The Largest Naval Sea Battles in Military History". Norwich University. Diakses tanggal 30 September 2014. 

Bibliografi

[sunting | sunting sumber]

Fuller, J.F.C. The Decisive Battles of the Western World and their Influence upon History, 3 jilid. (Eyre & Spottiswoode, London, 1954-6)

  • Volume 1: From the earliest times to the battle of Lepanto
  • Volume 2: From the defeat of the Spanish Armada to the battle of Waterloo
  • Volume 3: From the American Civil War to the end of the Second World War
    • Sebuah sumber untuk entri di Salamis, Aktion, Sluys, Lepanto, Kekalahan Armada Spanyol, Trafalgar, Midway dan Teluk Leyte.