Ngenest
Ngenest | |
---|---|
Sutradara | Ernest Prakasa |
Produser | Chand Parwez Servia Fiaz Servia |
Ditulis oleh | Ernest Prakasa |
Pemeran | |
Penata musik | Andhika Triyadi |
Sinematografer | Dicky R. Maland |
Penyunting | Cesa David Luckmansyah |
Perusahaan produksi | |
Tanggal rilis | 30 Desember 2015 |
Durasi | 95 Menit |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Bahasa Indonesia |
Ngenest: Kadang Hidup Perlu Ditertawakan adalah sebuah film komedi Indonesia yang ditayangkan mulai 30 Desember 2015. Film ini merupakan hasil adaptasi dari trilogi novel yang berjudul sama karya Ernest Prakasa. Film ini diproduksi oleh Starvision Plus.
Sinopsis
[sunting | sunting sumber]NGENEST menceritakan tentang Ernest Prakasa (Kevin Anggara), seorang pria keturunan Cina yang merasakan beratnya terlahir sebagai minoritas yang selalu dibully oleh teman-teman sekolahnya sejak dia masih SD. Menjadi korban bully membuatnya bertekad bahwa keturunannya kelak tidak boleh mengalami nasib yang sama. Untuk itu, ia berikrar untuk menikahi perempuan pribumi, dengan harapan agar anaknya kelak tidak mengalami kemalangan yang ia alami. Berhasilkan Ernest mendapatkan calon istri idaman dan memutus mata rantai diskriminasi yang ia alami?
Ernest adalah anak dari pasangan suami istri (Ferry Salim - Olga Lydia) keturunan Cina. Penampilan fisiknya cukup mencerminkan orang Cina kebanyakan. Kulit putih, mata sipit. Dan ternyata, terlahir dengan mata sipit dan kulit putih menjadi kerugian baginya.
Sejak hari pertama menginjakkan kaki di SD, ia langsung dibully. Hal ini berlanjut terus hingga SMP. Di SMP, ia mencoba cara yang berbeda, yakni berusaha berkawan dengan para pembully, dengan harapan bila ia berhasil berbaur, maka ia tidak akan jadi korban bully. Sayangnya, cara ini pun gagal. Akhirnya Ernest berpikir bahwa ini adalah nasib yang harus ia terima. Tapi ia sadar bahwa ini tidak harus dialami oleh keturunannya kelak. Ia harus memutus mata rantai, dengan cara menikahi seorang perempuan pribumi, dengan harapan kelak ia akan memiliki seorang anak pribumi. Rencana ini ditentang oleh sahabatnya sejak SD, Patrick (Marvell Adyatma - Brandon Nicholas Salim - Morgan Oey), yang merasa cita-cita Ernest ini aneh.
Pada tahun ketiga ia kuliah, barulah ia berkenalan dengan Meira (Lala Karmela), seorang gadis Sunda/Jawa yang seiman dengannya. Perkenalan mereka berlangsung cukup mulus, tetapi masalah timbul saat Ernest bertemu dengan ayah Meira (Budi Dalton) yang sama sekali tidak menyukai anaknya berpacaran dengan seorang Cina, karena ia pernah nyaris bangkrut akibat ditipu oleh rekan bisnisnya yang juga Cina. Tapi akhirnya Ernest berhasil memenangkan hati calon mertuanya, dan setelah berpacaran selama lima tahun, mereka menikah.
Setelah menikah, ternyata Ernest memiliki kekuatiran. Bagaimana bila kelak anak mereka terlahir persis sang ayah? Bagaimana bila ia tetap gagal mencegah anaknya dari bullying? Segala ketakutan ini membuat Ernest menunda-nunda keinginan memiliki anak. Di sisi lain, Meira yang sudah didesak orangtuanya juga, ingin segera memiliki anak. Setelah melalui berbagai pertengkaran, akhirnya Ernest mengalah karena takut kehilangan Meira. Dua tahun setelah menikah, Meira hamil.
Semakin membesar perut Meira, semakin besar rasa takut yang menghantui Ernest. Puncaknya ketika Meira sudah mendekati tenggat melahirkan, tekanan semakin tinggi, Ernest pun stress sehingga melakukan kesalahan besar di kantor yang membuatnya dimaki oleh boss (Lolox). Tidak kuat menghadapi tekanan bertubi-tubi, Ernest melarikan diri ke tempat di mana ia dan Patrick biasa bersembunyi selagi mereka kecil.
Akhirnya Patrick menemukan Ernest di sana, dan menyadarkan Ernest untuk segera ke rumah sakit. Dengan terbirit-birit, Ernest berangkat ke Rumah Sakit dan menemani Meira melahirkan. Meira pun melahirkan seorang bayi perempuan bermata sipit. Meski anaknya tampak sangat Cina seperti ayahnya, tetapi Ernest sangat bahagia. Kehadiran anaknya telah memberinya begitu banyak kehangatan yang membawa keberanian untuk menghadapi hidup, apa pun tantangannya.
Pemeran
[sunting | sunting sumber]Pemeran | Tokoh |
---|---|
Ernest Prakasa | Ernest & Papa Ernest muda |
Lala Karmela | Meira |
Kevin Anggara | Ernest Remaja |
Amel Carla | Ipeh Remaja |
Morgan Oey | Patrick |
Regina Rengganis | Nadia |
Brandon Nicholas Salim | Patrick Remaja |
Ferry Salim | Papa Ernest |
Olga Lydia | Mama Ernest |
Sky Tierra Solana | Keponakan Ernest |
Ardit Erwandha | Faris Remaja |
Fico Fachriza | Bowo Remaja |
Bakriyadi Arifin | Bakri Remaja |
Angie Ang | Irene |
Ge Pamungkas | Willy |
Budi Dalton | Papa Meira |
Fitria Sechan | Mama Meira |
Muhadkly Acho | Dokter |
Lolox | Bos Ernest |
Jui Purwoto | Tukang Cilok |
Tretan Muslim | Apoteker |
Adjis Doa Ibu | Abdul |
Awwe | Jaya |
Arie Kriting | Preman 1 |
Bene Dionysius | Preman 2 |
Liant Lin | Korban Bully dan teman dekat Ernest Remaja |
Franda | Vania |
Chika Jessica | Bidan |
Ence Bagus | Anak Punk 1 |
Asep Suaji | Anak Punk 2 |
Pandu Winoto | Tukang Siomay |
Anyun Cadel | Sopir Angkot |
Rere Rassofyan | Sopir Bajaj |
The Overtunes | Penampilan Spesial |
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- 'Ngenest', Tertawa di Atas Kepedihan Ernest Prakasa
- Ngenest di IMDb (dalam bahasa Inggris)