Al-Mundziri
Zakiyyuddin Abdul ‘Adhim bin Abdul-Qawiy bin Abdullah bin Salamah Abu Muhammad Al-Mundziri, atau lebih dikenal dengan Al Mundziri adalah seorang hafidh besar, yang berasal dari Damaskus, tetapi dilahirkan dan wafat di Mesir. Ia dilahirkan pada tahun 581 H (1185/1186 M).
Guru-Guru
[sunting | sunting sumber]Al Mundziri belajar Al-Qur’an dan mendalaminya. Kemudian belajar ilmu hadits hingga mahir. Ia mendengar hadits dari sejumlah ulama’ hadits, seperti Abul-Hasan Ali bin Mufadldlal Al-Muqaddasi. Ia berguru kepadanya hingga tamat. Di Madinah kota Nabi, ia berguru kepada Al-Hafidh Ja’far bin Umusan. Di Damaskus, ia berguru pada ‘Umar bin Thabrazad. Ia juga berguru ke Najran, Iskandariyah, Raha, dan Baitul-Maqdis. Ia mulai berguru pada tahun 591 H ketika berusia sepuluh tahun.
Karya-karya yang terkenal
[sunting | sunting sumber]- At-Targhib wat-Tarhib
- Mukhtashar Shahih Muslim
- Mukhtashar Sunan Abi Dawud
- Syarhul-Tanbih li Abi Ishaq Asy-Syirazi fil-Fiqhisy-Syaafi’I
- Arba’uuna Hadiitsan fii Fadlli Isthinaa’il-Ma’ruf
- Al-I’lam bi-Akhbaari Syaikh Bukhari Muhammad bin Salam
- Mu’jam Syuyuukhih
- ’Amalul-Yaumi wal-Lailah
Murid-Murid
[sunting | sunting sumber]Sejumlah ulama yang pernah belajar hadits padanya antara lain Al-Hafidh Ad-Dimyathi yang berguru sampai tamat, Al-‘Allamah Taqiyyuddin Ibnu Daqqiqil-‘Ied, Al-Yunaini Abul-Husain, Ismail bin Asakir, dan Syarif ‘Izzudin.
Ia mengajar di Universitas Adh-Dhafiri di Kairo. Kemudian menjadi wali wilayah Dar Kamilah. Namun, kemudian dia meninggalkan jabatan itu untuk menyebarkan ilmu selama dua puluh tahun.
Informasi tentang Al-Mundziri
[sunting | sunting sumber]Ia memberi fatwa (mufti) di negeri Mesir. Namun, kemudian berhenti dari pekerjaan ini. Keberhentiannya dari tugas ini menguakkan informasi tentang kejujuran, kelapangan hati, dan pengakuannya terhadap suatu keutamaan bagi yang berwenang. Hal itu diisyaratkan oleh At-Taj As-Subki yang mengatakan, ”Saya mendengar dari ayah (yaitu Taqiyuddin As-Subki) menceritakan bahwa Syaikh ‘Izzuddin Abdus-Salam itu mendengar (belajar) hadits di Damaskus hanya sedikit. Namun, setelah datang ke Kairo, maka dia sering datang di majelis Syaikh Zakiyyuddin (yaitu Al-Mundziri) dan mendengar pelajarannya bersama sejumlah orang yang mendengarnya,. Syaikh Zakiyyuddin juga meninggalkan tugas memberi fatwa”. Ayah berkata, ”Dimana datang Syaikh ‘Izzuddin, maka orang-orang tidak memerlukan aku lagi”.
Wafatnya
[sunting | sunting sumber]Imam Al-Mundziri rahimahullah wafat pada tanggal 4 Dzulqa’dah tahun 656 H (2 November 1258).