Tari Barong
3.Memiliki alur cerita yang unik dan sakral
4.Penari melakukan gerakan-gerakan enerjik dan langka
Sejarah
Tari Barong merupakan peninggalan kebudayaan pra-Hindu yang melambangkan pertempuran antara kebaikan (dharma) dan keburukan (adharma). Menurut keyakinan masyarakat Bali, khususnya yang beragama Hindu, kebaikan dan keburukan selalu berdampingan atau disebut juga sebagai Rwa Bhineda. Kata Barong berasal dari kata bahruang yang berarti beruang.
Namun menurut pendapat bahwa kata Barong itu berasal dari Jawa Kuno. Kedudukan Barong sebagai binatang mithos, perlukisan atau perwujudan dari binatang ajaib, binatang suci, suatu penciptaan dari nilai-nilai religious.[1]
Kostum Penari
Kostum yang dipakai penari Barong adalah Ket atau Keket. Kostum ini merupakan gabungan antara singa, harimau, dan lembu. Pada badan Barong dihiasi ornamen dari kulit, potongan-potongan kaca dari cermin, dan dilengkapi bulu-bulu dari serat daun pandan. Barong ini dimainkan oleh dua orang penari, satu penari mengambil posisi di bagian depan memainkan gerak kepala dan kaki depan Barong, sedangkan penari kedua berada di belakang memainkan kaki belakang dan ekor barong.
Makna Tarian
Tari Barong menceritakan tentang pertarungan antara Barong dan Rangda, juga dilengkapi dengan tokoh-tokoh lainnya, seperti kera (sahabat Barong), Dewi Kunti, Sadewa (anak Dewi Kunti) serta para pengikut Rangda. Dalam tarian ini, Barong melambangkan kebaikan dimana penari menggunakan kostum binatang berkaki empat dan keburukan yang dilambangkan dengan Rangda, yaitu sosok menyeramkan dengan dua taring runcing mulutnya.
Referensi
- ^ "Agung", Drs Anak Agung Gde Putra (1981/1982). Beberapa Tari Upacara Dalam Masyarakat Bali. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 42,43.