Lompat ke isi

Latto-latto

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 17 Desember 2022 05.52 oleh Anhar Karim (bicara | kontrib)
Memainkan Katto-Katto dengan memegang pada jempol
Memainkan Katto-Katto dengan cincin jari tengah
Representasi sejarah dari suku Indian Uruguay di Río de la Plata (Hendrick Ottsen, 1603)
Katto-Katto kuno
Katto-Katto dalam kemasannya
Film Polygoonjournaal tahun 1971 mengenai kegemaran bermain Katto-Katto

Katto-Katto (juga dikenal sebagai Latto-Latto, Etek-Etek, Toki-Toki, dan sejumlah nama lainnya) (Inggris: Clackers) adalah sebuah mainan tradisional berupa dua buah bola plastik berbobot padat yang diikat seutas tali dengan cincin jari di tengah. Mainan ini dimainkan dengan cara diayun baik secara lambat maupun secara cepat hingga saling berbenturan dan menghasilkan bunyi khas. Permainan ini berasal dari Amerika Serikat yang disebut Clackers Balls Toys dan ada sejak era 1960-an, dan kemudian kian populer pada era 1970-an.[1]

Sejarah

Asal usul

Katto-Katto atau Latto-Latto merupakan permainan yang asalnya dari Amerika Serikat. Permainan ini mulai muncul pada era 60-an hingga makin populer pada awal 70-an. Saat itu orang-orang menyebutnya mulai dari clackers, click-clacks, knockers, ker-bangers, dan clankers, penamaan ini kebanyakan berdasarkan dengan merek dan nama yang telah diberikan oleh pabrik pembuatnya masing-masing. Ketika permainan ini mulai masuk ke Indonesia, Clackers Balls Toys disebut Katto-Katto[2]. Di Indonesia, kebanyakan nama permainan ini hanyalah proses asimilasi dan penamaan dari warga lokal di berbagai daerah. Katto-Katto ini muncul setelah puluhan tahun silam pernah populer di Sulsel. Bagi anak kelahiran 90-an pasti pernah memainkan mainan ini.

Bahan dan jenis

Awalnya, dua buah bola yang ada di Clackers Balls Toys terbuat dari kaca. Ketika dua buah bola pecah, hal itu bisa membahayakan pemainnya. Karena itulah, dua bola pada Clackers Balls Toys diubah menjadi bahan plastik yang memiliki tektur keras dan padat yang berbentuk bulat dengan permukaan halus.[3] Warna pada bola adalah warna mencolok. Selain itu, Clackers Balls Toys dilengkapi tali.

Secara rinci, Katto-Katto di Indonesia telah mengalami modifikasi pada asal usulnya. Tali yang digunakan tidak setebal tali clackers sehingga akselerasi yang dihasilkannya lebih cepat. Begitu pula dengan varian ukuran bola ada yang lebih kecil atau lebih besar pada umumnya. Terdapat pula jenis Katto-Katto dengan efek menyala. Sehingga jika dimainkan pada tempat gelap atau malam hari terlihat menarik.

Fenomena

Meski sempat hilang atau redup permainan Katto-Katto atau Latto-Latto ramai kembali dimainkan oleh semua kalangan baik anak-anak hingga remaja di berbagai daerah belakangan ini. Katto-Katto pernah ramai dimainkan oleh anak-anak Indonesia pada era 1990-an. Permainan Katto-Katto kembali viral belakangan ini. Banyak orang yang mencoba menunjukkan keahlian dan kelincahannya memainkan Katto-Katto melalui video yang mereka unggah di media sosial. Banyak juga orang yang mengaku bernostalgia, karena Katto-Katto ini adalah permainan tempo dulu yang kini kembali viral.

Dua bulan terakhir tahun 2022 ini, Katto-Katto menjadi permainan yang digandrungi bukan hanya anak-anak. Tapi juga orang dewasa dan orang tua. Fenomena ini tidak hanya marak di wilayah Pulau Sulawesi, tetapi juga di beberapa daerah di Indonesia, seperti di Pulau Jawa, dan Pulau Kalimantan.

Di Sulawesi Selatan, setiap hari suara bising dari Katto-Katto terdengar dimana-mana. Bahkan fenomena Latto-Latto ini pun marak dilombakan, seperti di Bulukumba, Palopo, Soppeng, Sinjai, Makassar. Selain karena harganya murah, mainan ini dapat dengan mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional, toko-toko kelontong ataupun di toko-toko mainan di berbagai wilayah Sulsel.

Ragam nama

Permainan ini memiliki banyak sekali nama tergantung daerah masing-masing. Di Amerika Serikat, permainan ini dinamai Clackers Balls Toys, Britania Raya menyebutnya Clackers atau Clackers Knockers, Kanada menyebutnya Click Clacks, Spanyol menyebutnya Tiki-Taka, Portugal menyebutnya Bolimbolacho, Belanda menyebutnya Klikklak atau Klik-Klaks, Jerman menyebutnya Klick-Klack-Kugeln, Polandia menyebutnya Riki-Tiki atau Klik-Klak, Prancis menyebutnya Tac-Tac, Yunani menyebutnya Taka-Taka (Τάκα-Τάκα), Brasil mengenalnya Bolas, dan Mesir menyebutnya Sisi.

Sejumlah daerah di Indonesia memiliki istilah berbeda untuk menyebut Katto-Katto berdasarkan toponimi bunyi taktok-taktok dan berciri khas kata reduplikasi. Masyarakat Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara menyebutnya Katto-Katto (oleh suku Makassar) atau Latto-Latto (oleh suku Bugis). Masyarakat daerah Jawa menamainya Etek-Etek (Ethek-Ethek) atau Tak-Tik-Tok, Buol, Palu Sulawesi Tengah dan Maluku menyebutnya Tok-Tok, Sulawesi Utara menyebutnya Toki-Toki, sedangkan di Luwuk, Sulawesi Tengah disebut Nok-Nok. Nama Makatto-Katto' atau Mallatto-Latto juga dikenal masyarakat Sulawesi Selatan. Tambahan ma- pada nama tersebut merupakan prefiks baik dalam bahasa Makassar maupun dalam bahasa Bugis yang bermakna melakukan/memainkan.

Cara memainkan

Katto-Katto dimainkan tidak terbatas pada gender dan usia. Semua kalangan dapat memainkan permainan ini. Permainan ini sangat alamiah dan bisa dilakukan di ruang terbuka atau tertutup, duduk atau berdiri. Cara memainkan Katto-Katto cukup mudah. Cukup dengan mengayunkan dua bola di bawah dan atas tangan sehingga kedua bola selalu bertubrukan tanpa meleset dan menghasilkan suara. Itulah sebabnya permainan Katto-Katto membutuhkan kelincahan dan keahlian menyeimbangkan dua bola di seutas tali.

Meski terlihat sepele cara memainkannya, permainan Katto-Katto tidak boleh ragu-ragu dalam mengayunkannya serta membutuhkan konsentrasi/fokus, keterampilan/teknik tinggi, dan kesabaran. Permainan ini memiliki risiko tangan atau jari dapat menjadi memar jika tak piawai memainkannya. Cara:

  1. Masukkan jari tengah tangan kanan pada cincin Katto-Katto.
  2. Lalu ukur sama panjang.
  3. Seimbangkan dua buah bola Katto-Katto.
  4. Ayunkan ke atas dan ke bawah secara perlahan hingga saling berbenturan menghasilkan bunyi.
  5. Mainkan dengan tempo hingga menjadi cepat atau lambat.

Perlombaan

Permainan Katto-Katto telah banyak diadopsi sebagai sebuah ajang perlombaan atau turnamen di pelbagai daerah, terutama di Pulau Sulawesi. Permainan ini dijadikan bahan perlombaan pada acara pesta rakyat, perayaan hari besar, bahkan di acara pernikahan dan acara lainnya. Jenis perlombaan yang umum dipertandingkan berupa durasi memainkan Katto-Katto, kategori kelompok umur, free style, dengan teknik dan gaya yang ditentukan juri.

Efek

Efek positif

Prof. Hamdan Juhannis, MA, Ph.D. yang merupakan rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar memberikan tanggapan mengenai sisi positif dari viralnya permainan Katto-Katto atau Latto-Latto. Dalam tulisannya yang telah terpublikasi di berbagai media dengan judul "Latto-Latto Melawan Game Online", Hamdan mengutarakan bahwa kehadiran Latto-Latto secara signifikan dapat mengurangi seseorang pada ketergantungan memegang HP main game online dan nonton beragam sajian di telepon genggam. Latto-Latto menjadi alat komunikasi di antara anak-anak. Mereka bisa memainkan bersama-sama, saling memperlihatkan inovasi bunyi yang dikuasainya. Berbeda tentunya dengan anak-anak yang bermain dengan HPnya, selalu sibuk sendiri. Efek buruk yang ditimbulkan pada game online pada HP, mulai dari sikap asosial, pemahaman yang distortif tentang kehidupan nyata, sampai pada gangguan penglihatan.[4]

Efek negatif

Tidak sedikit dari permainan Katto-Katto menimbulkan efek negatif. Permainan ini dapat memberikan sisi buruk dan bahaya, terutama bagi penggunanya jika tidak mahir memainkannya, akan mengalami kesalahan yang akan mengakibatkan cedera atau memar di sekujur pergelangan tangan. Beberapa kasus tertentu seperti bola yang lepas dari tali dan mengenai wajah anak-anak yang memainkan atau orang yang ada di dekatnya. Suaranya juga menimbulkan kebisingan apalagi jika dimainkan bersama-sama pada sebuah kelompok. Hal tersebut kadang-kadang membuat orang tua lanjut usia terganggu.

Pada 1970-an di Amerika Serikat, permainan ini sempat dilarang untuk dimainkan oleh pejabat sekolah New Bedford Amerika Serikat karena berbahaya. Bahkan salah satu portal ternama di Amerika Serikat menerbitkan tulisan tentang fenomena Clackers di kalangan anak Amerika Serikat. Pengguna terkadang membanting Clackers begitu keras hingga pecah, membuat pecahan plastik beterbangan, seperti pecahan peluru ke segala arah. Saat itu banyak set Clackers asli terbuat dari kaca temper dua inci, membuatnya lebih rentan pecah, sehingga beralih ke plastik akrilik. Di Amerika Serikat, mainan ini dihentikan oleh Food and Drug Administration (FDA) yang kira-kira semacam Badan POM (Pengawas Obat-obatan dan Makanan). Bahkan Departemen Sekolah New Bedford mengetuk palu untuk menghentikannya.

Kontroversi

Terlibat kontroversi politik di Mesir

Terlepas dari berbagai hal menarik dari permainan ini, sayangnya untuk anak-anak yang memainkan Clackers di Mesir sekitar tahun 2017 harus merasakan campur tangan isu politik yang bahkan menyebabkan pelarangan. Hal ini bermula ketika para warga setempat sering menyebut permainan tersebut dengan "Sisi's balls" atau "Bolanya Sisi", kata ini mengacu pada buah zakar milik Presiden Mesir saat itu Abdel Fattah el-Sisi. Tentu saja, begitu "Sisi's balls" menjadi populer, polisi mulai menangkap penjual dan menyita ribuan pasang mainan tersebut hanya untuk beberapa alasan aneh, yaitu mereka dianggap menyinggung pemerintah.

Pada budaya populer

  • Clackers dalam film judul Beware the Blob tahun 1972.
  • Clackers adalah titik plot dalam episode "Love and Sausages" tahun 1993 dari serial TV The Kids in the Hall.
  • Clackers digunakan sebagai senjata oleh Joseph Joestar dalam serial manga JoJo's Bizarre Adventure tahun 1980-an.

Galeri

Referensi

  1. ^ Lerihardika, Erik (14 Desember 2022). "Mengenal Sejarah Katto-Katto alias Latto-Latto hingga Cara Memainkannya". www.halosultra.com. Diakses tanggal 16 Desember 2022. 
  2. ^ Tim Redaksi kumparan.com (30 November 2022). "Apa Itu Katto-Katto yang Viral di Medsos?". kumparan.com. Diakses tanggal 16 Desember 2022. 
  3. ^ Tim Redaksi www.lines.id (30 November 2022). "Viral! Permainan Katto-Katto Ramai di Desa Keang". www.lines.id. Diakses tanggal 16 Desember 2022. 
  4. ^ Juhannis, Hamdan (4 Desember 2022). "Latto-Latto Melawan Game Online". wartasulselnews.com. Diakses tanggal 17 Desember 2022.