Jawanisme
Beberapa atau seluruh referensi dari artikel ini mungkin tidak dapat dipercaya kebenarannya. |
Artikel ini mungkin mengandung riset asli. |
Jawanisme adalah sebuah fenomena atau gejala dalam bahasa Indonesia di mana seorang penutur, biasanya penutur ibu bahasa Jawa terpengaruh oleh bahasa ibunya. Hal ini merupakan bagian dari fenomena campur kode yang terjadi ketika para penutur multilingual menggunakan satu bahasa yang sama atau lebih.
Pengaruh ini meliputi bidang sintaksis dalam bahasa Indonesia.
Beberapa contoh:
- "Kamu datêng-ó sini!" untuk "Kamu datanglah kemari!" atau "Kamu dari bahasa Jawa: "Kowé/Awakmu mrénéyå"
- "Nanti barangé tak-ambil(é)." untuk "Nanti barangnya kuambil." dari bahasa Jawa: "Mengko barangé tak-jupuk(é)."
- "Jalané pelan bangêt." untuk "Jalannya pelan sekali." dari bahasa Jawa: "Mlakuné alon bangêt."
- "Itu bukuné adékku!" untuk "Itu buku adik saya!" dari bahasa Jawa: "Iku bukuné adhékku!"
Selain itu masih banyak pengaruh dalam kosakata bahasa Indonesia.
Yang unik dari Jawanisme adalah sedikit sekali orang Jawa (pribumi) yang benar-benar mengalami Jawanisme ini. Yang mengherankan adalah banyak orang-orang Tionghoa (terutama yang hidup di kawasan kota-kota besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur seperti; Semarang, Solo, dan Surabaya) yang mengalami gejala Jawanisme ini.
sebagai contoh: "Rénéyå!": "Kesinilah" atau "Kemarilah" dalam ujaran bahasa Tionghoa-Indonesia menjadi: "Sinió"
"(O)ra biså/Gak isók": "Tidak bisa" menjadi: "(E)ndhak bisa" atau "(E)ndhak isók"
"Iku jarané isih nang njåbå": "Itu kudanya masih di luar", menjadi: "Itu kudané masi(h) di luar"
Fenomena Jawanisme dalam bahasa Inggris
[sunting | sunting sumber]Sebagai kelanjutan fenomena Jawanisme dalam bahasa Indonesia, penutur bahasa Jawa yang belajar bahasa Inggris atau tinggal di komunitas pemakai bahasa Inggris sering kali terdengar menggunakan istilah-istilah bahasa Jawa dalam kalimat bahasa Inggris ketika bercakap-cakap dengan penutur yang berasal dari wilayah yang sama.
Ekspresi-ekspresi yang sering dipakai adalah 'lho', 'lha', 'to', 'kok', 'ki', 'no', dan sebagainya
sebagai contoh:
- "Lho, I already bought that book !": "Lho, aku wis tuku buku iku!", yang berarti "Loh, saya ternyata sudah beli buku ini!"
- "Kok, buying again ?": "Kok tuku maning?", yang berarti "Mengapa beli lagi?"
- "I told you many times to !": "Wis takkandhani ping pirå toh?", yang berarti "Sudah saya beritahu berapa kali, sih!"
- "Lha, I didn't know ... how ki ?": "Lha aku yå ora ngerti, piyé (i)ki?", yang berarti "Ya saya tidak mengerti, bagaimana dong?"
- "Don't be like that, to....": "Åjå ngónó, toh...", yang berarti "Jangan begitu, dong..."
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]