Lompat ke isi

Pisang tanduk

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 22 Desember 2022 23.38 oleh AYANGMU (bicara | kontrib)
Pisang Tanduk Pisang Tangkoon
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
Musa spp.

Pisang Tanduk atau Pisang Agung adalah salah satu kultivar pisang yang populer di Indonesia sebagai bahan dasar pembuatan pisang goreng. Di Pulau Jawa, pisang ini dikenal sebagai "Pisang Byar" dikarenakan jantungnya yang langsung habis tanpa menyisakan bunga (mandul). Di India, pisang ini biasa disebut pisang Changalikodan Nendran[1]. Sedangkan di Kolombia, pisang ini dinamai Dominico-Harton[2].

Pisang Tanduk atau pisang Tangkoon dalam bahasa Karo, termasuk dalam kelompok Plantain atau pisang olah, yaitu pisang yang tidak dapat dimakan langsung tetapi digunakan untuk membuat olahan makanan.

Manfaat

Beragam manfaat pisang tanduk bagi kesehatan, seperti menyehatkan liver, sebagai asupan penambah sel darah merah, dan mampu meredakan gejala asma. Pisang tanduk dapat menjadi sumber energi bagi tubuh sehingga dapat menjadi pengganti nasi (jika diperlukan). Selain itu, pisang tanduk juga mengandung vitamin A, dan dapat menyehatkan otak serta melancarkan pencernaan. Pisang tanduk memiliki manfaat untuk kesehatan tulang dan otak.[3] Berikut adalah sejumlah manfaat pisang tanduk untuk kesehatan:

Melancarkan Sistem Pencernaan. ...

Memelihara Kesehatan Jantung. ...

Meningkatkan Kekebalan Tubuh. ...

Menjaga Berat Badan. ...

Menurunkan Kadar Gula Darah. ...

6. Mengontrol Tekanan Darah. ...

7. Baik untuk Kesehatan Kulit. ...

Sumber Vitamin B6.

nko Karakteristik

Pohon pisang tanduk mempunyai tinggi batang 2,5 - 3m dengan warna merah kehijauan.[4] Daunnya berwarna hijau tua dengan panjang tandan mencapai 60 - 85 cm dan berat 7 - 10 kg[5].

Setiap tandan terdiri dari 2 sampai 3 sisir dan setiap sisirannya ada 8 - 10 buah.[4][6] Perawakan buah dari pisang ini putih kekar dan besar, panjangnya bisa mencapai 35 cm.[6] Rasanya manis legit agak asam, dan lunak.[4] sementara itu untuk kulit buah pisang tanduk biasanya agak tebal berwarna hijau kekuningan sampai kuning tua.[4] Pisang Tanduk berukuran besar dan bentuknya menyerupai tanduk. Buah matang memiliki warna kulit buah coklat kemerahan berbintik-bintik dan warna daging buahnya kuning kemerahan. Pisang jenis ini hanya cocok untuk pisang olahan Pisang Tanduk atau pisang Tangkoon dalam bahasa Karo, termasuk dalam kelompok Plantain atau pisangolah, yaitu pisang yang tidak dapat dimakan langsung tetapi digunakan untuk membuat olahan makanan.

Kondisi Pertumbuhan

Pisang tanduk yang berbuah
Pisang tanduk yang berbuah

Suhu merupakan faktor utama untuk pertumbuhan tanaman pisang taduk. Suhu optimum untuk pertumbuhannya sekitar 27° C dengan suhu maksimumnya 38° C. Tanaman ini tumbuh di daerah tropis dan subtropis, pisang ini tidak dapat tumbuh di dataran tinggi seperti ketinggian di atas 1600 mdpl.

Kebanyakan pisang tumbuh baik di lahan terbuka, hanya saja terlalu banyak menerima paparan sinar matahari akan menyebabkan daun pisang tanduk terbakar-matahari (sunburn).[7] Tanaman ini juga sangat sensitif terhadap angin kencang karena dapat menyebabkan daun rusak, robek, distorsi tajuk hingga merobohkan pohonnya. Untuk pertumbuhan yang optimal, curah hujan yang diperlukan sekitar 200-220 mm, dan kelembapan tanahnya tidak kurang dari 60-70% dari kapasitas lapangan.[7] Tanah yang paling baik untuk pertumbuhan pisang tanduk adalah tanah liat yang gembur dengan tingkataerasi yang baik.[7] Tanaman ini toleran terhadap pH 4,5-7,5.[7]

Penyakit

Gambar pisang tanduk yang terkena penyakit
Gambar pisang tanduk yang terkena penyakit

Salah satu jenis penyakit yang kerap menyerang tanaman pisang tanduk adalah layu panama atau sering dikenal dengan nama layu fusarium. Penyakit ini membuat daun pisang menjadi layu dan mudah putus. Jamur penyebab penyakit ini adalah Fusarium oxysporum f.sp. cubense, yang mampu bertahan lama di dalam tanah sebagai klamidospora sehingga sulit untuk dikendalikan.[8] Sejumlah cara pengendaliannya telah diteliti, namun belum memberikan hasil yang memuaskan.[9] Contohnya adalah pengendalian hayati patogen yang ditularkan melalui tanah dan penggunaan jenis bakteri tertentu untuk mengendalikan patogen yang ditularkan melalui tanah tersebut.[9]

Selain penyakit layu panama, tanaman pisang tanduk juga dapat terkena penyakit Mycosphaerella Leaf Disease Complex (MLDC). Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah perkembangan tanaman yang buruk, daun-daun menjadi layu dengan cepat, jumlah daun-daun yang sehat semakin berkurang, timbulnya tandan yang buruk, buah-buah yang dihasilkan tidak baik, dan perkembangan buahnya menjadi prematur.[10]

Sedangkan, contoh penyakit-penyakit lain dari pisang tanduk diantaranya Yellow Sigatoka yang disebabkan oleh virus M. musicola dan Black Leaf Streak atau penyakit Black Sigatoka yang disebabkan virus M. fijiensis.[11] Selama kemarau pisang yang ditanam mengalami penyakit layu daun (fusarium) bahkan mati. Tanaman pisang jenis kepok, raja nangka yang terimbas penyakit layu fusarium, dimusnahkan dengan cara dibakar, agar penyakitnya tidak menular ke tanaman lain. “Selama kemarau sebagian tanaman yang terkena layu fusarium langsung dimusnahkan, jenis pisang tanduk termasuk salah satu pisang yang tahan penyakit dan memiliki harga cukup tinggi,” Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur, diminimalisir dengan menaburkan kapur. “Jenis tanaman pisang, selain pisang tanduk kerap tumbuh dengan rumpun yang banyak, sehingga rentan penyakit, tetapi pisang tanduk kerap tumbuh satu batang saja sehingga lebih tahan penyakit



Referensi

  1. ^ "Pisang Tanduk: Ciri, Manfaat dan Model Olahan". Teknolemper. 2022-12-23. Diakses tanggal 2022-09-09. 
  2. ^ "Pisang Tanduk: Ciri, Manfaat dan Model Olahan". Teknolemper. 2021-12-23. Diakses tanggal 2022-09-09. 
  3. ^ Khasiat (2017-01-06). "15 Manfaat dan Khasiat Pisang Tanduk untuk Kesehatan". Khasiat. Diakses tanggal 2020-01-21. 
  4. ^ a b c d BIOTROP. 2008. SEAMEO BIOTROP. [terhubung berkala]. http://www.biotrop.org. [17 Februari 2009].
  5. ^ PISANG Budi Daya, Pengolahan, dan Prospek Pasar. Niaga Swadaya. ISBN 978-979-002-236-2. 
  6. ^ a b "Kenali Perbedaan Pisang Tanduk dan Pisang Raja". images1.rri.co.id (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2020-04-13. 
  7. ^ a b c d Prihatman K. 2000. Pisang (Musa spp.). [terhubung berkala]. http://www.aagos.ristek.go.id/pertanian/pisang.pdf [10 Feb 2009].
  8. ^ (Inggris) Carol A.A. et al. 1992. Uptake and metabolism of benzyladenin during shoot organogenesis in Petunia leaf explants. Plant Growth Regulation 11:105-114.
  9. ^ a b W idono S, Sumardiyono C, Hadisutrisno B. 2003. Pengimbasan ketahanan pisang terhadap penyakit layu fusarium dengan Burkholderia cepacia. Agrosains 5:72-79.
  10. ^ (Inggris) Soomary SD, Benimadhu SP. 1997. The Mycosphaerella leaf disease complex (MLDC) of banana in Mauritius. Food and Agricultural Research Council, Reduit, Mauritius.
  11. ^ (Inggris) Udugama S. 2002. Septoria leaf-spot disease of banana Mycosphaerella eumusae: a new record for Sri Lanka. Annals of the Sri Lanka Depart. of Agricul. 4: 337-343.