Lompat ke isi

Panembahan Muda Muhammad Said

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 25 Desember 2022 23.54 oleh InternetArchiveBot (bicara | kontrib) (Rescuing 0 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.9.2)
Panembahan Muda Muhammad Said
Mangkubumi Kesultanan Banjar
PenerusPangeran Perbatasari
Mangkubumi BanjarLihat daftar
WangsaDinasti Banjarmasin
AyahPangeran Antasari
Anak1. ♂ Pangeran Perbatasari

2. ♂ Pangeran Prabu Anom

3. ♂ Gusti/Pangeran Muhammad Arsyad

Goesti Mad Said bergelar Pangeran Muhammad Said kemudian Panembahan Muda (memerintah: 1862-1875) adalah salah seorang pejuang Perang Banjar/Perang Barito.[5] Panembahan Muhammad Said adalah putera sulung Pangeran Antasari, ia bersama saudaranya Sultan Muhammad Seman meneruskan perjuangan ayahandanya Pangeran Antasari melawan kolonial Hindia Belanda. Tidak lama setelah wafatnya Pangeran Antasari, Gusti Mat Said menetap di Bundang di tepi sungai Laung. Dalam Dewan Pagustian ia menjadi mangkubumi dan meninggal tahun 1875. Setelah ia meninggal posisinya digantikan oleh puteranya Gusti Muhammad Tarip yang bergelar Pangeran Perbatasari pada 1875.[6]

Puteranya tiga orang yaitu:

  1. Gusti Muhammaad Tarip gelar Pangeran Perbatasari (tertangkap di Pahu, Kutai tahun 1884 dibuang ke kampung Jawa Tondano[7]
  2. Gusti Abdullah gelar Pg. Prabu Anom
  3. Gusti (Pangeran) Muhammad Arsyad (suami Ratu Zaleha), diasingkan ke Kampung Empang, Bogor pada 1 Agustus 1904.

Pemakaman

Panembahan Muda Muhammad Said dimakamkan di Beras kuning, desa Datah Kotou, Kecamatan Tanah Siang Selatan, Kabupaten Murung Raya, provinsi Kalimantan Tengah.[8][9]

Orang-orang yang tidak mendapat pengampunan dari pemerintah Kolonial Hindia Belanda

Orang-orang yang tidak mendapat pengampunan dari pemerintah Kolonial Hindia Belanda:[10][11]

  1. Antasari dengan anak-anaknya
  2. Demang Lehman
  3. Amin Oellah
  4. Soero Patty dengan anak-anaknya
  5. Kiai Djaya Lalana
  6. Goesti Kassan dengan anak-anaknya

Relasi

Panembahan Muda Muhammad Said merupakan anak Pangeran Antasari.[12][13]

SULTAN BANJAR 1663-1700
♂ Raden (Ratu) Bagus
Sultan Amarullah Bagus Kasuma
Pangeran Suria Angsa dari Banjar
Sultan Tahlil-Allah[14]
Sultan Tahir-Allah[15][16]
SULTAN BANJAR 1700-1717
♂ Pangeran Suria Alam
Sultan Tahmidullah
Panembahan Tengah
[17]
SULTAN BANJAR 1730-1734
♂ Sultan Tahmid Billah
Sultan Hamidullah[18]
Sultan il-Hamid-illah
Sultan Kuning
Koning (Raja) Dachmet Door(1733)[19]
(+ 1734)[20]
SULTAN BANJAR 1759-1761
♂ Pangeran Ratu Anum
Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah
Sultan Muhammadillah
(b. 1730, + 16 Januari 1761)[21]
RAJA KUSAN
♂ Pangeran (Sultan) Amir[22]
♂ Pangeran Masoöd / Masohut (Mas'ud)[23]
PANEMBAHAN BANJAR 1862
♂ Gusti Inu Kartapati
Pangeran Antasari
Panembahan Amiruddin
Khalifatul Mukminin
(+ 11 Oktober 1862)
♀ Ratu Antasari
SULTAN BANJAR 1875-1905
♂ Gusti Mad Seman
Pangeran Muhammad Seman
Sultan Muhammad Seman
(+ 24 Januari 1905)
♀ Putri Hasiah
(diperisteri Pangeran Wira Kasuma)
MANGKUBUMI BANJAR 1862
PANEMBAHAN BANJAR 1862-1875[24]
♂ Gusti Mad Said
Pangeran Muhammad Said
Panembahan Muda
(+ 1875)
♀ Putri Bulan
(binti Pangeran Kassir)
PANGERAN BANJAR
♂ Gusti Muhammad Arsyad
(+ 1938)
MANGKUBUMI BANJAR 1875-1885
♂ Gusti Muhammad Tarip
Pangeran Perbatasari
PANGERAN BANJAR
♂ Gusti Abdullah
Prabu Anom
(Pangeran Mas Nata Wijaya?)
♂ Gusti Muhammad Husein♀ Hj. Gusti Hindun
♂ Gusti Abdul Wahab

Referensi

  1. ^ http://sejarahastrologimetafisika.blogspot.com/2011/06/silsilah-kerajaan-banjar.html Silsilah Kerajaan Banjar Sumber: Kerajaan2 Indonesia: An alphabetical enumeration of the former princely states of Indonesia, from the earliest time to the modern period, with simplified genealogies and order of succession by Hans Haegerdal.
  2. ^ (Belanda) Verzameling der merkwaardigste vonnissen gewezen door de Krijgsraden te velde in de Zuid- en Ooster-afdeeling van Borneo gedurende de jaren 1859-1864: bijdrage tot de geschiedenis van den opstand in het Rijk van Bandjermasin. Ter Landsdrukkerij. 1865. hlm. 33. 
  3. ^ (Indonesia) Mayur, Gusti (1979). Perang Banjar. Rapi. hlm. 16. 
  4. ^ (Indonesia) Sjamsudin, Helius (1982). Antasari. Balai Pustaka. hlm. 17. 
  5. ^ "Regnal Chronologies Southeast Asia: the Islands". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-11. Diakses tanggal 2020-04-03. 
  6. ^ Sjamsuddin, Helius (2001). Pegustian dan Temenggung: akar sosial, politik, etnis, dan dinasti perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, 1859-1906. Balai Pustaka. hlm. 325. ISBN 979666626X.  ISBN 978-979-666-626-3
  7. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-07. Diakses tanggal 2020-04-03. 
  8. ^ https://kaltengtoday.com/lakukan-ziarah-ke-makam-pahlawan-beras-kuning/
  9. ^ https://tribratanews.kalteng.polri.go.id/peringati-hari-bhayangkara-ke-73-polres-mura-laksanakan-ziarah-dan-doa-bersama/[pranala nonaktif permanen]
  10. ^ de Heere, G. A. N. Scheltema (1863). Staatsblad van Nederlandisch Indië (dalam bahasa Belanda). Ter Drukkerij van A. D. Schinkel. hlm. 118. 
  11. ^ Koloniale Jaarsboeken (dalam bahasa Belanda). 1863. hlm. 59. 
  12. ^ M. Idwar Saleh, Sri Sutjiatiningsih (1-1-1993). Pangeran Antasari. Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 75. 
  13. ^ Goh, Yoon Fong (2013). Perdagangan dan Politik: Banjarmasin 1700-1747. Yogyakarta, Indonesia: Lilin Persada Press. hlm. 33. 
  14. ^ (Inggris) "Rulers in Asia (1683 – 1811): attachment to the Database of Diplomatic letters" (PDF). Arsip Nasional Republik Indonesia. hlm. 48. Diakses tanggal 2019-01-05. 
  15. ^ Early Malay trading permits from Borneo - Asian and African studies blog
  16. ^ Early Malay trading permits from Borneo - Asian and African studies blog
  17. ^ "Mencari Surat-Surat :: Sejarah Nusantara". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-11. Diakses tanggal 2020-04-03. 
  18. ^ "Mencari Surat-Surat :: Sejarah Nusantara". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-07. Diakses tanggal 2020-04-03. 
  19. ^ (Indonesia) Hindia-Belanda (1965). Bandjermasin (Sultanate), Surat-surat perdjandjian antara Kesultanan Bandjarmasin dengan pemerintahan2 V.O.C.: Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia- Belanda 1635-1860 (PDF). Arsip Nasional Republik Indonesia, Kompartimen Perhubungan dengan Rakjat. hlm. 228. 
  20. ^ (Belanda) van Rees, Willem Adriaan (1865). De bandjermasinsche krijg van 1859-1863. 1. D. A. Thieme. hlm. 13. 
  21. ^ Masuk - Akun Google
  22. ^ Sebagai ahli waris almarhum Sultan Muhammad yang berhak menduduki tahta Kesultanan Banjar, maka pada tahun 1785 Pangeran Amir dengan bantuan orang Bugis dari Pasir menggempur Pangeran Nata Dilaga (Sultan Tahmidillah 2, raja usurpator). Pada 14 Mei 1787 ia tertangkap oleh VOC-Belanda dan dalam bulan Juni tahun itu juga ia dikirim ke Betawi dan selanjutnya dibuang ke Ceylon, Sri Lanka.
  23. ^ Maharaja Sari Kaburangan
  24. ^ Southeast Asia: the Islands

Pranala luar