Latto-latto di Malaysia
Halaman ini sedang dipersiapkan dan dikembangkan sehingga mungkin terjadi perubahan besar. Anda dapat membantu dalam penyuntingan halaman ini. Halaman ini terakhir disunting oleh Anhar Karim (Kontrib • Log) 622 hari 1034 menit lalu. Jika Anda melihat halaman ini tidak disunting dalam beberapa hari, mohon hapus templat ini. |
Artikel ini membahas suatu peristiwa terkini. Informasi pada halaman ini dapat berubah setiap saat seiring dengan perkembangan peristiwa dan laporan berita awal mungkin tidak dapat diandalkan. Pembaruan terakhir untuk artikel ini mungkin tidak mencerminkan informasi terkini. |
Latto-latto di Malaysia atau demam mainan latto-latto di Malaysia adalah suatu fenomena sosial pada masyarakat Malaysia terhadap mainan tradisional latto-latto. Dimulai pada pertengahan Januari 2023 hingga saat ini, mainan latto-latto menjadi populer di kalangan masyarakat Malaysia di beberapa negara bagiannya, seperti di Melaka (Sungai Udang Melaka Tengah), Perak, Terengganu, Pulau Pinang, Kuala Lumpur, Selangor (Shah Alam, Klang, Gombak, Seri Kembangan Petaling Jaya), Johor (Pasir Gudang Distrik Johor Bahru), Sarawak (Kuching), dan Sabah. Fenomena ini tidak lepas dari pengaruh demam mainan latto-latto di Indonesia. Pengaruh besar melalui media TikTok yang menampilkan kepopuleran latto-latto di Indonesia turut menyebar di Malaysia, yang dimulai di Sabah. Terutama di Sabah wilayah Kota Marudu, Kota Kinabalu, Sipitang, Tawau, Sandakan, permainan latto-latto ramai dijumpai. Mainan latto-latto banyak dipasok dan diimpor dari Indonesia dalam jumlah besar. Mainan latto-latto awalnya memasuki pasaran Malaysia terutama wilayah Sabah yang dijual 8 Ringgit per buahnya. Di daerah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia, di wilayah Kabupaten Sambas dan Kabupaten Nunukan, kegiatan jual beli mainan latto-latto cukup tinggi.