Perumpamaan dalam hadis
Perumpamaan dalam hadis merupakan metode pengajaran Islam yang utama dari Nabi Muhammad kepada para Sahabat Nabi. Jenis perumpamaan yang diberikan ada yang berupa hewan, buah, fenomena alam dan perbuatan. Metode perumpaan digunakan untuk memudahakan pemahaman akan suatu konsep dalam syariat Islam dan ibadah.
Kedudukan
Pada masa Nabi Muhammad, metode penyampaian hadis yang paling utama adalah melalui komunikasi secara lisan. Metode perumpamaan dipilih sebagai salah satu metode penyampaian hadis dari Nabi Muhammad kepada para Sahabat Nabi. Penyampaian hadis menggunakan metode perumpamaan yang meilbatkan komunikasi audio dan komunikasi visual. Metode pengajaran Nabi Muhammad diterapkan dalam kehidupan keseharian sehingga Sahabat Nabi yang hidup dekat dengannya mudah memahami hadis-hadis. Sementara pengumpulan hadis dalam bentuk tertulis pada masa hidup Nabi Muhammad hanya dilakukan oleh sedikit sahabat sebagai catatan pribadi.[1]
Jenis
Hewan
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi Muhammad menyebutkan lima hewan perusak. Kelimanya yaitu gagak, rajawali, kalajengking, tikus dan anjing yang gila.[2]
Buah
Nabi Muhammad pernah menggunakan buah limau untuk perumpamaan. Buah limau dijadikan perumpamaan mengenai kemuliaan dan ketinggian nilai dari amalan seorang mukmin. Di sisi lain, buah limau dijadikan perumpamaan mengenai kehinaan dan kerendahan nilai dari amalan seorang pendosa. Buah limau di Jazirah Arab dan di dalam hadis disebut sebagai utrujjah. Rasa dari buah ini nikmat dan berbau sedap. Selain itu, warna dan bentuknya juga indah dipandang. Khasiatnya juga sangat banyak bermanfaat bagi kedokteran.[3]
Fenomena alam
Nabi Muhammad pernah mencontohkan hujan lebat yang turun mengenai permukaan tanah sebagai perumpamaan dalam hadis. Perumpamaan ini disamakan dengan petunjuk dan ilmu yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad. Perbedaan kemampuan untuk menerima dan memahami petunjuk ini akan memberikan hasil yang berbeda ke tiap penerimanya. Ini disamakan dengan perbedaan kemampuan tanah dalam menyerap air hujan dan mengubahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan. Perumpamaan ini juga mencakup individu yang tidak mau menerima petunjuk dan ilmu yang disampaikan oleh Nabi Muhammad. Karena ada tanah yang tidak mampu menyerap air seperti gurun sehingga membuatnya selalu gersang.[4]
Perbuatan
Perumpamaan dapat berbentuk pelaksanaan perbuatan baik dan tidak melakukan perbuatan buruk. Jenis perumpamaan ini mampu menjelaskan teori sekaligus dengan praktiknya. Perumpamaan dalam bentuk tindakan juga memudahkan dalam memahami suatu maksud yang sulit dimengerti. Salah satu hadis yang menggunakan perumpamaan ini adalah hadis mengenai tindakan penumpang kapal yang memerlukan keamanan dan keselamatan kapal agar dapat mengarungi lautan yang berbahaya. Dalam perumpamaan ini, penumpang kapal terbagi menjadi penumpang lantai atas dan penumpang lantai bawah. Penumpang lantai bawah kesulitan mengambil air karena harus melewati penumpang lantai atas. Sementara penumpang lantai atas terganggu dengan kondisi bolak-balik dari penumpang lantai bawah. Solusi yang memungkinkan adalah melubangi lantai sehingga tidak ada yang terganggu dan mengalami kesulitan. Namun, jika tindakan tersebut dilakukan maka mereka semua akan binasa. Sebaliknya, jika tidak dilakukan maka mereka semua akan selamat.[5]
Kegunaan
Mengajarkan suatu hukum Islam
Perumpamaan yang digunakan untuk mengajarkan dan menjelaskan suatu hukum misalnya pada hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Malik. Dalam hadis ini, Nabi Muhamad menetapkan hukum mengenai jual beli antara dua kurma yang berbeda kualitas. Satu kurma basah dan satu kurma kering. Nabi melarang jual beli kurma basah karena beratnya akan berkurang ketika telah kering. Hadis ini berasalh dari sahabat nabi yaitu Sa'ad bin Abi Waqqas dan disampaikannya ketika ditanyai tentang jual beli dua jenis gandum yang berbeda kualitas.[6]
Mengajarkan makna ibadah
Nabi Muhammad pernah membuat perumpaan dalam hadis mengenai shalat lima waktu. Ia meminta para sahabatnya membayangkan bahwa di depan rumah mereka masing-masing terdapat sebuah sungai. Dari sungai itu, mereka mandi lima kali sehari. Kemudian, Nabi Muhammad menanyakan kotoran yang tersisa di tubuh orang yang mandi. Kesimpulannya adalah tidak tersisa kotoran di tubuhnya. Perumpaan ini memberikan makna bahwa shalat lima waktu membuat manusia diampuni kesalahan-kesalahannya oleh Allah ketika melaksanakannya.[7]
Referensi
Catatan kaki
- ^ Suryadilaga, Muhammad Alfatih (2020). Hadis dan Media: Sejarah, Perkembangan dan Transformasinya (PDF). Sleman: Kalimedia. hlm. 15. ISBN 978-623-7885-01-6.
- ^ Sirin, Muhammad Ibnu (2018). Tafsir Mimpi menurut Al-Qur'an dan as-Sunnah. Diterjemahkan oleh Syihabuddin dan Sopian, A. Depok: Gema Insani. hlm. 3. ISBN 978-602-250-563-1.
- ^ Sugiarto 2021, hlm. 116.
- ^ Sugiarto 2016, hlm. 118.
- ^ Ammar, Wafi Marzuqi (Agustus 2017). Handayani, P., dan Multazam, M. T., ed. Ulumul Hadis I. Sidoarjo: UMSIDA Press. hlm. 162–163. ISBN 978-979-340-170-6.
- ^ Sugiarto 2016, hlm. 111-112.
- ^ Sugiarto 2016, hlm. 82.
Daftar pustaka
- Sugiarto, Fitrah (2016). Emawati, ed. Hadis-Hadis Tarbawi (Takhrîj dan Analisis Sanad) (PDF). Mataram: UIN Mataram Press. ISBN 978-623-98882-0-6.