Lompat ke isi

Gempol, Karanganom, Klaten

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 4 Februari 2023 04.33 oleh Arya-Bot (bicara | kontrib) (Omah Limbah dan Ternak Maggot: pembersihan kosmetika dasar, removed stub tag)
Gempol
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenKlaten
KecamatanKaranganom
Kode pos
57475
Kode Kemendagri33.10.18.2017 Edit nilai pada Wikidata
Luas15,433 km²
Jumlah penduduk1975 jiwa
Kepadatan131 jiwa/km²
Jumlah RT18
Jumlah RW9
Jumlah KK619
Peta
PetaKoordinat: 7°37′42″S 110°37′40″E / 7.62833°S 110.62778°E / -7.62833; 110.62778
Peta

Gempol adalah salah satu desa yang berada di kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Indonesia. Merupakan sebuah Desa yang terletak di paling Utara wilayah Kecamatan Karanganom.

Geografis

Secara geografis, Desa Gempol berada pada -7.625454° garis lintang dan 110.6251892° garis bujur. Memiliki luas wilayah ± 154,33 Ha dengan luas lahan sawah sebesar 123,25 Ha dan luas lahan bukan sawah sebesar 31,37 Ha.

Jarak antar Desa Gempol dengan pusat pemerintahan Kecamatan Karanganom sekitar 4,1 km dan dapat ditempuh selama 9 menit dengan menggunakan kendaraan, sementara itu jarak antara Desa Gempol dengan pusat administrasi Kabupaten Klaten sekitar 6,7 km dan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan selama kurang lebih 15 menit.

BATAS WILAYAH

Utara Dalangan, Tulung, Klaten
Selatan Soropaten, Karanganom, Klaten
Timur Pondok, Karanganom, Klaten
Barat Majegan, Tulung, Klaten

Pembagian Administratif

Desa Gempol secara administrasi terbagi menjadi 18 RT dan 9 RW (terdiri dari 11 dukuh), yang terdiri atas 1975 jiwa penduduk dalam 690 jumlah KK (Kartu Keluarga), dengan daftar sebagai berikut :

No Nama Dukuh RW RT
1. Cabeyan I 1
2. Jetis I 2
3. Bantulan II 3 dan 4
4. Gempol III 5 dan 6
5. Brajan IV 7 dan 8
6. Karanggeneng V 9 dan 10
7. Miren VI 11 dan 12
8. Kemasan VII 13 dan 14
9. Jenon VIII 15 dan 16
10. Cangkringan IX 17
11. Golongan IX 18

Potensi

Desa Gempol merupakan Desa padat penduduk dengan tanah yang subur, mengingat sebagian besar wilayahnya merupakan area persawahan. Maka dari itu sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani.

Kampung Pertanian Organik

Desa Gempol memiliki perbedaan yang cukup menarik dengan desa-desa pertanian pada umumnya karena di desa ini sebagian besar petani menerapkan sistem pertanian organik. Hal tersebut menjadikan Desa Gempol ini identik dengan sebutan “Kampung Pertanian Organik”. Produk yang dihasilkan berupa beras organik. Hal ini berawal ketika adanya hama wereng yang cukup parah dan berlanjut ke hama tikus di tahun 2011. Para petani kemudian mencari cara untuk menciptakan cara bertani baru secara otodidak agar tanaman memiliki daya tahan dan mudah untuk dikembangkan. Kemudian berlanjut dengan adanya komunitas bagi para petani yang tertarik dengan cara bertani baru yaitu dengan cara organik. Pada tahun 2015, terbentuk komunitas dengan 11 orang anggota dan 2,5 hektar sawah, yang tertarik membuat kesepakatan untuk memasarkan sendiri hasil pertaniannya. Namun, jumlah tersebut masih kurang sebagai syarat membuat produk bersetifikat. Hingga akhirnya pada tahun 2016 lolos sertifiasi dari LeSOS (Lembaga Sertifikasi Organisasi Seloliman).

Hal yang menjadi kendala dalam proses produksi beras organik di Desa Gempol adalah persoalan modal karena hanya dijalankan oleh kelompok keil. Pada tahun 2017 - 2018 berhasil mendapatkan bantuan dana dari Laziz Muhammadiyah dan menjual sekitar 5 ton beras dengan target pemasaran ke UMY dan konsumsi individu. Meskipun sempat mengalami kekacauan produksi akibat pandemi di tahun 2019, kini para petani sudah bisa untuk mengirimkan kembali produksi beras organik. Para petani di Desa Gempol mengelola hasil taninya di tempat sentralisasi pengelolaan hasil pertanian milik BumDes.

Tirta Tiban Barokah

Tirta Tiban Barokah yang menjadi unit layanan isi ulang air minum milik BumDes

Potensi lain dari Desa Gempol berupa banyaknya sumber daya alam berupa air. Air di Desa Gempol memiliki kualitas yang tergolong baik sehingga banyak dimanfaatkan oleh warga, salah satunya sebagai air minum. Tirta Tiban yang terletak di dukuh Brajan merupakan fasilitas isi ulang air minum yang tersedia bagi masyarakat Desa Gempol dan dikelola sebagai Badan Usaha Milik Desa (BumDes). Masyarakat hanya dikenakan dana sebesar Rp. 3000 saja untuk isi ulang galon air minum.

Kolam Renang

Selain dimanfaatkan sebagai sarana air minum, sumber daya air di Desa Gempol juga dimanfaatkan sebagai kolam renang sebagai aset wisata desa. Kolam renang milik BumDes ini berada di Dukuh Karanggeneng, tepatnya di RT 10/ RW 05. Karena masih dikelola oleh BumDes, belum dikembangkan adanya tarif masuk dan masyarakat hanya cukup membayar dana kebersihan saja.

Struktur Candi di Dukuh Gempol

Ditemukannya struktur candi yang terdapat pada salah satu sawah di Dukuh Gempol. Terletak ditengah area persawahan sehingga sulitnya akses jalan masuk bagi kendaraan, ditemukan di wilayah Dukuh Kemasan dan Dukuh Gempol. Struktur yang ditemukan berupa batuan atau artefak dan struktur batu bata merah. Selain itu ditemukan juga batuan Andesit serta artefak Yoni dan Lingga di sekitar pekarangan rumah warga. Namun, hingga sampai saat ini struktur candi yang ditemukan di Desa Gempol masih belum tertata karena kurang mendapat perhatian dari pemerintah dan terkait masalah pendanaan.

Omah Limbah dan Ternak Maggot

Salah satu hal yang dikembangkan di Desa Gempol adalah Omah Limbah. Seperti kebanyakan daerah lainnya di Indonesia, sampah menjadi salah satu permasalahan yang harus ditangani di Desa Gempol. Omah Limbah merupakan tempat yang digunakan sebagai upaya penanggulangan sampah. Dikelola oleh salah satu warga yang merupakan ketua RW 08 atau Dukuh Jenon yaitu Eddy Nugroho yang juga merupakan aktivis pegiat lingkungan. Omah Limbah juga digunakan sebagai tempat ternak maggot. Maggot merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF)[1] atau Hermetia Illucens dalam bahasa Latin. Seperti yang sudah disebutkan bahwa maggot merupakan larva dari jenis lalat yang awalnya berasal dari telur dan bermetamorfosis menjadi lalat dewasa. Tubuh maggot berwarna hitam dan sekilas mirip dengan tawon. Maggot dibudidayakan sebagai pakan ternak.

  1. ^ Salman, Salman; Ukhrawi, Lalu Muhammad; Azim, Muhammad (2020-03-30). "Budidaya Maggot Lalat Black Soldier Flies (BSF) sebagai Pakan Ternak". Jurnal Gema Ngabdi. 2 (1): 7–11. doi:10.29303/jgn.v2i1.40. ISSN 2656-8098.