Lompat ke isi

Thalut

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 4 Februari 2023 19.18 oleh 103.111.140.176 (bicara)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Kaligrafi Islam Ṭālūt

Thalut (bahasa Arab: طالوت) adalah seorang raja Bani Israil yang disebutkan dalam Qur'an, raja ini dianggap sama dengan tokoh Saul yang disebutkan dalam Alkitab.[1] Kekuasaannya dianggap berawal dari hijrahnya Bani Israil ke wilayah Bangsa Filistin, ia ditunjuk sebagai raja oleh seorang nabi bernama Shamu'il (Samuel). Shamu'il menyarankan agar rakyat Israil bersabar menunggu mukjizat dari Allah Maha Esa. Nabi Samuel berdoa. Akhirnya Allah memberinya petunjuk. Ketika Thalut menggembala keledainya, satu keledainya lepas. Thalut dan pembantunya mencari berhari-hari. Akhirnya Thalut berpikir meminta bantuan nabi Shamu'il. Ia langsung pergi menemui nabi Shamu'il. Setelah bertemu nabi Shamu'il, ia terkejut karena Nabi Shamu'il menjelaskan kepada para pemuka Israil bahwa Thalut akan menjadi raja mereka, tetapi banyak yang tidak percaya. Nabi Shamu'il lalu mengatakan bahwa ada kotak tabout disana. Setelah melihat kotak tabout mereka percaya

Thalut menyerang Filistin

[sunting | sunting sumber]

Thalut mempersiapkan rakyat Israil untuk menyerang Filistin. Lalu, bapak tiga anak yang bernama Yisya mencalonkan ketiga anaknya yang salah satunya akan menjadi nabi, ialah Daud bin Yisya. Saat pasukan Thalut melewati sebuah sungai, ia pun berkata: "Wahai prajuritku! Kau boleh meminum air sungai ini, tetapi tidak boleh lebih dari dua teguk. Barangsiapa yang meminum air sungai ini sampai dahaganya terobati, maka dia bukan pasukanku. Tapi banyak yang tidak mematuhi. Bahkan sampai ada yang berenang. Maka berkuranglah pasukannya. Pasukannya berkurang lagi ketika melihat Jalut, seorang perwira Palestina. Tapi, Daud menawarkan dirinya untuk membunuh Jalut. Dengan katapel yang ia miliki, akhirnya Jalut dapat dikalahkan.

Kisah Thalut dalam al-Qur'an

[sunting | sunting sumber]

Setelah Yusya’ bin Nun wafat, Bani Israil terpecah belah. Isi Kitab suci Taurat berani mereka ubah dan ditambah-tambah. Mereka suka bersilang pendapat pada akhirnya hilanglah kekuatan persatuan mereka. Tanah Palestina diserbu dan dijajah bangsa lain. Bani Israil menjadi bangsa jajahan yang tertindas. Mereka merindukan datangnya seorang pemimpin yang tegas dan gagah berani untuk berperang melawan penjajah. Allah berfirman:

"Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah". Nabi mereka menjawab: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang". Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari anak-anak kami?". Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim." (Q. S. Al Baqarah/02: 246).

Pada saat nama Thalut diucap oleh Nabi Samu’il AS, mereka justru menolaknya. Karena nama Thalut tidak begitu dikenal. Ia hanya seorang petani biasa bahkan tergolong orang miskin.

Sebagaimana telah difirmankan oleh Allah di dalam al-Qur'an:

"Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui." (Q. S. Al Baqarah/02: 247).

Nabi Samu’il AS menjelaskan bahwa walaupun Thalut hanyalah seorang petani biasa tetapi ia pandai strategi perang, tubuhnya kekar dan kuat dan pandai ilmu tatanegara. Akhirnya mereka mau menerima Thalut sebagi raja mereka.

Sebagaimana telah difirmankan oleh Allah di dalam al-Qur'an:

"Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman." (Q. S. Al Baqarah/02: 248).

Thalut mengajak orang-orang yang tak punya ikatan keluarga dan perdagangan ke medan perang. Dengan memilih orang-orang terbaiknya itu ia berharap agar mereka mau memusatkan diri pada pertempuran dan tak menghiraukan urusan rumah tangga dan perdagangan.

Salah seorang anak muda yang ikut ke barisan Thalut adalah seorang remaja yang bernama Daud. Ia diperintahkan oleh ayahnya untuk menyerai kedua kakaknya yang maju di medan perang. Daud tidak diperkenankan maju digaris depan, ia hanya melayani kedua kakaknya. Tempatnya digaris belakang, kalau kakaknya haus dan lapar dialah yang melayani dan menyiapkanya.

Sebagaimana difirmankan oleh Allah di dalam al-Qur'an:

"Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seciduk tangan, maka dia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar."

(Q. S. Al Baqarah/02:249)


Tentara Thalut tidak seberapa banyak . Jauh lebih banyak tentara Jalut si penindas. Jalut sendiri adalah seorang panglima perang yang bertubuh besar seperti raksasa. Setiap orang yang berhadapan dengannya selalu binasa. Tentara Thalut gemetar pada saat melihat keperkasaan musah-musuhnya itu.

Allah berfirman:

Tatkala Jalut dan tentaranya telah tampak oleh mereka, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir." (Q. S. Al Baqarah/02: 250).

Maka dengan kekuatan doa itu mereka menyerbu tentara Jalut. Mereka betempur dengan gagah berani, tentara Jalut tak menyangka lawan yang berjumlah sedikit itu mempunyai keberanian bagaikan singa terluka. Akhirnya, tentara Jalut dapat diporak porandakan dan belari bercerai berai. Tinggal Jalut dan beberapa pengawalnya yang tersisa. Thalut dan pengawalnya tidak berani berhadapan dengan raksasa itu. Pada saat itu Thalut mengumkan bahwa siapa yang bisa mengalahkan Jalut maka ia diambil sebagai menantu.

Tak disangka dan tak diduga Daud yang masih remaja tampil ke depan. Minta izin kepada Thalut untuk menghadapi Jalut. Mula-mula Thalut ragu, mampukah Daud yang masih muda itu bisa mengalahkan Jalut?namun setelah didesak oleh Daud pada akhirnya ia mengizinkan Daud maju ke medan perang. Dari kejauhan Jalut melihat sepak terjang Daud. Dengan sombongnya Jalut berteriak menentang orang-orang Israil untuk perang tanding. Ia juga mengejek bangsa Israil yang pengecut, dan hinaan-hinaan lainnya yang menyakitkan hati.

Tiba-tiba Daud muncul dihadapan Jalut. Jalut tertawa terbahak-bahak melihat anak muda yang menentang duel. Daud tidak membawa senjata tajam, Daud hanya membawa katapel. Berkali-kali Jalut melayangkan pedangnya untuk membunuh Daud tetapi Daud dapat menghindar dengan gesit. Pada suatu kesempatan Daud berhasil melayangkan peluru batu ketapelnya tepat di antara kedua mata Jalut. Jalut berteriak keras, roboh dengan dahi yang pecah dan mati.

Dengan demikian menanglah pasukan Thalut melawan pasukan Jalut. Daud diangkat menjadi menantu Raja Thalut. Dijodohkan dengan anak Raja Thalut yang bernama Mikyal. Sebagaimana telah difirmankan oleh Allah di dalam al-Qur'an:

251. Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam. (Q. S. Al Baqarah/02:251).

Wafatnya Thalut dan diangkatnya Daud sebagai raja Israil

[sunting | sunting sumber]

Disamping menjadi menantu raja, Daud juga diangkat sebagai penasihatnya. Ia dihormati semua orang. Rakyatnya seolah lebih menghormati Daud daripada Thalut. Hal ini membuat Thalut iri hati. Ia Berusaha ingin mencelakakan Daud ke medan perang yang sulit. Daud ditugaskan untuk melawan musuh yang jauh lebih kuat dan besar jumlahnya. Justru Daud memenangkan pertempuran tersebut dan kembali ke istana disambut dengan meluapkan kegembiraan rakyatnya.

Thalut makin iri dan sakit hati atas kepopuleran Daud di mata rakyatnya. Ia terus mencoba berbagai cara untuk membunuh dan menyingkirkan Daud namu selalu menemui kegagalan, karena Daud dilindungi oleh Allah.

Akhirnya terjadilah perang terbuka. Thalut tewas dalam peperangan tersebut. Setelah Thalut tewas dan putra mahkotanya juga tewas bertempur melawan orang-orang yang berpihak kepada Daud maka Daud diangkat menjadi raja Israil.

  1. ^ M. A. S. Abdel Haleem: The Qur'an, a new translation, note to 2:247.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]