Lompat ke isi

Angka Prodjosoedirdjo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Angka Prodjosoedirdjo
Lahir(1887-12-13)13 Desember 1887
Banjarnegara, Jawa Tengah, Hindia Belanda
Meninggal1975
Jakarta, Indonesia
KebangsaanJawa (Indonesia)
Almamater
  • Holland Indische School HIS
  • Hoogere Burger School HBS
  • School tot Opleiding van Inlandsche Artsen STOVIA
PekerjaanDokter
Dikenal atas
  • Salah satu pendiri Boedi Oetomo-sebagai bendahara
  • Dokter Boemiputra lulusan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA)
Suami/istriRaden Adjeng Soedijah
Anak
  • Soeprapti
  • Soekartini
  • Achmad Soeprapto
  • Maryani
  • Soeparti
  • Soejati
  • Soeharti
Orang tua
  • Raden Prodjodiwirjo (Ayah)
  • Raden Ayu Prodjodiwirjo (Ibu)

Raden Angka Prodjosoedirdjo (Banjarnegara, Jawa Tengah, 13 Desember 1887 - Banyumas, Jawa Tengah, 1975) adalah salah satu tokoh pendiri Boedi Oetomo.[1]

Riwayat hidup

Raden Anggoro Kasih Prodjosoedirdjo lahir Selasa Kliwon, 13 Desember 1887. Ayahnya bernama Prodjodiwirjo yang pada waktu itu menjabat sebagai asisten wedana (camat) di Madukara, Banjarnegara. Pada masa kanak-kanak ia dititipkan pada orang tua ibunya yaitu eyang Raden Bei Santadiredja, patih Banyumas dan bersekolah di Holland Indische School (HIS) selama 7 tahun. Karena prestasinya bagus Angka melanjutkan sekolah ke Hoogere Burger School (HBS) selama 5 tahun. Kemudian melanjutkan sekolah pendidikan dokter bumiputera di STOVIA. Tidak banyak referensi atau sumber yang dapat mengungkap riwayat hidup Angka yang semasa hidupnya selalu mengabdikan diri sebagai dokter rakyat dan pendidik. Akhirnya sebuah riwayat hidup singkat dapat diperoleh dari biodata yang dibuat sendiri oleh putri Angka, yaitu Ny. Soeharti Partana, di Purwokerto, 6 April 2008.

Angka masuk di STOVIA pada 4 Januari 1904. Berangkat dari kota kecil di Jawa Tengah, Angka mampu beradaptasi dengan lingkungan baru di STOVIA. Pertemuan dengan teman- teman lain kelasnya, sering berdiskusi tentang kondisi bangsa, saat malam hari atau kala istirahat, membuat kepekaan sosial Angka bertambah tinggi. Pada 20 Mei 1908 bersama Soetomo dan kawan- kawannya, turut aktif dalam perkumpulan Boedi Oetomo sebagai salah satu pendirinya. Angka dipilih menjadi bendahara Boedi Oetomo. Bersifat pendiam dan hati-hati sehingga cocok perannya sebagai bendahara.

Pada 30 Juli 1912 ia menamatkan pendidikan STOVIA dengan predikat cumlaude. Atas prestasinya itu ia menerima cenderamata dari STOVIA berupa jam saku berantai dengan gantungan terbuat dari emas, dan kuku macan. Sekarang benda tersebut disimpan oleh cucunya di Jakarta. Dokter Angka menikah dengan Raden Adjeng Soedijah, puteri dari Raden Poerwosoedirdjo dengan Raden Ayu Samsirin Poerwosoedirdjo pegawai suikerfabriek (pabrik gula) Kalibagor, Banyumas, dan dikaruniai 7 anak, yaitu Soeprapti, Soekartini, Achmad Soeprapto, Maryani, Soeparti, Soejati, dan Soeharti. Pada saat riwayat hidup ini ditulis masih ada dua putri Dokter Angka yang dikaruniai panjang umur yaitu Ny Soejati Iman Soepojo, berusia 85 tahun tinggal di Depok. Ny Soeharti Partana berusia 78 tahun tinggal di Purwokerto. Jumlah cucu Dr. Angka sebanyak 14 orang, terdiri tujuh laki-laki dan tujuh perempuan.

Setelah pensiun untuk kedua kalinya Dokter Angka beserta beberapa dokter di Purwokerto mendirikan usaha berbentuk perseroan terbatas yang bergerak di bidang farmasi. Berdirilah apotek Dwiwarna pada Oktober 1949 di paviliun rumah kediamannya di Jl. Jend Gatot Subroto 36 Purwokerto. Dokter Angka bertindak sebagai supervisor dibantu seorang asisten apoteker dan beberapa pembantunya. Apotek Sang Dwiwarna adalah apotek pertama di Purwokerto yang berdiri setelah Proklamasi Kemerdekaan RI. Di tahun-tahun selanjutnya karena satu persatu pindah dari Purwokerto, para pemegang saham menarik sahamnya. Akhirnya pada tahun 1970 apotek tersebut dijual kepada pengusaha apotek lain. Dokter Angka Prodjosoedirdjo pernah ditugaskan sebagai dokter pemerintah di berbagai tempat seperti Semarang, Sawahlunto (Sumatera), Bogor, Purbalingga, Brebes, Pemalang, Kendal, Banyumas, dan Purwokerto. Tahun 1935 ia menangani pemberantasan penyakit frambosia di Pemalang. Dan tahun 1954 penyakit malaria di Cilacap bersama Unicef, disertai dokter-dokter dari Rusia, Filipina, dan India.

Angka Prodjosoedirdjo pernah diminta oleh pemerintah untuk menandatangani surat pernyataan pengakuan sebagai perintis kemerdekaan untuk mendapatkan tunjangan, tetapi menolak dengan jawaban bahwa jasa-jasanya merupakan kewajiban dan tanggung jawabnya kepada pemerintah beserta rakyat Indonesia tanpa mengharapkan imbalan apapun “Saya merasa kecil dan tidak ikut berjasa …” tutur Angka bersahaja. Semasa hidupnya Angka mengabdikan diri sebagai dokter dan juga sebagai pendidik. Dalam usia 85 tahun ia masih tetap melakukan tugas kemanusiaan. “Segala pikiran dan tenaga ditumpahkan untuk mengangkat derajat kesejahteraan rakyat dengan jalan menyembuhkan mereka yang sakit, memberantas penyakit rakyat (malaria dan frambosia)”.

Pada saat kepemimpinan Bupati Banyumas Poedjadi Djaring Bandajuda, setiap tanggal 20 Mei bupati beserta rombongan, sekitar 20 orang, selalu mengunjungi kediaman dokter Angka untuk bersilaturahmi. Kunjungan yang dilakukan setiap tanggal 20 Mei ini dilakukan hingga tiga kali. Penghargaan lain dari pemerintah adalah pemakaian nama dr Angka sebagai nama jalan yang melintasi rumah sakit lama di kota Purwokerto.

Pada tahun 1967, Angka menyempatkan diri memberikan kesaksian hidup tentang pendirian Boedi Oetomo tahun 1908. Dengan membuat surat tertulis. Menjawab surat dari Prof Sardjito yang mengatakan bahwa Boedi Oetomo didirikan oleh pelajar-pelajar STOVIA sesuai kejadian yang beliau saksikan pada tanggal 20 Mei 1908. Dokter Angka meninggal dunia di Purwokerto pada tahun 1975 dalam usia 88 tahun, dan dimakamkan di Pesarean Keluarga Kebutuh, Sokaraja, di samping makam isterinya yang meninggal 24 November 1968 dalam usia 75 tahun.[2] Sebagai penghargaan namanya kini diabadikan sebagai nama ruas jalan utama di Purwokerto.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Para pendiri "Boedi OEtomo" : Para pelajar STOVIA, a.l. R. Soetomo, M. Goenawan, Moh. Saleh, M. Goembrek, dan R. Angka. Mereka adlah para pendiri Boedi Oetomo yang merupakan awal Kebangkitan Nasional.[1]
  2. ^ Angka Prodjosoedirdjo.[2]