Zainuddin Maidin
Zainuddin Maidin | |
---|---|
زين الدين ميدين | |
Menteri Penerangan Malaysia | |
Masa jabatan 14 Februari 2006 – 8 Maret 2008 | |
Perdana Menteri | Abdullah Ahmad Badawi |
Anggota Parlemen Malaysia dapil Merbok | |
Masa jabatan 24 Maret 2004 – 8 Maret 2008 | |
Mayoritas | 29,607 (2004) |
Informasi pribadi | |
Lahir | Zainuddin bin Maidin 26 Juni 1939 Kota Kuala Muda, Kedah, Malaya Britania (sekarang Malaysia) |
Meninggal | 14 Desember 2018 Rumah Sakit Serdang, Kajang, Selangor, Malaysia | (umur 79)
Sebab kematian | Gagal jantung |
Makam | Kampung Klang Gate/Pemakaman Muslim Taman Melawati, Kuala Lumpur, Malaysia |
Kewarganegaraan | Malaysia |
Partai politik | UMNO (hingga 2018) Independen (2018) |
Afiliasi politik lainnya | Barisan Nasional (–2018) Pakatan Harapan (2018) |
Suami/istri | Zaiton Zainol Abidin |
Anak | 4 |
Tempat tinggal | Precinct 10 Putrajaya |
Almamater | Universitas Michigan |
Pekerjaan | Jurnalis Politisi |
Situs web | zamkata |
Sunting kotak info • L • B |
Tan Sri Zainuddin bin Maidin (Jawi: زين الدين بن ميدين; 29 Juni 1939 – 14 Desember 2018) adalah politikus Malaysia yang pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan dalam Kabinet Malaysia. Ia juga merupakan mantan Pemimpin Redaksi surat kabar Utusan Melayu, surat kabar berbahasa Melayu paling populer di Malaysia. Pada pemilihan umum ke-12 Malaysia, ia dikalahkan menduduki kursi parlemen Sungai Petani oleh Datuk Johari Abdul dari Parti Keadilan Rakyat.
Kehidupan awal
Zainuddin bin Maidin lahir di Kota Kuala Muda, Kedah, berasal dari sebuah keluarga Muslim keturunan campuran Melayu dan India.[1] Ia menjalani pendidikan awal di Maktab Mahmud, Alor Star.
Zainuddin kemudian meraih diploma dalam jurnalisme dari Berlin Journalism Institute pada tahun 1969. Pada tahun 1981, ia dianugerahi penghargaan Professional Journalist Fellowship oleh Universitas Michigan, Amerika Serikat.
Zainuddin menikah dengan Datin Zaiton Zainol Abidin dan dikaruniai dua putri dan dua putra.
Karier
Zainuddin memulai kariernya sebagai jurnalis semi-profesional Utusan Melayu di Alor Star pada tahun 1951, kemudian diangkat sebagai jurnalis full-time pada tahun 1961. Ia juga pernah bekerja sebagai perwakilan Utusan Melayu di London dan menjadi Pemimpin Redaksi Utusan Melayu pada tahun 1982.
Sejak tahun 1992, ia memegang berbagai jabatan non-editorial seperti Konsultan Departemen Editorial Utusan Melayu (1992) dan Ketua Eksekutif Publikasi dan Distributor Utusan Melayu Sdn. Bhd (UP & D) (1994). Setelah itu, ia menjadi anggota Dewan Direksi kumpulan Utusan Melayu (M) Bhd dan menjadi Deputi Utusan Melayu pada tahun 1998.
Zainuddin diangkat sebagai anggota Dewan Negara pada tahun 1998. Ia disumpah sebagai anggota dari Dewan Negara untuk masa jabatan kedua pada bulan Februari 2001 dan diangkat sebagai Wakil Menteri Penerangan pada 21 November 2002. Kemudian, ia memenangkan kursi parlemen Merbok dalam pemilu 2004, mengalahkan kandidat Parti Keadilan Rakyat dengan 15.162 perolehan suara.
Pada tanggal 14 Februari 2006, dia diangkat menjadi Menteri Penerangan oleh Perdana Menteri Tun Abdullah Ahmad Badawi, menggantikan Datuk Paduka Abdul Kadir Sheikh Fadzir.
Dalam Pemilihan Umum ke-12 Malaysia pada tanggal 8 Maret 2008, ia bersaing untuk memperebutkan kursi parlemen Sungai Petani, namun dikalahkan oleh Datuk Johari Abdul dari Parti Keadilan Rakyat.[2]
Kontroversi
Menulis artikel kritis terhadap Habibie
Pada 10 Desember 2012, Zainuddin menerbitkan "Persamaan B. J. Habibie dengan Anwar Ibrahim" di koran Utusan Malaysia. Dalam penulisan artikel tersebut disebutkan bahwa B. J. Habibie sebagai Presiden Indonesia paling tersingkat dan tersingkir karena telah mengkhianati negaranya yang menyebabkan Timor Timur lepas dari Indonesia. Hal ini dikecam berbagai pihak di Malaysia dan Indonesia. Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan ketidaknyamanan kepada pemerintah Malaysia.[3]
Zainuddin sempat menolak untuk meminta maaf kepada Indonesia atas penghinaannya tersebut.[4] Bahkan kunjungan Habibie ke negara bagian Selangor dianggap sebagai dukungan untuk koalisi oposisi yang dipimpin Anwar Ibrahim, padahal tujuannya datang untuk diundang sebagai tamu resmi pemerintah guna memberikan ucapan selamat kepada universitas di negara itu.
Penghargaan
- 1982 - Ahli Mahkota Pahang (AMP)
- 1987 - Ahli Mahkota Kedah (AMK)
- 1990 - Johan Mahkota Negara (JMN)
- 1990 - Setia Mahkota Selangor (SMS)
- 1996 - Pingat Jasa Negara (PJN); carrying the title Datuk
- 2003 - Darjah Pingat Dato’ Mahkota Selangor (DPMS)
- 2006 - Datuk Paduka Mahkota Kedah (DPMK)
- 2006 - Darjah Gemilang Seri Melaka (DGSM); carrying the title Datuk Seri
- 2009 - Panglima Setia Mahkota (PSM); digelari Tan Sri
Referensi
- Utusan Malaysia, 15 Februari 2006
- http://pmr.penerangan.gov.my/custom.cfm?name=lihatbiodatadetail.cfm&id=53 Diarsipkan 2007-11-14 di Wayback Machine.
- ^ The racial conundrum in Umno
- ^ DAP proves Sedition Act still relevant: Zam Diarsipkan 2007-10-13 di Wayback Machine.. (November 28, 2006). Malaysia Today.
- ^ Yudhoyono complains to Najib over Zainuddin's Habibie insult, The Malaysian Insider, 21 Desember 2012, diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-02, diakses tanggal 2021-07-24
- ^ "Malaysia Desak Zainuddin Minta Maaf Telah Hina Habibie". Liputan6.com. 2012-12-15. Diakses tanggal 2021-07-24.