Lompat ke isi

No Man's Land

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 1 Maret 2023 08.05 oleh Noisector (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{Infobox musical artist | name = NO MAN'S LAND | image = Cover_story_testpress01.jpg | image_size = 280 | image_upright = | landscape = <!-- yes, if wide image, otherwise leave blank --> | alt = | caption = | alias = | origin = Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia | genre = *Oi! *Streetpunk *Punk | years_active = {{Start date|1994}}–{{End...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
NO MAN'S LAND
Berkas:Cover story testpress01.jpg
Informasi latar belakang
AsalKota Malang, Jawa Timur, Indonesia
Genre
Tahun aktif1994 (1994)2018 (2018)
Label
Situs webSitus web resmi

No Man’s land adalah grup band musik asal Kota Malang, Indonesia yang didirikan tahun 1994 formasi awal mereka adalah Dian Samodra Arief, yang lebih akrab dipanggil Didit Samodra, Didik Afandi dan Ferry. Mereka memainkan musik Oi!/Streetpunk dan merupakan salah satu band dengan riwayah karir cukup panjang di kancah skena Punk dan Skinhead di Indonesia. Mereka telah bermain dalam ratusan panggung di berbagai kota di Indonesia. No Man’s Land telah merilis 21 album yang terdiri atas 10 studio album, 6 album EP, 4 the best album dan 1 Live album serta puluhan kompilasi baik lokal maupun internasional.

Didit Samodra sepanjang karirnya telah menulis lagu untuk No Man’s Land lebih dari 150 lagu, 145 diantaranya telah dirilis secara fisik baik dalam format kaset, CD maupun Vinyl. 80% karya mereka dirilis oleh berbagai label Eropa khususnya Aggrobeat Records dari Belanda dan Rusty Knife Recods dari Prancis.

Sejarah

Dian Samodra Arief, yang lebih akrab dipanggil Didit, adalah motor penggerak utama sekaligus vokalis dari band No Man’s Land (NML). Didit terlahir pada tanggal 24 September 1975, di kota Malang. Ia terlahir di keluarga yang sebenarnya tidak terlalu mencintai musik, namun begitu sangat menghargai demokrasi. Tak heran bila pemuda yang akhirnya lebih dikenal dengan panggilan Didit ini, lebih leluasa dalam memilih jalan hidup yang diyakininya begitu menginjak usia remaja.

Sebenarnya, tak ada yang spesial dari sosok seorang Didit di masa mudanya. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, Didit termasuk bocah pintar atau cerdas. Sesuatu yang berbeda dan menonjol baru terlihat begitu dia masuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Didit belasan tahun ini mulai lebih nakal, sedikit pemberontak dan enggan berada di jalur yang sama dengan remaja pada umumnya.

Bulan Mei 1994, Didit lulus dari SMA, membawa banyak mimpi. Selain melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, satu hal yang terus-menerus terbersit di benaknya adalah membentuk band yang memiliki karakter sendiri. Waktu sekolah, sebenarnya Didit sudah beberapa kali jadi ‘anak band’, namun kini dia menginginkan band yang bisa mewakili isi hati dan pikirannya sendiri. Semangat untuk membuat “arus” sendiri, sudah sangat kental dalam jiwa dan geraknya.

Pada saat itu, Kota Malang sedang demam dengan cengkraman genre Rock, Heavy Metal, Trash Metal, Grindcore, Alternative Rock dan lain-lain. Semua genre tersebut sebenarnya sudah pernah dirasakan dan dimainkan oleh Didit. Malah sejak kelas lima Sekolah Dasar, dia sering membeli dan mengoleksi kaset-kaset dari berbagai genre tadi.

Bersama dua tetangganya, Didik dan Rully, Didit begitu gemar mengisi hari-harinya dengan musik. Didit dan Didik cenderung menyukai aliran musik yang sama, sementara Rully lebih bisa menerima segala jenis musik.

Trend aliran musik tersebut benar-benar mempengaruhi remaja di kota Malang, menginspirasi lahirnya banyak sekali band. Tak sedikit dari mereka yang hanya bisa bertahan hidup setahun, sebulan atau malah hanya beberapa minggu. Kebanyakan lebih memilih memainkan cover version dari band-band Barat yang sedang naik daun. Saat itu ada penilaian bahwa sebuah band hebat adalah yang mampu memainkan lagu cover semirip mungkin dengan versi aslinya. Membawakan lagu ciptaan sendiri seperti dianggap tabu dan memalukan sehingga saat itu sangat langka dijumpai rilisan album lokal.

Sejak awal, Didit memang memiliki pendapat berbeda dengan pakem yang sedang berlaku. Dengan keyakinan kuat, ia mengajak Jario (bass) dan Didik (drum) melahirkan No Man’s Land, sementara Rully berada di belakang sebagai pendukung. Mereka menginginkan sebuah band yang bisa terlepas dari belenggu aturan tak tertulis. Yang tidak harus piawai memainkan lagu populer milik orang lain, yang tak melulu wajib ikut festival musik untuk menjadi yang terbaik dan merebut trofi.[1]

Nama

LOGO NO MAN'S LAND
LOGO NO MAN'S LAND

Nama No Man's Land dipilih karena dianggap mampu mewakili isi pikiran mereka. Secara harfiah, No Man's Land berarti tanah tak bertuan. Didit dan kawan-kawan berpendapat bahwa tidak ada satupun di dunia ini yang kekal menjadi milik seseorang. Semua hanya masalah waktu, apapun yang ada di muka bumi bakal bisa berganti kepemilikan. "Tidak ada yang menjadi tuan di atas muka bumi. Seseorang hanya memiliki hak pakai, namun akan bergantian sesuai masa masing-masing," jelas Didit tentang arti nama No Man's Land.[2]

Karier musik

Momen Sejarah Aksi Panggung Pertama Kali

Akhirnya formasi baru terbentuk, Didit di vokal dan gitar, Didik pada drum, sementara itu Ferry mengisi bass. Bersamaan dengan momen perekrutan Ferry, Didit mendapatkan tawaran dari sepupunya, Budi, untuk manggung di sebuah parade musik di Turen dua minggu lagi. Sebuah band batal bermain dan panitia mencari band pengganti. Walau baru terbentuk dan persiapan masih serba minim, mereka memutuskan untuk menerima tawaran itu. Satu-satunya yang membuat mereka percaya diri adalah No Man's Land bakal membawakan lagu sendiri, bukan punya orang lain. Dalam waktu yang cukup singkat ini, Ferry benar-benar digembleng untuk mengenal dan mempelajari lagu-lagu No Man's Land.

Hari menegangkan itu tiba. Untuk pertama kalinya No Man's Land beraksi di atas panggung. Rombongan kecil itu berangkat ke Turen, sekitar 30 kilometer dari Kota Malang, ditemani oleh Rully yang rencananya menjadi juru foto band. Sesampainya di sana, mental mereka kembali diuji. The Biz, band yang akan mereka gantikan, ternyata berada di urutan terakhir. Praktis No Man’s Land harus menunggu sampai tengah malam sebelum naik ke atas panggung.[3]

Anggota Band

Vokal

Gitaris

  • Ferry - (1996 – 2012)
  • Galih - (2012 – 2018)

Bassis

  • Jario - (1994 – 1994)
  • Ferry - (1995 – 1996)
  • Catur - (1996 – 2012)
  • Ultraman - (2012 – 2014)
  • Baotz - (2014 – 2015)
  • Dharul - (2015 – 2018)

Drummer

  • Didik - (1994 – 2012)
  • Rofi - (2012 – 2013)
  • Jono - (2013 – 2013)
  • Tamtam - (2014 – 2018)

Additional Drummer

  • Yoyok Rampok
  • Eko Plokotho
  • Anton Rotten
  • Andik D.A.H
  • Bampho

Diskografi

Album Studio

  • Separatist Tendency (demo rehearsal) — self released, 1995.
  • Punks and Artschool Dropouts — KDHC, 1996.
  • Grow Away From The Society — Confuse Records, 1999.
  • All Together Now — Raw Tape Records, 1999.
  • Scattered Around and Buried — OiShop Records (Germany) & Fleisch Produkt (Germany), 2012
  • No Way Back Home  — Aggrobeat Records (Netherlands), 2014.
  • Unarmed  — Aggrobeat Records (Netherlands), 2015.
  • True to Myself  — Aggrobeat Records (Netherlands), Rusty Knife Records (France), Has Been Mental (France), 2017.
  • Rare and Exotic , exclusive only on box set — Self Released, 2018
  • Social Injustice, unreleased tracks — Self Released, 2022

E.P Album

  • Punks Hey Punks — Phisik Scream Ent. (Malaysia), 1998.
  • Malang Skinhead, Split (EP 7”) — Aggrobeat Records (Netherlands) & Poink Records (Germany), 2014.
  • Split ep 7” with SWR (England) — Aggrobeat Records (Netherlands), Rusty Knife Records (France) & FFC Production (France), 2014.
  • The Way We Feel (EP 7”) — Aggrobeat Records (Netherlands), 2015
  • Split with Contingent Anonyme (EP 7”) — Anggobeat Records (Netherlands), Rusty Knife Records (France), 2017
  • Oi! Against Racism (EP 7”) — Rusty Knife Records (France), 2019.

Live Album

  • Live and Loud  — Aggrobeat Records (Netherlands), Rusty Knife Records (France), MLG (Indonesia), 2016.

The Best Album

  • The Best of 1994-2012 — Aggrobeat Records (Netherlands), 2012.
  • Single Collection  — Self Released, 2018.
  • Cover Story  — Self Released, 2018.
  • History of No Man’s Land , exclusive only on box set — Self Released, 2018.

Compilation Albums

  • Riot Sounds – An International Punk And Hardcore Comp. Matula Records (Germany) 2000.
  • Saudara Sebotol (tape compilation), 2001.
  • Anti Disco League (CD compilation) — Temple Combe Records (USA), 2006.
  • Where the Wild Things are Teil — Depraved & Devilish (Germany), 2000.
  • Skins and Punks (CD compilation) — MT2 Records.
  • Oi! Made in Indonesia (CD compilation) — Aggrobeat Records (Netherlands), 2013.
  • Fuck Your Movement, We’re Making Scene (Vol 1) — Smash The Discos (USA), 2014.
  • Skinhead Jamboree (CD) — Attitude Records (Indonesia), 2017.
  • Oi! Made Worldwide (CA) — Oi! The Nische (Germany), 2017.
  • Tribute to Wreched Ones (LP 12” compilation) — Contra Records (Germany), CCM (USA), 2018.
  • Our Heroe Comp. - not on label (Indonesia), 2018
  • Skinhead Indonesia Bootprint (CD) — Attitude Records (Indonesia), 2019.
  • Boot Rally Oi! Oi! Oi! Vol.2 – Vicious Mistress Records (USA), 2019
  • The Beast Within Us All (CD) – 8 Up Records (USA), 2020
  • A Skinheads And Punks Comp. (CD) – Rusty Knife Records (France), 2020
  • Anti Racist Skinheads Vo.1 – Drunk And Proud Worldwide, 2023

Referensi

  1. ^ Mujaddid, Adhib (2015). 20 TAHUN NO MAN’S LAND. Kota Malang: Independent Work Together Publishing. hlm. 8 Didit dan Sejarah Kelahiran No Man’s Land. 
  2. ^ Mujaddid, Adhib (2015). 20 TAHUN NO MAN’S LAND. Kota Malang: Independent Work Together Publishing. hlm. 9 Didit dan Sejarah Kelahiran No Man’s Land. 
  3. ^ Mujaddid, Adhib (2015). 20 TAHUN NO MAN’S LAND. Kota Malang: Independent Work Together Publishing. hlm. 11 Momen Sejarah Aksi Panggung Pertama Kali. 

Pranala luar