Lompat ke isi

Ayu Puspa Ningtyas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 17 Maret 2023 17.02 oleh Sythans27 (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Ayu Puspa Ningtyas
LahirAyu Puspa Ningtyas
7 Desember 1990 (umur 33)
Kota Bau Bau, Sulawesi Tenggara, Indonesia
AlmamaterUniversitas Dayanu Ikhsanuddin
Pekerjaan
Tahun aktif2014–sekarang
Tinggi171 cm (5 ft 7+12 in)
GelarPuteri Indonesia Sulawesi Tenggara 2014
Pemenang kontes kecantikan
Warna rambutCokelat gelap
Warna mataCokelat gelap
Kompetisi
utama

Ayu Puspa Ningtyas adalah kontestan Puteri Indonesia 2014 mewakili Provinsi Sulawesi Tenggara. Ia adalah seorang sarjana hukum dari Universitas Dayanu Ikhsanuddin, Baubau dan saat ini bekerja sebagai seorang karyawati.


Wanita kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan pada tanggal 7 Desember 1990 ini memiliki tinggi badan 171 cm. Sebelumnya, Ayu pernah mengikuti Pemilihan Puteri Indonesia Sulawesi Tenggara 2012 yang dilaksanakan di Kabupaten Wakatobi dan meraih penghargaan sebagai 1st Runner-Up. Tahun 2013, Ayu kembali mencoba mengikuti Pemilihan Puteri Indonesia Sulawesi Tenggara dan berhasil memenangkan kontes tersebut. “Mengikuti Pemilihan Puteri Indonesia merupakan impian Ayu sejak kecil” begitu pernyataanya ketika diwawancarai oleh Baubau Pos, salah satu media lokal di Baubau.[1] Ia merupakan wakil ketiga dari Kota Baubau yang mewakili Provinsi Sulawesi Tenggara di ajang Pemilihan Puteri Indonesia. Sebelumnya ada Shinta Barnas pada tahun 2005 yang berhasil memenangkan pemilihan di tingkat provinsi[2] dan Diza Ayu Fildzah pada tahun 2009 yang mengikuti pemilihan tertutup di Jakarta karena tidak dilaksanakan pemilihan di tingkat provinsi.[3]

Kontes Nasional

[sunting | sunting sumber]

Selama karantina Ayu sekamar dengan kontestan asal Aceh, Winda Ulfa. Pada kunjungan ke Galeri Indonesia Kaya, Ayu dan Sharah Marsela, kontestan asal Riau memperoleh hadiah spesial berupa angklung.[4] Upaya Ayu dalam memperkenalkan budaya Sulawesi Tenggara terlihat saat gala dinner di rumah ibu Mooryati Soedibyo, Ayu menggunakan gaun malam berbahan tenun Buton.[5] Pada malam bakat, Ayu memainkan drama teater bertema Wandiundiu, sebuah cerita rakyat Buton yang berusia ratusan tahun mengenai ikan duyung. Selain mengenakan pakaian adat Buton,[6] Ayu juga mengenakan pakaian adat Lariangi asal Kaledupa, Kabupaten Wakatobi.[7]

Kontroversi

[sunting | sunting sumber]

Beberapa isu yang sempat beredar, perjuangan Ayu untuk mewakili Sulawesi Tenggara kurang mendapat dukungan dari pemerintah setempat. Ayu mungkin menjadi salah satu kontestan yang paling sering mendapat hate speech dari forum-forum penggemar kontes kecantikan karena dianggap kurang menarik. Sebelumnya, keikutsertaanya untuk kedua kalinya pada pemilihan tingkat daerah awalnya juga mendapat respon negatif. Namun, Ayu adalah seorang yang pantang menyerah dan berhasil membuktikan kalau ia memang layak untuk mewakili Sulawesi Tenggara. Ayu tak sendiri sebab wakil dari NTT, Dyathra Silvana Baten dulunya juga merupakan runner up 1 pada tahun sebelumnya dan kembali ikut kompetisi pada tahun 2013 sehingga bisa mewakili NTT pada tahun 2014.[8]

Hal ini mengingatkan kita pada kisah Miss Philippines 2012, Janine Tugonon yang sesungguhnya pernah mengikuti Binibining Pilipinas 2011 namun ia harus menerima kenyataan sebagai runner up 1. Tahun 2012 Jenine Tugonon kembali mengikuti kontes nasional dan akhirnya bisa mewakili Filipina di ajang Miss Universe 2012 hingga meraih prestasi yang gemilang sebagai runner up 1.[9]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]