Surah Al-Anfal
الأنفال Al-Anfāl Rampasan Perang | |
---|---|
Klasifikasi | Madaniyah |
Juz | 9—10 |
Hizb | 15—19 |
Jumlah ayat | 75 ayat |
Jumlah kata | 1.631 |
Jumlah huruf | 5.294 huruf |
Surah Al-Anfal (bahasa Arab: سورة الأنفال, translit. sūrah al-anfāl, har. 'harta rampasan perang') adalah surah ke-8 pada al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 75 ayat dan termasuk golongan surah-surah Madaniyah.
Nama Al-Anfal muncul pada permulaan surah ini dan juga persoalan yang menonjol dalam surah ini ialah tentang harta rampasan perang, hukum perang dan hal-hal yang berhubungan dengan peperangan pada umumnya. Menurut riwayat Ibnu Abbas, surah ini diturunkan berkenaan dengan perang Badar yang terjadi pada tahun 2 H.[1]
Peperangan ini sangat penting artinya, karena merupakan peristiwa yang menentukan jalan sejarah perkembangan Islam. Pada waktu itu umat Islam dengan berkekuatan kecil untuk pertama kali dapat mengalahkan kaum musyrik yang berjumlah besar dan memiliki perlengkapan yang cukup, dan mereka dalam peperangan ini memperoleh harta rampasan perang yang tidak sedikit. Oleh sebab itu timbullah masalah bagaimana membagi harta-harta rampasan perang itu, maka kemudian Allah menurunkan ayat pertama dari surah ini.[2]
Isi
- Kisah perang Badar
- Cara pembagian ghanimah terserah kepada Allah dan Rasul-Nya (1)
- Sifat-sifat orang mukmin (2–4)
- Keengganan sebagian sahabat untuk pergi ke medan tempur dan pertolongan Allah kepada kaum muslimin (5–14)
- Larangan melarikan diri dari medan tempur (15–19)
- Larangan menyalahi perintah Allah (20–23)
- Kewajiban menaati perintah Allah dan Rasul-Nya (24–26)
- Larangan berkhianat dan faedah bertakwa (27–29)
- Permusuhan kaum musyrikin terhadap Nabi dan kewajiban menentang mereka sampai terpeliharanya agama Allah (30–40)
- Cara pembagian ghanimah (41)
- Rahmat Allah kepada kaum muslimin dalam peperangan Badar (42–44)
- Kewajiban teguh hati, bersatu dalam peperangan, dan larangan berlaku sombong dan riya' (45–47)
- Pengkhianatan Setan terhadap janjinya kepada pengikut-pengikutnya (48–51)
- Kebinasaan sesuatu kaum adalah lantaran perbuatan mereka sendiri (52–57)
- Syirik adalah dosa paling besar dan sikap menghadapi kaum musyrikin dalam peperangan (58–60)
- Cinta perdamaian dan keharusan mempertebal semangat jihad (61–75)
Referensi
- ^ Translation and commentary by Javed Ahmad Ghamidi
- ^ Nasrulloh, Muhammad (2020). "46: Doa Rasulullah SAW ketika perang Badar". PERISTIWA DIBALIK TURUNNYA AL-QURAN: Fakta Sejarah Pengantar Turunnya Ayat-Ayat Al-Quran [EVENTS BEHIND THE DECENT OF THE QURAN: Historical Facts Introduction] (ebook) (Religion / Islam / History) (dalam bahasa Indonesian and Arabic). Aghitsna Publiser. hlm. 92–93. ISBN 9786236865101. Diakses tanggal 2 February 2022.
Hadith from Sahih Muslim no.1763; Sahih al-Bukhari no.2915; Musnad Ahmad ibn Hanbal no.1161; al-Tabarani vol 10 p.18110270; compiled in the book of Ibn Hajar al-Asqalani vol.7 p.289
Pranala luar
Surah Sebelumnya: Surah Al-A’raf |
Al-Qur'an | Surah Berikutnya: Surah At-Taubah |
Surah 8 |