Lompat ke isi

Tujuh Tradisi Komunikasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 5 April 2023 04.48 oleh 2001:448a:2082:d272:f56a:ebd4:9798:1a0f (bicara) (Tradisi Kritis: Perbaikan kata "sutut" menjadi "sudut")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)


Tujuh Tradisi Komunikasi merupakan dasar-dasar dari teori-teori komunikasi yang memiliki kesamaan, sehingga dikelompokan menjadi tujuh tradisi komunikasi. Tradisi ini ditemukan oleh Robert T. Craig. Craig berpendapat bahwa ilmu komunikasi tidak dapat disatukan dalam satu lingkup yang besar. Teori-teori komunikasi tersebut dapat dikelompokan berdasarkan jenis-jenisnya.[1]

Robert T. Craig menemukan cara untuk mengatur teori komunikasi yang beraneka ragam tersebut. Pertama-tama, kita perlu memahami bahwa terdapat beberapa kesamaan antara teori yang satu dengan yang lainnya. Kesamaan ini disebut dengan metamodel, karena hal ini merupakan model dari teori. Craig berpendapat bahwa semua teori memiliki manfaat untuk mendukung cara pandang tertentu untuk melihat dunia.

Berikut Tujuh Tradisi Komunikasi yang dikemukakan oleh Robert T. Craig.[2]

Tradisi Psikologi Sosial

[sunting | sunting sumber]

Psikologi sosial merupakan tradisi komunikasi yang memerhatikan pentingnya interaksi yang memengaruhi proses mental dalam diri individu. Aktivitas komunikasi merupakan salah satu fenomena psikologi sosial seperti pengaruh media massa, propaganda, atau komunikasi antar personal lain.

Tradisi ini memiliki fokus pada kajian perilaku sosial individu, variabel psikologis, efek individu, kepribadian, sifat, dan persepsi. Pada dasarnya, tradisi ini memberikan pemahaman bagaimana manusia memproses informasi.

Dalam tradisi psikologi sosial terdapat tiga cabang besar, yakni perilaku, kognitif, dan biologis.

Tradisi Cybernetik

[sunting | sunting sumber]

Tradisi ini berkaitan dengan proses pembuatan keputusan. Tradisi Cybernetik berasal dari teori sistem yang menyatakan bahwa suatu hubungan yang saling menggantungkan dalam unsur atau komponen yang ada dalam sistem. Tradisi cybernetic menjelaskan komunikasi sebagai sebuah sistem kontrol.

Ide-ide pokok dari teori sistem sangat berkaitan, dan memiliki pengaruh terhadap komunikasi. Teori Cybernetik memandang komunikasi sebagai mata rantai untuk menghubungkan bagian-bagian terpisan dalam suatu sistem.

Tradisi Semiotik

[sunting | sunting sumber]

Tradisi semiotik berakar dari bahasa. Tradisi ini mencoba membahas hakikat simbol yang mengandung makna tertentu dalam proses komunikasi. Simbol merupakan produk budaya suatu masyarakat untuk mengungkapkan ide-ide, makna, dan nilai-nilai yang ada pada diri mereka.

Tradisi semiotik terbentuk atas tiga kajian, yaitu:

  1. Semantik, kajian yang menjelaskan bagaimana tanda-tanda berhubungan dengan apa yang ditunjukan oleh tanda-tanda.
  2. Sintatik, makna kajian yang menghubungkan satu tanda dengan tanda lain, artinya sebuah tanda tidak dapat berdiri sendiri.
  3. Pragmatik, mengkaji bagaimana tanda dapat membuat perbedaan dalam kehidupan manusia.

Tradisi Retorika

[sunting | sunting sumber]

Tradisi retorika menjelaskan konteks komunikasi antar personal dan komunikasi massa. Tradisi ini memberikan perhatian terhadap bagaimana proses-proses merancang suatu pesan yang baik sehingga komunikasi dapat berlangsung efektif.

Awalnya retorika berhubungan dengan konsep persuasi, sehingga sering kali dipahami sebagai seni penyusunan argumen, dan pembuatan naskah pidato. Tradisi retorika memiliki 5 karya agung, yaitu penemuan, penyusunan, gaya, penyampaian, dan daya ingat.

Tradisi Sosial Budaya

[sunting | sunting sumber]

Komunikasi berlangsung dalam konteks budaya tertentu, maka dari itu komunikasi memiliki pengaruh terhadap budaya suatu masyarakat. Tradisi sosial budaya menunjukan pemahaman makna, norma, peran, dan peraturan yang dijalankan secara interaktif dalam komunikasi.

Tradisi sosiokultural memiliki sejumlah sudut pandang yang berpengaruh antara lain; paham interaksi simbolis, konstruksionisme, sosiolinguistik, filosofi bahasa, etnogradi, dan etnometodologi.

Tradisi Kritis

[sunting | sunting sumber]

Tradisi ini berangkat dari asumsi yang memerhatikan adanya kesenjangan dalam masyarakat. Dalam proses komunikasi, terdapat dominasi oleh kelompok tertentu yang membuat kelompok masyarakat lain lemah. Dengan demikian komunikasi dilihat dari sudut pandang kritis.

Tradisi Fenomenologi

[sunting | sunting sumber]

Tradisi fenomenologi mengamati kehidupan sehari-hari dalam suasana ilmiah. Tradisi ini menjelaskan bahwa setiap orang memiliki makna dan nilai-nilai yang dianut oleh dirinya sendiri berdasarkan pengalaman pribadinya.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Pengantar Teori Komunikasi 1. Penerbit Salemba. ISBN 9789791749220. 
  2. ^ Penelitian komunikasi kualitatif. PT LKiS Pelangi Aksara. 2007-01-01. ISBN 9789791283045.