Lompat ke isi

Raden Fatah Demak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 14 April 2023 00.41 oleh Raden Salman (bicara | kontrib) (Dialihkan ke artikel yg serupa, supaya tidak membingungkan)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Halaman pengalihan

Mengalihkan ke:

Keluarga[sunting | sunting sumber]

Raden Fatah merupakan Sultan pertama Kerajaan Demak, yang bergelar Sultan Alam Akbar al Patah. Raden Patah merupakan putra Raja Kertabumi (Brawijaya V) dari Majapahit dengan putri Cina. Ketika Majapahit dipegang oleh Girindrawarna dan setelah Demak menjadi kuat Raden Fatah melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit pada tahun 1500. Raden Fatah dengan dibantu oleh wali, ia kemudian memproklamasikan berdirinya Kerajaan Islam yang dikenal dengan sebutan Kesultanan Demak. Kerajaan Demak ini merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa di bawah pimpinan raja Raden Fatah dan dibaritu oleh para wali. Kerajaan Demak berkembang menjadi pusat penyebaran agarna Islam yang sangat penting. Kemudian pada tahun 1511 Malaka jatuh ke tangan Portugis yang menjadikan Demak memiliki peran yang semakin penting peranannya sebagai pusat penyebaran agama Islam. Perkembangan agama Islam sangat cepat, yang kemudian Kerajaan Demak berkembang menjadi kerajaan besar. Penyebar agama Islam memiliki sebutan yaitu wali. Para wali mendirikan Masjid di Demak Sebagai tempat beribadah dan pusat kegiatan agama.[1]

Raden Fatah dilahirkan oleh sang putri Cina di Palembang. Raden Fatah memiliki nama kecil yaitu pangeran Jimbun. Setelah Arya Damar masuk Islam, maka Raden Fatah pun dididik secara Islami sehingga menjadi pemuda yang taat beragama Islam.[2] Raden Fatah adalah raja Islam pertama di Demak. Radfen Fatah memiliki saudara tiri yang bernama Kusen yang menjadi thanda di Terung. Ayah Raden Fatah adalah Prabu Brawajiya dari Majapahit sedangkan menurut cerita tutur Jawa, ayah kusen adalah Ario Damar atau Dillah yang merupakan Raja Palembang. Sebelum putri Campa menjadi permaisuri Adipati Palembang, sang puteri sebelumnya telah menjadi permaisuri Brawijaya V pada waktu sang puteri ini sedang mengandung. pada suatu malam sang raja bermimpi mendukung matahari yang mana jika anak yang dikandung oleh permaisuri nanti lahir laki-laki, maka dia akan menjadi seorang raja dan jika lahir perempuan maka dia akan menjadi permaisuri raja. Sang prabu sangat khawatir jika impian itu menjadi kenyataan, maka sang putri lalu diberikan pada Adipati Palembang.[3]

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Raden Fatah ketika masa mudanya menempuh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan politik. Setelah 20 tahun lamanya ia hidup di istana Adipati Palembang, ia kemudian kembali ke Majapahit. Setelah kembali ke Majapahit, Raden Fatah kemudian mendalami agama Islam bersama pemuda-pemuda lainnya seperti Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), Raden Paku (Sunan Giri), dan Raden Kosim (Sunan Drajat).[4] Sultan Fatah kemudian dinikahkan dengan Nyi Ageng Malaka pada masa akhir belajar agama Islam. Nyi Ageng Malam merupakan putri Sunan Ampel.[5] Kemudian setelah dinyatakan lulus, Raden Fatah diberikan kepercayaan menjadi ulama dan membuat pemukiman di Bintara. Raden Fatah memerintah Kerajaan Demak sampai tahun 151. Sejak pemerintahannya ia mampu menjadikan Demak menjadi pusat penyebaran Islam di Pulau Jawa.[4]

Menyebarkan agama islam[sunting | sunting sumber]

Sultan Fatah bersama istrinya Nyai Ageng Malaka kemudian membuat pemukiman muslim di Bintoro. Pengirimannya ke Glagahwangi oleh Sunan Ampel sebagai perintah untuk menyebarkan ajaran Islam yang kelak akan menjadikan Demak sebagai pusat kegiatan Islam. Raden Fatah kemudian mendirikan pondok pesantren di daerah tersebut. pendirian pondok pesantren tersebut merupakan salah satu strategi dakwah yang sangat efektif. Kemudian pada tahun 1475 M, Sultan Fatah mendirikan madrasah atau pondok pesantren sebagai langkah awal kegiatan dakwahnya di Glagahwangi. Pondok pesantren yang didirikan oleh Sultan Fatah sangat berkembang pesat dan menarik bagi banyak masyarakat. Seiring berjalannya waktu, banyak masyarakat setempat yang menjadi santri untuk belajar agama Islam dengan Sultan Fatah.[6] Keberhasilan Raden Fatah terlihat ketika ia berhasil menaklukkan Girindra Wardhana yang merupakan tahta Majapahit pada tahun 1478, serta dapat mengambil alih kekuasaan Majapahit. Raden Fatah mencoba menerapkan hukum Islam di berbagai aspek kehidupan dalam bidang dakwah Islam dan pengembangannya.[4]

Kesultanan[sunting | sunting sumber]

Demak merupakan kesultanan Islam pertama di pulau Jawa yang didirikan oleh Raden Fatah. Raden Fatah merupakan anak dari istri Prabu Brawijaya V, seorang muslimah keturunan Cina yang dihadiahkan kepada Ario Damar sebagai Adipati Palembang. Raden Fatah tumbuh dan dibesarkan di Palembang dan mendirikan Kesultanan Demak pada tahun 1478. Sebelum Kesultanan Demak berdiri, di Pulau Jawa sudah berkembang beberapa bandar niaga Islam, seperti Jepara, Tuban, dan Gresik. Tetapi bandar-bandar niaga ini masih berada di bawah kekuasaan Majapahit. Sultan Fatah dihadiahkan sebuah wilayah yang bernama Demak oleh Kertabumi Brawijaya V. Wilayah Demak yang merupakan daerah yang memiliki sungai dan pantai, menjadikan Demak mampu berkembang karena didukung oleh para syah Bandar di Tuban, Gresik, dan Ampeldenta. Mereka juga didukung oleh para saudagar Islam, disamping didukung pula dengan potensi sumber daya alam yang melimpah. Demak menjadi wilayah yang ramai dan juga sebagai pusat ilmu pengetahuan dan penyebaran agama Islam pada kurun waktu 1476-1478. Dibawah kepemimpinan Sultan Fatah, Demak kini memiliki pelabuhan yang besar dan menjadi lalu lintas bagi para nelayan serta perdagangan. hingga pada akhirnya Kesultanan Demak menjadi Pusat Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.[7] Letak Demak sangat strategis dan menguntungkan dalam hal perdagangan maupun pertanian. Wilayah Demak terletak di tepi selat di antara Pegunungan Muria dan Jawa.Selat tersebut agak lebar sehingga kapal dagang dari Semarang dapat mengambil jalan pintas untuk berlayar ke Rembang.[2] Raden Fatah merupakan Raja Demak pertama yang berusaha untuk menguasai jalur perdagangan penting di kepulauan Nusantara. Raden Fatah kemudian mengutus anaknya yaitu Adipati Unus untuk memimpin penaklukan Palembang dan Malaka. Penaklukan tersebut bertujuan untuk menguasai kedua pelabuhan yang ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari Asia maupun Nusantara.[8]

Dibawah kepemimpinan Raden Fatah, Kerajaan Demak yang masih berdiri Kerajaan Hindu Majapahit yang sebagian masyarakatnya juga masih beragama Hindu dan Buddha. Berbagai usaha yang dilakukan oleh Raden Fatah untuk mengislamkan masyarakat Demak dan Jawa secara keseluiruhan. Meskipun banyak penghambat unsur-unsur lain, namun dengan bantuan para Walisongo dapat meringankan. Raden Fatah selain berjuang mengislamkan masyarakat Jawa, ia juga berjuang dalam memerangi Portugis di Malaka.[9]

Sultan Fatah diangkat menjadi raja pertama Kerajaan Demak dibawah kepemimpinan Sunan Ampel. Kerajaan Demak merupakan Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, dengan gelar Senopati Jimbun Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.[10]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Susilo A. dan Wulansari R. 2019, hlm. 79.
  2. ^ a b Maryam 2016, hlm. 64.
  3. ^ Maryam 2016, hlm. 68.
  4. ^ a b c Susilo A. dan Wulansari R. 2019, hlm. 75-76.
  5. ^ Dewi T.T, Wakidi, dan Arif S. 2017, hlm. 2-3.
  6. ^ Dewi T.T, Wakidi, dan Arif S. 2017, hlm. 3.
  7. ^ Susilo A. dan Wulansari R. 2019, hlm. 75.
  8. ^ Susilo A. dan Wulansari R. 2019, hlm. 77.
  9. ^ Susilo A. dan Wulansari R. 2019, hlm. 78.
  10. ^ Dewi T.T, Wakidi, dan Arif S. 2017, hlm. 2.

Daftar Pustaka[sunting | sunting sumber]