Lompat ke isi

Kereta api Kalijaga

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kereta api Kalijaga
Informasi umum
Jenis layananKereta api lokal
StatusTidak beroperasi
Daerah operasiDaerah Operasi VI Yogyakarta
PendahuluKereta api Banyubiru
Mulai beroperasi15 Februari 2014
Terakhir beroperasi30 November 2019
PenerusKereta api Joglosemarkerto dan Kereta api Banyubiru
Lintas pelayanan
Stasiun awalSolo Balapan
Jumlah pemberhentianLihatlah di bawah
Stasiun akhirSemarang Poncol
Waktu tempuh rerata3 jam (rata-rata)
Frekuensi perjalananSekali pergi pulang sehari
Jenis relRel berat
Pelayanan penumpang
KelasEkonomi
Pengaturan tempat duduk44 tempat duduk tegak disusun 3-2 sehingga cukup untuk 106 penumpang
Fasilitas restorasiAda, dapat memesan sendiri makanan di kereta makan yang tersedia.
Fasilitas observasiKaca dengan tirai, lapisan laminasi isolator panas.
Fasilitas lainToilet, alat pemadam api ringan, rem darurat, AC, peredam suara.
Teknis sarana dan prasarana
Lebar sepur1.067 mm
Kecepatan operasional50 s.d 90 km/jam
Pemilik jalurDitjen KA, Kemenhub RI
Nomor pada jadwal409-410 (Gapeka 2017)

Asal usul nama

Nama Kalijaga berasal dari sosok salah seorang Walisongo yang sangat terkenal, Sunan Kalijaga. Dalam konteks perkeretaapian, motto Kalijaga adalah "menjaga tradisi", maksudnya adalah memberikan keberanian pada kereta api ini sekaligus menumbuhkan kebanggaan tersendiri bagi penumpangnya.

Sejarah

KA Kalijaga ini merupakan kereta kelanjutan dari Kereta api Joglosemar yang menggunakan rangkaian Kereta api Bengawan, dimana kereta ini dapat membawa 7 gerbong kereta dengan daya tampung 636 penumpang. Kereta ini diluncurkan pada 15 Februari 2014 dengan tarif awal Rp 25.000,00 oleh Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Wali kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo.

Seiring pesatnya transportasi non kereta api dan sepinya peminat, juga karena keuntungan yang ada tidak sebanding dengan biaya operasional untuk kereta jalur lintas ini, apalagi dikarenakan kereta ini bukan kereta komuter, kereta api ini hampir dihentikan operasionalnya,[1]. Namun setelah PT Kereta Api Indonesia mengajukan public service obligation, kereta api ini mengalami reduksi tarif menjadi Rp10.000,00 per orang sekali jalan mulai 1 Oktober 2014. Pihak Pemerintah Provinsi Jawa Tengah lah yang meminta operasional kereta ini terus berjalan, karena diharapkan Kereta Api Kalijaga ini dapat menghubungkan kota-kota besar di Jateng dan DIY, serta menjadi poros Joglosemar kedepannya[2]

Mulai 1 April 2017, Kereta api ini tidak berakhir di Stasiun Purwosari, melainkan di Stasiun Solo Balapan agar langsiran penyimpanan kereta dapat dilakukan dengan mudah mengingat sepur simpan kereta di daerah Solo berada di stasiun ini.

Meskipun okupansi pada hari biasa tergolong sedikit ditambah pengoperasian tol Semarang-Solo yang memangkas waktu tempuh perjalanan menjadi 1 jam, layanan ini masih menjadi alternatif yang diminati oleh masyarakat baik kota Semarang maupun Surakarta, ditambah faktor mahalnya layanan Kereta api Joglosemarkerto (dengan harga termurah Rp48.000,00) maupun pemesanan sejak 30 hari yang dapat dilakukan melalui aplikasi di gawai pintar maupun loket stasiun. Layanan ini masih menjadi primadona di kalangan siswa terutama sekolah dasar di kota Semarang, dimana layanan ini (selain KA Kedung Sepur) digunakan sebagai edukasi kepada pelajar mengenai perkeretaapian di Indonesia.

Referensi

Pranala luar