Liukang Tangaya, Pangkajene dan Kepulauan
Liukang Tangaya | |||||
---|---|---|---|---|---|
Koordinat: 7°05′26″S 118°09′46″E / 7.090610056679023°S 118.16290737140761°E | |||||
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Sulawesi Selatan | ||||
Kabupaten | Pangkajene dan Kepulauan | ||||
Kode Kemendagri | 73.10.01 | ||||
Kode BPS | 7309010 | ||||
Desa/kelurahan | 8 desa 1 kelurahan | ||||
|
Liukang Tangaya adalah nama sebuah kecamatan berbentuk kepulauan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Dari sekian banyak pulau terbentang di wilayah Kabupaten Pangkep, pulau-pulau yang masuk wilayah Kecamatan Liukang Tangaya merupakan yang sulit dijangkau. Pasalnya, pulau-pulau di Kecamatan Liukang Tangaya ini merupakan pulau-pulau terluar Kabupaten Pangkep. Di mana, perjalanan menggunakan kapal laut harus ditempuh selama 24 jam. Kecamatan Liukang Tangaya ini terdiri dari banyak pulau kecil baik berpenghuni maupun tidak berpenghuni. Dari pulau-pulau kecil itu, kota Kecamatan Liukang Tangaya berada di Pulau Sapuka Lompo. Di Pulau Sapuka Lompo inilah, terdapat kantor pemerintah kecamatan, puskesmas, sekolah, kantor polisi, koramil, dan lainnya. Kalau dilihat dari citra satelit, pulau-pulau ini lebih dekat dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Masyarakat kepulauan di Kecamatan Liukang Tangaya mayoritas melaut mencari ikan, teripang, dan rumput laut. Daerah ini pun dikenal dengan produksi ikan keringnya yang banyak dan terbilang murah. Hanya saja, kehidupan masyarakat kepulauan di Kecamatan Liukang Tangaya serba terbatas. Meski PLN telah mengaliri listrik beberapa pulau tersebut, namun hanya bisa beroperasi mulai dari pukul 18.00 hingga 23.00 WITA. Selebihnya, masyarakat yang mampu menggunakan genset maupun listrik tenaga surya. Selain itu, harga bahan-bahan pokok di Kecamatan Liukang Tangaya sangatlah mahal yang mencapai hampir 2 kali lipat. Di mana, bahan-bahan kebutuhan pokok masyarakat dibeli dari kota Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulsel maupun dari Provinsi NTB. Apalagi jika musim cuaca buruk, tidak ada kapal-kapal kayu angkutan barang dan sebuah kapal besi angkutan penumpang tidak berlayar dikarenakan ombak yang sangat tinggi. Harga tiket penyeberangan ke Pulau Sapuka Lompo sebesar Rp25.000, belum termasuk biaya barang bawaan yang hitungannya per kilogram. Kebutuhan hidup di Kecamatan Liukang Tangaya terbilang mahal. Pasalnya, kebutuhan pokok masyarakat sebanyak puluhan ribu jiwa itu diangkut menggunakan kapal dari Kota Makassar maupun NTB. Harga gas LPG 3 kg mencapai Rp35 ribu. Demikian juga harga beras, minyak goreng, dan kebutuhan pokok lainnya mencapai 2 kali lipat dari harga normal di daratan kota. Barang-barang itu diangkut menggunakan kapal kayu dan sebuah kapal besi penumpang yang tidak setiap harinya berlayar.[1]
Pulau-pulau
- Pulau Aloang
- Pulau Balobaloang Caddi
- Pulau Balobaloang Lompo
- Pulau Banawaiya
- Pulau Bangkobangkoang
- Pulau Boko
- Pulau Gusungbira
- Pulau Gusunglilikang
- Pulau Jailamu
- Pulau Kapoposan Bali
- Pulau Karangan Satanger
- Pulau Kawassang
- Pulau Kembang Lemari
- Pulau Laiya
- Pulau Lamuruang
- Pulau Lilikang
- Pulau Longkoitang
- Pulau Makarangana
- Pulau Makaranganang
- Pulau Manukang
- Pulau Marabatuang
- Pulau Matalaang
- Pulau Meong
- Pulau Pamolikang
- Pulau Pandangan
- Pulau Pattayangang
- Pulau Pelokan Caddi
- Pulau Pelokan Lompo
- Pulau Sabalana
- Pulau Sabaru
- Pulau Sadapur
- Pulau Sadolangan
- Pulau Sailus Besar
- Pulau Sailus Kecil
- Pulau Sambar Gitang
- Pulau Sambar Jaga
- Pulau Sanane Caddi
- Pulau Sanane Lompo
- Pulau Sanipa
- Pulau Santigiang
- Pulau Sapinggang
- Pulau Sapiriah
- Pulau Sapuka Caddi
- Pulau Sapuka Lompo
- Pulau Sarabu
- Pulau Sarassang Caddi
- Pulau Sarassang Lompo
- Pulau Sarege
- Pulau Satanger
- Pulau Satuko
- Pulau Satunggul
- Pulau Saujung
- Pulau Sumanga
- Pulau Tampaang
- Pulau Tinggalungang
Referensi
- ^ Cipto, Hendra (28 November 2020). "Mengintip Kehidupan Masyarakat Pulau Terluar Sulsel, Harga Mahal hingga Lebih Dekat ke NTB (1)". regional.kompas.com. Diakses tanggal 31 Mei 2023.