Bruno, Purworejo
Bruno | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Purworejo | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | ... | ||||
Populasi | |||||
• Total | ... jiwa jiwa | ||||
Kode Kemendagri | 33.06.13 | ||||
Kode BPS | 3306130 | ||||
Luas | 108,43 km² | ||||
Kepadatan | ... jiwa/km² | ||||
Desa/kelurahan | 18 | ||||
|
Bruno (bahasa Jawa: ꦧꦿꦸꦤ, translit. Bruna) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Sejarah
Dinamakan "Bruno", pada zaman dahulu ada seorang pahlawan yang bersembunyi di Bruno karena terjadi kejar-kejaran oleh Tentara Belanda. Karena dicari cari tidak ketemu dalam Bahasa Jawa "diburu ora ono" (bahasa Indonesia: diburu tidak ada) menjadi Bruno. Kecamatan Bruno merupakan Kecamatan di Kabupaten Purworejo yang seluruh wilayahnya merupakan wilayah pegunungan. Dalam masa perang Diponegoro yang terjadi pada tahun 1825-1830 M, di Bagelen saat itu belum berganti nama menjadi Purworejo. Tidak luput dari yang namanya Pertempuran hebat dengan penjajah terjadi di mana kemenangan di dapatkan oleh Tumenggung Gajah Permada, Senopati Pangeran Diponegoro yang bertempur hebat bersama pangeran Diponegoro. Kemudian mereka bergerak ke utara Kutoarjo.
Tumengung Gajah Permada memiliki azimat berupa sejempol kulit harimau gembong. Keampuhan azimat ini jika digerakan, maka orang tersebut akan menjadi macan gembong.[butuh rujukan] Saat mereka terpisah dari pasukannya ketika di hutan, sedangkan pasukan Belanda mengejar dari belakang. Dalam situasi terdesak, Tumenggung mencoba memakaikan azimat tersebut pada jempolnya. Seketika itu berubahlah dia menjadi macan gembong. Lalu digendongnya Pangeran Diponegoro dan macan itupun memanjat pohon besar. Tidak berselang lama, pasukan Belanda datang, namun anehnya mereka tidak dapat menemukan pangeran Diponegoro dan Tumenggungnya yang bersembunyi di atas mereka.
Mereka hanya berjalan berputar-putar di bawah pohon tanpa seorangpun di antara mereka yang menoleh ke atas pohon. Pasukan Belanda ini putus asa, setelah dicari dalam hutan tetapi buruan mereka tidak ada, buruan yang dimaksud disini adalah Pangeran Diponegoro dan Tumenggung tadi. Dalam Bahasa Indonesia, mereka berkata "buruan tidak ada" yang dalam Bahasa Jawanya "Buronane ora ono". Maka jadilah nama daerah (kecamatan) itu menjadi Bruno.
Kecamatan Bruno berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo di utara dan barat, serta kecamatan Kemiri di selatan dan timur. Kecamatan Bruno juga merupakan sentra buah durian di Kabupaten Purworejo. Di Kecamatan Bruno, udara lingkungannya masih sangat bersih dan segar, begitu juga dengan air yang ada di sungai masih sangat jernih.
Ibu kota Jawa Tengah 1948-1949
Wilayah kecamatan Bruno yang berada di pegunungan dan masih memiliki hutan luas ternyata sempat menjadi lokasi perjuangan kemerdekaan. Dalam masa revolusi fisik (1945-1949), wilayah Bruno menjadi markas persembunyian para pejuang kemerdekaan. Bahkan, pada 1948-1949 Bruno menjadi ibu kota Provinsi Jawa Tengah, "Dalam Pelarian" karena saat itu Semarang dikuasai Belanda.
Dikutip dari buku "Bunga Rampai Kisah-Kisah Kejuangan 45 (buku yang disusun dari kumpulan kesaksian para pelaku sejarah perang kemerdekaan di Purworejo)", saat itu Gubernur Jawa Tengah KRT Wongso Nagoro menempati rumah Dul Wahid, penduduk desa Kembangan. Keberadaan pemerintahan Provinsi Jawa Tengah di Desa Kambangan, Bruno didukung oleh "Pemerintahan Militer" pada masa perang kemerdekaan II. Terdapat satu batalyon TNI yang membawahi dua peleton dan empat kompi pasukan yang dipimpin RM Sroehardoyo (pensiun sebagai Brigjend Purnawirawan, kemudian wafat dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan). Hal yang sangat mengharukan adalah diadakannya upacara peringatan empat tahun merdeka yang dipusatkan di Desa Kemranggen, Kecamatan Bruno. Upacara tersebut dihadiri segenap jajaran TNI dan masyarakat setempat. Dalam buku setebal 86 halaman tersebut ditulis bahwa petilasan pemerintahan Jawa Tengah di Bruno masih bisa ditemui.
Batas wilayah
Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Utara | Kabupaten Wonosobo |
Timur | Kecamatan Gebang dan Kabupaten Wonosobo |
Selatan | Kecamatan Kemiri |
Barat | Kecamatan Pituruh dan Kecamatan Kemiri |
Desa/kelurahan
Geografi
Kecamatan BRUNO (mbruno) adalah merupakan sebuah kecamatan bagian dari Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah, yang terletak pada posisi antara 109̊ 47’ 28’’ - 110̊ 8’ 20’’ Bujur Timur dan 7̊ 32’ - 7̊ 54’’ Lintang Selatan dengan luas daerah untuk Kecamatan Bruno adalah 108,43 km² yang terdiri dari 18 Desa. Kecamatan Bruno adalah merupakan Daerah dataran tinggi, yang mana hampir 75% daerahnya merupakan daerah pegunungan dan berbukit dengan ketinggian 200 – 1050 M di atas permukaan laut dan kemiringan 2 – 15% pada sebagian daerah dan 40% pada daerah yang lain. Secara umum Kabupaten Purworejo mempunyai iklim tropis dengan dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau yang dating setiap enam bulan silih berganti. Suhu rata-rata 20̊ C - 32̊ C. Sedangkan kelembaban rata-rata antara 70 – 90% dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember hingga Bulan Januari.sering mati listrik apabila hujan lebat.
Penduduk
Dalam hal ini meliputi Jumlah Penduduk Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo pada tahun 2017.
a. Jumlah Penduduk Kecamatan Bruno Berdasarkan jenis kelamin
- Laki-laki : 21.997 Jiwa
- Perempuan : 22.213 Jiwa
- Jumlah KK : 12.986 KK
b. Jumlah Penduduk Kecamatan Bruno Berdasarkan Desa/Kelurahan:
- ) Pakisarum : 3.077 Jiwa
- ) Plipiran : 1.796 Jiwa
- ) Puspo : 3.586 Jiwa
- ) Somoleter : 1.113 Jiwa
- ) Brunosari : 3.546 Jiwa
- ) Brunorejo : 5.057 Jiwa
- ) Cepedak : 3.021 Jiwa
- ) Condong : 1.490 Jiwa
- ) Kemranggen : 923 Jiwa
- ) Karanggedang : 739 Jiwa
- ) Giyombong : 933 Jiwa
- ) Brondong : 2.974 Jiwa
- ) Gowong : 2.254 Jiwa
- ) Blimbing : 3.142 Jiwa
- ) Tegalsari : 4.435 Jiwa
- ) Kaliwungu : 3.759 Jiwa
- ) Watuduwur : 1.711 Jiwa
- ) Kambangan : 654 Jiwa
Lembaga Pemerintahan
Kecamatan Bruno terdiri dari beberapa lembaga, baik yang berhubungan langsung dengan masyarakat atau tidak, baik itu lembaga pemerintahan maupun bukan dan sudah berbadan hukum atau belum berbadan hukum. Adapun kelembagaan di Kecamatan Bruno yang ada, antara lain: a. Pemerintahan Kecamatan b. Komando Rayon Militer (KORAMIL) c. Kepala Kepolisian Sektor (KAPOLSEK) d. Pemerintahan Desa e. PKK f. RT/RW g. LKMD h. Karang Taruna i. Organisasi Pemuda j. Posyandu k. Siskamling, dll
5. Potensi Kecamatan Bruno a. Sumber Daya Manusia Banyaknya sarana pendidikan di Kecamatan Bruno antara lain:
- ) TK/Pra Sekolah : 17 Unit
- ) SDN : 28 Unit
- ) MI : 7 Unit
- ) SLTP Negeri : 2 Unit
- ) SLTP Swasta : 5 Unit
- ) MTs : 2 Unit
- ) SMU/SMK Swasta : 1 Unit
- ) MA : 1 Unit
- ) Pondok Pesantren : 5 Unit
Sumber Daya Alam
Sumber Daya Alam di Kecamatan Bruno yang berupa lahan Pertanian yang cukup luas untuk ditanami padi dan tumbuh-tumbuhan yang nantinya akan mendukung para peternak di Kecamatan Bruno untuk memberi makam hewan ternaknya, tumbuhan yang menghasilkan seperti Kelapa, Manggis, Durian, Cengkih, Padi, Ketela, Pohon Jati, Mahoni, dan sebagainya. Demikian juga sumber daya airnya pada musim penghujan sering banjir dan tanah longsor, pada musim kemarau ada yang kurang air dan ada juga yang tercukupi oleh irigasi, akan tetapi tidak semua tercukupi secara penuh karena belum diupayakan secara optimal sarana dan prasarana pertanian yang ada.
Perekonomian
Dalam Perkembangan perekonomian tidak lepas dengan Pasar Tradisional, di Kecamatan Bruno terdapat 3 Pasar tradisional yaitu, Pasar Sirebut (terletak di Desa Cepedak), Pasar Bruno (terletak di Desa Brunorejo), Pasar Tegalsari (terletak di Desa Tegalsari), tidak hanya itu di tepi jalan juga banyak dijumpai Toko Bangunan, Swalayan, Fotokopi, dll. Sedangkan dalam kegiatan Home Industri sebagian masyarakat Kecamatan Bruno bergerak dalam bidang Peternakan, Pertukangan, Pertanian, Kerajinan Kayu, Penjahit, Industri Lanting, Industri Tahu, Tempe dan lain-lain.