Kuwaru, Kuwarasan, Kebumen
Artikel ini memiliki beberapa masalah. Tolong bantu memperbaikinya atau diskusikan masalah-masalah ini di halaman pembicaraannya. (Pelajari bagaimana dan kapan saat yang tepat untuk menghapus templat pesan ini)
Tidak ada masalah yang dispesifikasikan. Tolong jelaskan masalahnya, atau hapus templat ini. |
Kuwaru | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Kebumen | ||||
Kecamatan | Kuwarasan | ||||
Kode pos | 54366 | ||||
Kode Kemendagri | 33.05.16.2019 | ||||
Luas | 128.02 Ha | ||||
Jumlah penduduk | 2116 jiwa (2014) | ||||
Kepadatan | ... jiwa/km² | ||||
|
Kuwaru adalah desa di Kuwarasan,
Kebumen, Jawa Tengah,
Indonesia.
GEOGRAFI
Wilayah Desa Kuwaru memiliki luas 128.02 Ha, dengan batas :
1. Sebelah utara dengan Desa Bendungan dan Gunung Mujil.
2. Sebelah timur dengan Desa Banjareja, Desa Serut dan Desa Bendungan.
3. Sebelah barat dengan Desa Gumawang dan Desa Wonoyoso.
4. Sebelah selatan dengan Desa Mangli.
Akses wilayah ke Desa Kuwaru cukup mudah, karena letak wilayahnya dapat dengan mudah dilalui transportasi umum dan pribadi. Wilayah ini tidak jauh dari kota Gombong dan jalannya sangat strategis .
DEMOGRAFI
Jumlah penduduk di Desa Kuwaru tahun 2014 sebanyak 2116 orang, dengan rincian :
1. Jumlah laki-laki sebanyak 1063 orang.
2. Jumlah perempuan sebanyak 1053 orang.
ASAL USUL
Sejarah Berdirinya Desa Kuwaru berdasarkan data terpercaya baik tertulis maupun lisan dari para keturunan pendiri desa serta data resmi dari keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Detail dapat dilihat di website resmi Desa kuwaru, bab sejarah.
1. Awal Mula
Pada abad ke 18 seorang Adipati dari Keraton Yogyakarta bernama Kanjeng Raden Adipati Purwodiningrat/ Raden Tumenggung Sindunegoro, putra Patih Pertama Keraton Yogyakarta Patih Danurejo I. Beliau ditugaskan sebagai Bupati wilayah Gombong (dahulu bernama Roma) oleh Keraton Yogyakarta untuk mengurus wilayah yang terdampak Perang Diponegoro. Dahulu, wilayah Kebumen dan Gombong masuk dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Yogyakarta yang merupakan sebuah Negara Kerajaan.
Beliau membawa serta salah satu Istrinya yaitu Nyi Mas Adjeng Cempaka / Nyai Adjeng Cempaka ( Di Desa Kuwaru dikenal sebagai Mbah Cempaka - Makam Punden keramat di TPU Keputihan Kuwaru ) beserta anak, pengawal & abdi dalem.
Di sebuah wilayah Hutan Waru, mereka melakukan babad alas dan mendirikan wilayah Kademangan yang diberi nama Kuwaru, karena dahulu disana banyak tumbuh pohon Waru. Dalam pembangunan wilayah tersebut juga dibantu abdi setia Nyim Mas Adjeng Cempaka yaitu Mbah Singabraja ( Makam di Dukuh Enthak / Perbatasan Desa Gumawang ) dan Mbah Sutawirya ( Makam di TPU Keputihan Kuwaru, Tempat menaruh keranda ).
Setelah selesai bertugas, Kanjeng Raden Adipati Purwodiningrat/ Raden Tumenggung Sindunegoro kembali pulang ke Keraton Yogyakarta. Tetapi istrinya, Nyi Mas Adjeng Cempaka beserta anak dan abdi-abdinya tetap tinggal di Kuwaru dan memimpin wilayah disana. Kemudian Kuwaru menjadi wilayah kademangan yang maju dan menjadi pemukiman yang ramai dihuni masyarakat.
Nyi Mas Adjeng Cempaka memimpin sampai meninggal dan dimakamkan di utara Desa Kuwaru yang kemudian hari menjadi pemakaman umum bernama Keputihan. Di TPU Keputihan, tepatnya di belakang tembok Masjid Darussalam, ada sebuah Punden Keramat yang berbentuk bangunan rumah besar dengan gundukan tanah tinggi dengan makam-makam tua di dalamnya. Itu adalah Makam Nyi Mas Adjeng Cempaka beserta keluarga, abdi, pengawal dan keturunannya. Di Kuwaru lebih dikenal sebagai Makam Mbah Cempaka, Pendiri Desa Kuwaru. Yang sampai sekarang masih sakral & dihormati masyarakat setempat.
Demang pertama Kuwaru adalah putra dari Nyi Mas Adjeng Cempaka/ Mbah Cempaka yaitu Raden Demang Kromoleksono, Beliau adalah tokoh yang gagah berani membela pribumi & menentang Belanda. Beliau bergabung dengan pasukan Pangeran Diponegoro di Gombong untuk melawan penjajah. Karena Belanda merasa resah, akhirnya beliau ditangkap dan dibuang ke Ceylon (Srilanka) dan sampai meninggal disana. Maka dari itu, makamnya tak ada di Desa Kuwaru. Kemudian kepemimpinan Kuwaru selanjutnya dilanjutkan oleh putranya, yaitu Raden Demang Prawirodikromo hingga beliau meninggal dan dimakamkan di TPU Keputihan Kuwaru.
2. Kuwaru Menjadi Wilayah yang Lebih Kecil
Pada tahun-tahun berikutnya Kademangan Kuwaru berubah status menjadi Desa yang membawahi beberapa Kelurahan karena Status Demang sudah naik menjadi lebih tinggi.
Putra Raden Demang Prawirodikromo yaitu Raden Kromosoekarto menjadi pemimpin Desa Kuwaru selanjutnya yang bergelar " Glondhong " yaitu Kepala Desa Kuwaru yang membawahi beberapa Kelurahan & Lurah - lurah di Kuwaru. Kelurahan di Kuwaru ; Enthak, Karangwunung, Karangkobar,dan Kemantenan. Maka dari itu Raden Kromosoekarto lebih dikenal sebagai " Mbah Glondhong Kuwaru " atau " Mbah Glondhong Sepuh ". Beliau mempunyai 3 orang istri dan 20 anak. Raden Kromosoekarto memimpin Desa Kuwaru sampai tahun 1945. Beliau meninggal tua dan dimakamkan di TPU Keputihan Kuwaru, letaknya di sebuah Cungkup/Rumah Makam sebelah Cungkup Mbah Cempaka. Dalam satu blok tersebut berkumpul makam - makam Keturunan Mbah Cempaka.
3. Terbentuknya NKRI
Pada tanggal 17 Agustus 1945 terbentuklah Negara Indonesia yang berbentuk Republik dan sistem kerajaan/ Monarki dihapuskan.
Kemudian diadakanlah pemilihan Kepala Desa untuk pertama kalinya dengan sistem demokratis dan yang terpilih adalah Raden Purwodinoto, yang kebetulan adalah salah satu putra Raden Kromosoekarto. R. Purwodinoto adalah ayah dari R. Bambang Sumantri atau K.H. Hasan Mansyur, salah satu sesepuh dan Kyai di Masjid Al Hikmah, Enthak - Kuwaru. R. Purwodinoto juga bergelar "Glondhong" karena sistem kerajaan masih mengakar & Republik Indonesia baru terbentuk, hingga berangsur - angsur sebutan Glondhong tersebut pudar dan berganti menjadi Kepala Desa atau Lurah seperti sekarang.
4. Gejolak G30S PKI/ Gestapu
Pada tahun 1965 terjadi pemberontakan PKI dan banyak pemimpin, perangkat & warga desa di Indonesia yang terpengaruh ikut bergabung.
Pada saat pemberantasan PKI oleh pemerintah, imbasnya Kepala desa, Perangkat & warga yang terindikasi ikut PKI diboyong pemerintah dan dicopot jabatannya. Kemudian Desa Kuwaru mengalami kekosongan kekuasaan dan diisi oleh Pejabat Sementara yang ditunjuk pemerintah.
5. Pasca G30S PKI Hingga Saat Ini
Setelah peristiwa Gestapu/ PKI reda, diadakan kembali pemilihan yang dimenangkan oleh Raden Idris yang masih cucu dari Mbah Glodhong Sepuh, Raden Kromosoekarto.
Kemudian Desa Kuwaru mengalami kemajuan yang pesat dan baik. Setelah kepemimpinannya berakhir, R. Idris memilih bertransmirgasi ke Papua bersama Istrinya.
Kepemimpinan Desa Kuwaru selanjutnya terpilihlah Haji Satiman yang merupakan Kepala Desa Kuwaru pertama dari luar Trah Keluarga Raden Kromosoekarto. Beliau terpilih hingga 2 periode. Kepala Desa Kuwaru Selanjutnya adalah Sugeng Pribadi yang kebetulan masih keturunan Raden Kromosoekarto dan beliau juga terpilih hingga 2 periode walaupun tidak sampai habis karena sakit dan meninggal dunia. Kepala Desa yang berikutnya adalah Bapak Sodikin selama 1 periode dan kemudian dilanjutkan oleh Drs. Sutrisno sebagai Kepala Desa Kuwaru hingga saat ini.
Berikut ini adalah urutan kepemimpinan desa Kuwaru sejak abad ke 18 hingga sekarang:
1. Raden Demang Kromoleksono
2. Raden Demang Prawirodikromo
3. Raden Kromosoekarto (Glondong Sepuh)
4. R. Purwodinoto (Glondong Anom - Ayah dari R. Bambang Sumantri/ K.H. Hasan Mansyur, Kyai Masjid Al-Hikmah Kuwaru)
5. R. Idris
6. H. Satiman (2 periode)
7. Sugeng Pribadi (2 periode)
8. Sodikin
9. Drs. Sutrisno
PEMERINTAHAN
1. Desa kuwaru terdiri dari beberapa dukuh/ dusun, yaitu :
- RW 01 - RT 01/02/03 adalah Dukuh Enthak.
- RW 02 - RT 01/02/03 adalah Dukuh Karang Kobar.
- RW 03 - RT 01/02 adalah Dukuh Karang Wunung.
- RW 04 - RT 01/02/03 adalah Dukuh Kementenan .
MATA PENCAHARIAN
Mata pencaharian penduduk di Desa Kuwaru berdasarkan data tahun 2014 yaitu :
1. Petani sebanyak 317 orang.
2. PNS sebanyak 16 orang.
3. Pedagang sebanyak 79 orang.
4. Buruh sebanyak 141 orang.
5. TNI sebanyak 1 orang.
6. Polisi sebanyak 1 orang.
7. Wiraswasta/ pengusaha sebanyak 199 orang.
8. Karyawan swasta sebanyak 341 orang.
9. Guru sebanyak 20 orang.
10. Bidan sebanyak 1 orang.
11. Tidak bekerja sebanyak 283 orang.
PENDIDIKAN
Riwayat pendidikan penduduk di Desa Kuwaru berdasarkan data tahun 2014 yaitu :
1. Tamatan SD sebanyak 528 orang.
2. Tamatan SLTP sebanyak 279 orang.
3. Tamatan sebanyak SLTA 281 orang.
4. Tamatan D3 sebanyak 13 orang.
5. Tamatan S1 sebanyak 23 orang.
6. Tamatan S2 sebanyak 2 orang.
7. Tamatan TK sebanyak 23 orang.
8. Tamatan Paud sebanyak 15 orang .
REFERENSI
1. Sejarah Desa Kuwaru, tulisan Sekretaris Desa Kuwaru, Arif Wicaksana yang masih keturunan pendiri Desa Kuwaru. Sumber - Halaman Website Resmi Desa Kuwaru : https://kuwaru.kec-kuwarasan.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/159/398
2. Data tertulis berupa surat kekancingan dari Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta, Surat Stamboek/ asal-usul, Piagam - piagam pengangkatan, dan catatan tertulis milik keluarga keturunan Glondong Kuwaru, R. Kromosoekarto. Data lisan berupa saksi hidup, para sesepuh keturunan pendiri Desa Kuwaru yang masih bisa menceritakan detail sejarah ; R. Bambang Sumantri / K.H.Hasan Mansyur, R. Djapar, R. Marsoedi, R.Ngt. Warsinah, R.Ngt. Yunitah Yusmadiwirya.
3. Surat Kabar Harian Belanda yang memuat nama Raden Kromosoekarto, Hoofd Van Desa Koewaroe dari dokumentasi situs Delpher : https://www.delpher.nl/nl/kranten/results?query=Raden+Kromosoekarto&coll=ddd
4. Buku : M.D, Sagimun, Pahlawan Diponegoro Berjuang (Bara Api Kemerdekaan Nan Tak Kunjung Padam), 1956, Jogjakarta, Tjabang Bagian Bahasa, Djawatan Kebudajaan Kementerian P.P. dan K. Jogjakarta MCMLVII.
5. Buku : Soenarto, HR, Sejarah Brangkal, Kabupaten Roma (Jatinegara/Kruwed) dan Kabupaten Karanganyar. Memuat nama Raden Tumenggung Sindunegoro/ Pangeran Purwadiningrat dan Raden Demang Kromoleksono/ Kyai Kramaleksana dari Kuwaru. Sumber : https://jatinegara.kec-sempor.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/4/472
6. ^ R.,, Carey, P. B.; Bambang,, Murtianto,; Gramedia, PT. Takdir : riwayat Pangeran Diponogoro, 1785-1855. Jakarta. ISBN 9789797097998. OCLC 883389465.
7. ^ others], penulis, H.Y. Agus Murdiyastomo [and five. Pangeran Notokusumo : hadĕging Kadipaten Pakualaman : sejarah Pakualaman. [Yogyakarta]. ISBN 9786020818092. OCLC 964698478.