Kerajaan Batulappa
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Kerajaan Batulappa (Akkarungeng Ri Batulappa) adalah sebuah kerajaan yang berIbukota di Bungi (sekarang berada pada Kecamatan Duampanua) pemindahan ibukota terjadi pada masa pemerintahan Baso Puang Moseng Arung Temmate Arung Batulappa XIV (Baso II), serta termasuk ke dalam persekutuan "MASSENREMPULU" wilayahnya sekarang tergabung pada Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Sejak abad ke-14, daerah ini disebut Massenrempulu yang artinya meminggir gunung atau menyusur gunung. Sedangkan sebutan Enrekang dari Endeg yang artinya naik atau panjat serta dari sinilah asal muasalnya sebutan Endekan.
Akkarungeng RI Batulappa | |
---|---|
Status | Proktetorat Hindia Belanda 1905-1941
Proktetorat Kekaisaran Jepang 1941-1945 Sebagai negara bagian pada NIT hingga 1950 Bagian dari Indonesia sebagai Daerah Swapraja 1950-1960 Bagian Republik Indonesia (Sekarang) |
Pusat pemerintahan | Tirasa (Awal kerajaan)
Watang Batulappa Bungi (1875 hingga 1960) |
Bahasa resmi | Bugis & Pattinjo |
Bahasa nasional yang diakui | Pattinjo |
Bahasa daerah yang diakui | Bugis |
Kelompok etnik | Bugis,Enrekang,Pattinjo,Toraja |
Agama | Islam |
Pemerintahan | Monarki Kerajaan Mutlak |
Sekarang bagian dari | Kabupaten Pinrang, Republik Indonesia |
Karena politik Devide At Impera belanda menggabungkan Batulappa dan Kassa ke dalam Persekutuan Ajatappareng, kejadian ini terjadi pada abad ke-20 atau tahun 1905 pada masa pemerintahan I Tjoma Arung Batulappa ke-16 (periode 1875-1941). Kerajaan Batulappa tetap masih ada pada 1905 hanya saja wilayahnya di gabungkan ke dalam Persekutuan Ajatappareng. Kemudian pada tahun 1930-1945 Kerajaan Batulappa mendapatkan status Zelfbestuur atau Pemerintahan Sendiri oleh Hindia Belanda. Kemudian setelah proklamasi Republik Indonesia bersama dengan kerajaan kerajaan di Sulawesi Selatan Kerajaan Batulappa menyatakan bergabung kedalam Indonesia, dan daerah-daerah di indonesia yang masih berbentuk monarki menjadi dan diteruskan status sebagai daerah swapraja atau pemerintahan sendiri dari tahun 1945-1960. Pada masa republik indonesia wilayah daerah swapraja batulappa atau Kerajaan Batulappa menjadi negara bagian di dalam Negara Indonesia Timur yang merupakan Negara Bagian RIS, sedangkan Arung dan Penguasa terakhir swapraja Batulappa adalah Andi Mangga Tanri Petta Matinroe Ri Bungi Arung Batulappa Ke-17 masa 1945-2002. Yang menggantikan sang ayah yakni Arung Andi Tanri Karaeng Lolo Petta Matinroe Ri Bungi Arung Batulappa ke-16 periode 1941-1945. Pada masa kerajaan, Batulappa membawahi beberapa Distrik dan Lili' (Negeri bawahan) serta beberapa daerah di utara Distrik Bungi (ibukota swapraja) pada 23 November 1890-1945 Kerajaan Batulappa berbatasan dengan Sawitto (dipisahkan oleh Sungai Sadang) diselatan, Enrekang di timur, Selat Makassar dan Binuang dibarat. Wilayah kerajaan ini sekarang berada dalam Kabupaten Pinrang sekarang.
Di era sekarang wilayah kerajaan ini masuk kedalam Kabupaten Pinrang, sulawesi selatan. Peninggalan Sejarah dari kerajaan ini adalah saoraja camming Batulappa atau istana Batulappa di Bungi dan Saoraja batulappa (kediaman Arung terakhir batulappa) di Bungi, Kecamatan Duampanua, Kabupaten pinrang dan beberapa pusaka Kerajaan, lukisan, lontara, dan barang kelengkapan saoraja.
Daftar Arung Batulappa
No | Arung | Masa Pemerintahan | Keterangan |
1 | ToManurung Palipada | ||
2 | |||
3 | |||
4 | |||
5 | |||
6 | |||
7 | |||
8 | |||
9 | Arung Baso Puang Buttu Kanan
MatinroE Ri Batulappa |
Abad 17/18
1665-1700 |
Memerintah dengan status
Negeri yang berdaulat, Ibukota kerajaan berada di Tirasa generasi kesepuluh dari Tomanurung Palipada |
10 | Arung Wellangrungi
MatinroE Ri Batulappa |
1700-1740 | Menggantikan ayahnya, memerintah
dengan damai |
11 | Arung Conra Puang Maling
MatinroE Ri Sikkirina |
1745-1775 | Menggantikan ayahnya yang turun
tahta |
12 | Arung Sompa | 1775-1815 | Sekaligus menjabat Arung Buttu VII, menggantikan
saudaranya Arung Conra sebagai Arung Batulappa |
13 | Arung Semagga | 1815-1840 | Periode kepemimpinan beliau, terjadi perubahan besar dalam penataan pemerintahan Hindia Belanda di willayah sulawesi dan daerah taklukannya. Tahun 1824, terjadi pembaharuan atas perjanjian Bongaya 1667, yakni pada tanggal 9 agustus 1824 yang ditandatangani oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda dengan raja-raja di Sulawesi Selatan |
14 | Puang Moseng Andi Baso II, Arung Temmate
(Baso II) |
1840-1875 | Membuka & memindahkan ibukota dari Batulappa pegunungan (Watang Batulappa) ke Bungi dan dikenal dengan gelar
Babae RI Batulappa dan Bulurumppena Bungi, cucu dari Arung Batulappa ke XII |
15 | Petta I Tjoma bergelar anumerta,
Petta MatinroE Ri Bungi |
1875-1941 | Mulai memerintah pada usia 20 tahun dan satu satunya Arung perempuan bagi Kerajaan Batulappa
Memerintah dalam waktu cukup lama dan Rakyat Batulappa sangat berkabung dan bersedih sewaktu Petta Tjoma wafat pada tahun 1941 sosok Ratu yang dicintai oleh rakyat negerinya. Merupakan istri dari La Naki Arung Maiwa. |
16 | Padoeka Toean JM Arung Andi Tanri Petta ArungngE Karaeng Lolo, bergelar
Petta MatinroE Ri Bungi |
1941-1945 | Menggantikan Nenek beliau dari pihak ibu (Petta Cuma) memerintah dengan damai, penataan Birokrasi Kerajaan, mendirikan Saoraja dan memiliki Kantor Arung Batulappa di Bungi, menjabat sebagai Arung Malolo dalam waktu yang cukup lama, cucu PJM Ishak Manggabarani Karaeng Mangeppe Arung Matoa Wajo dari pihak ayah beliau. |
17 | PJM. H. Andi Mangga, bergelar
Petta MatinroE Ri Bungi |
1945-2002 | Naik tahta dalam usia muda diperkirakan 20an tahun, menggantikan ayah beliau yang wafat, Kerajaan Batulappa bergabung ke NKRI, status negeri Batulappa diteruskan menjadi Swapraja di lingkup NIT (Negara Indonesia Timur) hingga 1950 dan status Swapraja lingkup Daerah Sulawesi hingga 1960
dan menjadi Kepala Daerah Swapraja. Sebelum naik tahta menjabat sebagai Arung Malolo pada masa pemerintahan ayah beliau. |
Konfederasi Massenrempulu
Menurut sejarah,pada mulanya kawasan massenrempulu atau sekarang Kabupaten Enrekang merupakan suatu kerajaan besar yang bernama Malepong Bulan,kemudian kerajaan ini bersifat manurung dengan sebuah persekutuan yang menggabungkan 7 kawasan atau kerajaan yang lebih dikenal "Pitue Massenrempulu" yaitu:
- Kerajaan Endekan yang dipimpin oleh Arung (Raja)/Puang Endekan,
- Kerajaan Batulappa yang dipimpin Arung Batulappa
- Kerajaan Kassa yang di pimpin Arung Kassa,
- .Kerajaan Tallu Batu Papan Duri yang merupakan gabungan dari Buntu Batu dan Alla' masing masing di pimpin oleh Arung
- kemudian Kerajaan Maiwa yang di pimpin Arung Maiwa,
- Kerajaan Letta dipimpin Arung Letta,
- Kerajaan Baringin dipimpin Arung Baringin Akan tetapi terjadi kekurangan anggota pada sekitar abad-17,nama "Pitue Massenrempulu" kemudian berganti nama menjadi "Lima Massenrempulu' karena Kerajaan Letta dan Kerajaan Baringin keluar dari persekutuan.
Kemudian pada tahun 1905 Kerajaan Batulappa digabung dan bergabung dalam Persekutuan Ajatappareng (Adjatampareng) salah satu Konfederasi kerajaan yang berdiri di wilayah barat Sulawesi Selatan, Negeri-negeri yang masuk dalam Ajatappareng pada tahun 1905 antaranya:
- Sidenreng (1523 hingga 1960)
- Suppa (1523 hingga 1960)
- Sawitto (1523 hingga 1960)
- Alitta (1523 hingga 1960)
- Rappang (1523 hingga 1960)
- Batulappa (1905 hingga 1960)
- Mallusetasi (1905 hingga 1960)
Status daerah masa HindiaBelanda
Pada zaman pendudukan Belanda di tahun 1905 pembagian administratif di Sulawesi dan Dependensinya dimulai dari Gubernur Celebes yang berkedudukan di Makassar, terdapat daerah Afdeling (setingkat Daerah tingkat II) yang dipimpin oleh Asisten Residen, Onderafdeling (Daerah tingkat II) yang dimpimpin oleh Contruler/Tuan Petoro, kemudian tiap tiap Onderafdeling terdiri atas Zelfbestuur (Status swapraja berarti daerah tersebut dipimpin oleh pribumi berhak mengatur urusan administrasi, hukum, dan budaya internalnya.) susunan administratif yang didalamnya tergabung Negeri Batulappa,
Afdeling Parepare yang meliputi wilayah Konfederasi Massenrempulu & Konfederasi Ajatappareng
- Onderafdeling Pinrang meliputi Zelfbestuur Batulappa, Zelfbestuur Suppa dan Zelfbestuur Sawitto
- Onderafdeling Enrekang meliputi Zelfbestuur Maiwa, Zelfebstuur Enrekang, Zelfbestuur Alla, Zelfbestuur Buntu Batu, Zelfbestuur dan Zelbestuur Malua
- Onderafdeling Sidenreng-Rappang hanya meliputi 2 Zelbestuur yaitu Sidenreng dan Rappang
- Onderafdeling Barru meliputi Zelfbestuur Mallusetasi, Zelfbestuur Barru, Zelfbestuur Tanete dan Zelfbestuur Balusu
Status pada masa pendudukan Jepang
Kerajaan Batulappa kemudian mendapatkan Status proktetorat atau Kochi (sama status seperti Zelfbestuur)
Masa Kemerdekaan
Setelah merdeka Kerajaan Batulappa menjadi negara bagian didalam lingkup pemerintahan NIT (Negara Indonesia Timur) yang merupakan negara bagian pada Republik Indonesia Serikat hingga 1950. kemudian statusnya diteruskan menjadi Daerah Swapraja lingkup provinsi Sulawesi, Republik Indonesia. Provinsi Sulawesi meliputi Daerah Parepare kemudian meliputi Kawedanan Pinrang, dan Kawedanan tersebut terletak adanya Daerah Swapraja Batulappa hingga 1960. Keadaan tersebut bertahan hingga 1960, yang dimana terjadi pembentukan Kabupaten Pinrang.
Saoraja & peninggalan bersejarah
Saoraja Batulappa atau Istana Batulappa merupakan bangunan tempat kediaman resmi bagi Arung Batulappa dalam mengontrol dan menjalankan pemerintahan negeri. Saoraja dibangun berdasarkan tempat sang Arung berkedudukan sesuai dengan pusat pemerintahan yang berbeda masanya. Seperti halnya dengan tiga Arung terakhir yang telah berkuasa dalam kurun waktu 1875-1960, pendirian Saoraja terjadi pada masa pemerintahan Puatta I Tjoma Arung Batulappa XV di Bungi, Saoraja Bola Camming yang dimiliki oleh Arung Petta Tanri Arung Batulappa XVI juga terdapat di Bungi hingga saat ini, Saoraja tersebut menjadi saksi sejarah dan peninggalan sejarah bagi Negeri Batulappa yang melewai 3 masa yaitu HindiaBelanda, Penjajahan Jepang hingga Proklamasi Kemerdekaan dan berdiri kokoh sampai saat ini. Saoraja tersebut dikenal oleh masyarakat dengan nama Saoraja Bola Camming, dengan bangunan yang berwarna merah, bentuk yang unik serta berada tepat didepan Masjid Besar Bungi (Nurul Iman).
Bangunan Saoraja selanjutnya adalah saoraja yang dibangun oleh Arung Petta Mengga putra dari Petta Tanri Arung Batulappa, diketahui Petta Mangga menjabat sebagai Arung Batulappa 1945-2002 sehingga beliau memiliki satu bangunan Saoraja yang digunakan bersama keluarga, permaisuri dan anaknya. Bangunan tersebut dikenal Saoraja Petta Mangga, berikut bangunan-bangunan tersebut:
- Saoraja Bola Camming (Saoraja Batulappa) dibangun 1890 (perkiraan) dan bertahan hingga saat ini, bentuknya unik berwarna merah dan bertingkat dua. Ditempati oleh Petta Tanri Arung Batulappa sejak menjabat Arung Malolo hingga beliau wafat, berlokasi di Bungi, Kecamatan Duampanua
- Saoraja Petta Mangga, dibangun oleh Petta Mangga Arung Batulappa sejak 1946 dan bertahan hingga saat ini
- Kantor Arung Batulappa, Zelfbestuur Boengi-Batoelapa (Bungi-Batulappa) merupakan bangunan kantor yang dibangun pada masa pemerintahan Arung Petta Tanri dan tetap berdiri sampai 1960. Digunakan dalam menjalankan urusan administrasi pemerintaan kerajaan, berlokasi di Bungi sebagai ibukota Swapraja Batulappa di masanya.
- Lapangan Arung Andi Tanri Petta ArungE Karaeng Lolo di Bungi, lapangan yang telah ada sejak masa pemerintahan Petta Tanri sebagai Arung Batulappa
- Masjid Besar Bungi (Nurul Iman) berada di depan Saoraja Bola Camming, dahulunya pada masa pemerintahan Petta Tanri halaman dan masjid sebelum dibangun merupakan Rumah Sakit dan penjara hukum bagi rakyat yang melanggar, tetapi seiring dengan perkembangan maka tanah dan bekas bangunan Rumah Sakit dan penjara tersebut di Waqaf-kan oleh Petta Tanri dan dibangun Masjid, yang dapat diketahui bahwa seluruh Negeri dan kerajaan merupakan milik keseluruhan bagi Arung yang berkuasa
- Makam Raja-raja Batulappa di Bungi
- Makam Raja-raja Batulappa di Batulappa
- Trisula Arung Batulappa
- Payung Kerajaan
- Lontarak Kerajaan
- Lukisan
- Keramik dan Furniture Saoraja yang sudah ada sejak 1900
- Barang kelengkapan Saoraja