Lompat ke isi

Ngatawi Al-Zastrow

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 24 Juni 2023 15.43 oleh InternetArchiveBot (bicara | kontrib) (Rescuing 0 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.9.5)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Dr. Ngatawi Al-Zastrow, S.Ag., M.Si. (lahir 27 Agustus 1966) adalah seorang budayawan dari kalangan nahdliyin. Al-Zastrouw memilih kebudayaan sebagai jalan dakwahnya.[1] Menurutnya, melalui jalan kebudayaan, Al-Zastrouw berkeyakinan nilai-nilai ajaran Islam yang rahmatan lil alamin justru akan lebih mudah diterima masyarakat luas.[2]

Pada 2004-2015 ia dipercaya menjadi Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia Lesbumi(Lesbumi) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).[3] Belakangan, Al-Zastrouw turut mendirikan dan menjadi Ketua Dewan Pembina Yayasan Jejaring Dunia Santri, lembaga nirlaba yang berkhidmat pada penumbuhkembangan literasi di lingkungan pesantren. Sejak 2020 (hingga sekarang) Al-Zastrouw dipercaya menjadi Kepala Makara Art Center Universitas Indonesia (MAC UI), lembaga di bawah naungan UI yang berfokus pada kajian dan pengembangan kebudayaan.

Riwayat Pendidikan

Al-Zastrouw menempuh pendidikan keagamaan sedari kecil, mulai dari Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD/lulus 1977), Madrasah Tsanawiyah (setingkat SMP/lulus 1983), Madrasah Aliyah (setingkat SMA/lulus 1986), hingga kuliah di Fakultas Tarbiyah IAIN (kini Universitas Islam Negeri) Sunan Kalijaga Yogyakarta dan lulus pada 1996. Selama mengikuti pendidikan formal tersebut, Al-Zastrouw juga menempuh pendidikan di pesantren dari tahun 1975 hingga 1988. Pada 2009, Al-Zastrouw memperoleh gelar doktor sosiologi dari Universitas Indonesia setelah mengambil program S2 dan S3 sosiologi di Universitas Indonesia.

Pengalaman Organisasi

Selain bergiat di kesenian, selama kuliah di Yogyakarta, Al-Zastrouw juga menjadi aktifis mahasiswa.[4] Ia melakukan advokasi terhadap rakyat di Waduk Kedung Ombo. Dari sinilah ia kemudian mengenal dan menjadi asisten pribadi Abdurrahman Wahid (Gusdur).[5] Selama kuliah Al-Zastrouw juga aktif di berbagai organisasi mahasiswa dan sosial kemasyarakatan. Ia tercatat sebagai Presidium dan Pendiri Korp Mahasiswa Pro-Demokrasi (KMPD) pada 1989-1995. Pada periode 1994-2000, Ia juga menjadi salah satu pengurus Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII). Al-Zastrouw juga aktif di kepengurusan NU. Pada 1999-2004, Al-Zastrouw menjadi Pengurus Pusat Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (LAKPESDAM) NU dan kemudian menjadi Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (LESBUMI) PBNU tahun 2004-2015. Dan sejak 2019 Al-Zastrouw menjadi Ketua Dewan Pembina Yayasan Jejaring Dunia Santri.

Pengalaman Pekerjaan

Al-Zastrouw pernah menjadi peneliti pada Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) Yogyakarta tahun 1993-1999.[6] Ia juga tercatat pernah menjadi peneliti dan trainer untuk pelatihan Demokrasi, HAM, dan Gender pada Lembaga Kajian dan Layanan Informasi untuk Rakyat (KLIKR) Yogyakarta pada 1998-2001 dan peneliti sosial, budaya, dan agama pada Institute for Indonesian Sociology (INDOS) tahun 2005-2008. punya pengalaman bekerja di sejumlah lembaga negara. Misalnya, ia pernah menjadi anggota tim Sosialisasi Wawasan Kebangsaan Ditjen Kesbangpol Depdagri tahun 2005-2008, Tenaga Ahli Utama Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) tahun 2017- 2018, dan Ketua Tim Kajian Pancasila Watimpres (2018 - 2019). Al-Zastrouw juga tercatat sebagai dosen di sejumlah perguruan tinggi. Misalnya, ia menjadi dosen luar biasa Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia (2008 - 2010), dosen Pasca Sarjana STAINU Kebumen (2013 - 2015), dan dosen Pasca Sarjana STAINU Jakarta (2013 - sekarang).

Pencapaian

Sebagai penyandang gelar doktor di bidang sosiologi, Al-Zastrouw telah menerbitkan sejumlah karya ilmiah. Di antaranya, Politik Islam di Jawa; Wali Songo dalam Sejarah Tutur Masyarakat Pesisir Jawa (Hasil Penelitian atas Sponsor dari Ford dan ATL, 1997); Paradigma Kritis Pendidikan Islam; Dekonstruksi Atas Dogmatisme Pendidikan Islam, 1996; Reformasi Pemikiran (Penerbit LKPSM, Yogyakarta, 1998); Gus Dur Siapa Sih Sampean; Tafsir Teoritik Atas Tindakan dan Ucapan Gus Dur (Penerbit Erlangga, Jakarta, 1999); Gerakan Islam Simbolik; Politik Kepentingan FPI (LKiS, Yogyakarta 2006); Kelas Ongkang-ongkang:Agama: Studi Terhadap Kapitalisasi Simbol Agama Komunitas Pesantren (Disertasi, 2009); Muhasabah Kebangsaan (Penerbit Compass, Ciputat, 2020); dan berbagai macam makalah dan artikel di jurnal, media massa, dan buku-buku ilmiah.

Sementara itu, sebagai seorang seniman dan budayawan, Al-Zastrouw juga telah banyak melahirkan karya seni. Di antaranya, sebagai penulis skenario dan sutradara pagelaran wayang shimpony dengan lakon “Semar Nagih Janji” tahun 2004. Pagelaran ini dipentaskan di TVRI Jakarta (2005), di Gedung Sapta Pesona Jakarta (2006), dan di Balai Pemuda Surabaya (2006). Al-Zastrouw juga menjadi penulis skenario dan sutradara pagelaran wayang shimpony dengan lakon “Ilange Jimat Kalimosodo” yang dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) Jakarta pada 2011, penulis skenario dan sutradara sendratari bertajuk “Adeg Negoro Momong Kawulo; Reportoar Perjalanan Wali Songo” yang dipentaskan di Makam Sunan Drajad Lamongan pada 2007, dan penulis skenario dan penata laku Program “Pesantren Budaya” di TPI 2003 dan TVRI pada 2004.[7]

Melalui komunitas seni yang dibangunnya, beberapa kali Al-Zastrouw berkeliling ke sejumlah negara untuk memperkenalkan seni dan budaya Islam Nusantara. Misalnya, ia memimpin delegasi muhibah budaya Ki Ageng Ganjur ke Qatar dan Uni Emirat Arab tahun 2009. Bersama kelompok musik Ki Ageng Ganjur pula, Al-Zastrouw menjadi duta budaya Islam Nusantara ke Eropa pada 2018.[8] Setahun kemudian, pada 2019, Al-Zastrouw menjadi duta budaya dalam Festival Seni di Den Haag, Hongkong, dan al-Jazair.

Di dunia film, Al-Zastrouw pernah menjadi produser dan pemain film pendek “Kelas 5000-an” yang meraih Piala Citra FFI 2010.[9] Atas kiprah dan perannya di dunia seni dan budaya, pada 2016 Al-Zastrouw dianugerahi Penghargaan Santri Inspirasi di Bidang Seni dan Budaya dari Pustaka Kompas.

Referensi

  1. ^ BeritaSatu.com. "Agama dan Budaya Tak Bisa Dipisahkan dalam Sejarah Islam di Indonesia". beritasatu.com. Diakses tanggal 2021-12-16. 
  2. ^ JawaPos.com (2021-05-10). "Ketika Ngatawi Al-Zastro Cerita Soal Gaya Dakwah Sunan Bonang". JawaPos.com. Diakses tanggal 2021-12-16. 
  3. ^ "Lebih Dekat dengan Ketua Lesbumi Ngatawi Al Zastrow". nu.or.id. Diakses tanggal 2021-12-16. 
  4. ^ Hidayat, Mohammad Arief (2015-06-06). "Aktivis Politik Ini Pernah Disembunyikan Gus Dur di Makam". VIVA.co.id. Diakses tanggal 2021-12-16. 
  5. ^ Santoso, Agung Budi (2019-10-08). Santoso, Agung Budi, ed. "Apa Kabar Sastro Al Ngatawi, Eks Juru Bicara Presiden Gus Dur yang Selalu Pakai Blangkon? Ini Kabar". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2021-12-16. 
  6. ^ Admin (2019-11-27). "Al-Zastrow Ng, Kiai Muda yang Mengembangkan Nilai NU dalam Kesenian • BangkitMedia". BangkitMedia. Diakses tanggal 2021-12-16. [pranala nonaktif permanen]
  7. ^ "Ngatawi Al-Zastrow, Membaca Realitas dan Berdakwah Melalui Seni". Arrahim.ID. 2020-09-12. Diakses tanggal 2021-12-16. 
  8. ^ Ibrahim, Gibran Maulana. "Ki Ageng Ganjur Promosi Islam Nusantara di Eropa". detikcom. Diakses tanggal 2021-12-16. 
  9. ^ "Daftar Lengkap Peraih Piala Citra FFI 2010". detikcom. Diakses tanggal 2021-12-16.