Lompat ke isi

Warisa, Talawaan, Minahasa Utara

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 2 Juli 2023 00.19 oleh 140.213.124.199 (bicara) (Penambahan kata dan penggantian huruf kapital 02 juli 2023)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)


Warisa
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Utara
KabupatenMinahasa Utara
KecamatanTalawaan
Kode pos
95373
Kode Kemendagri71.06.09.2006 Edit nilai pada Wikidata
Peta
PetaKoordinat: 1°36′36.47″N 124°56′0.64″E / 1.6101306°N 124.9335111°E / 1.6101306; 124.9335111


Warisa merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Talawaan, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Indonesia.

Sejarah desa

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1840-an desa Warisa berdiri di daerah antara desa Warisa dan Warisa Kampung Baru. Pada awalnya nenek moyang penduduknya berasal dari Airmadidi, Minawerot, Talawaan, Kolongan, Mapanget, Laikit juga paniki, juga ada penduduk diaspora berasal dari Remboken sekitar tahun 1890an. Awalnya mereka berburu, berkebun, mengusahakan minuman dari pohon aren (seho,akel), minuman yang di konsumsi oleh masyarakat Minahasa pada umumnya yang disebut tuak (lepen atau saguer).

Pada awal terbentuknya desa Warisa yang berlokasi di Cilacap (antara Warisa dan Warisa Kampung Baru) masayaraktnya terkenak dampak sakit menular (wabah) sehingga masyarakatnya hidup berpindah-pindah. Sehingga oleh para nenek moyang penduduk desa Warisa memanggil Koledaka (panglima perang) berasal dari Airmadidi untuk mengatur desa Warisa yang ditempati sekarang yang bernama Jan Dumanauw untuk menjadi tonaas (pimpinan spiritual) supaya wabah yang dihadapi berlalu. Dengan sekitar 12 orang tetua desa Warisa dapat menghadapi wabah dan wabahpun berlalu. Sehingga penduduk Warisa boleh tetap tinggal ditempat desa Warisa sekarang ini. Sehingga desa Warisa menjadi desa yang devinitif pada tanggal 03 Agustus 1903 dengan kepala desa (hukum tua pertama) Jan Dumanauw.[butuh rujukan]

Sedangkan mengenai pemberian nama Warisa berasal dari udang (sapun dalam bahasa Tonsea) saat musim panas terjadi kekeringan dan penduduk menemukan banyak udang mati yang sudah memerah di sungai. Udang dalam bahasa tonsea disebut sepawarisan, jadi nama Wanua Warisa berasal dari bahasa Tonsea. Versi lainnya konon bahwa di tengah desa Warisa terdapat sebuah pohon lombok (Warisa.bah. Tonsea) pohon lombok yang sangat besar ini menjadi tempat untuk memungut buah lombok untuk dipergunakan sebagai bumbu masakan. Dulunya desa Warisa ini memiliki luas wilayah yang sangat besar, sehingga terdapat beberapa pemukiman di dalamnya, yaitu anak desa warisa mulai dari Lantung, Langsa, Miaya, Ponto, Warisa Kampung Baru, Warisa Teep, Warisa Patokaan, namun seiring perkembangannya, anak desa warisa tersebut dimekarkan menjadi desa yang definitif.

Nama-nama hukum tua desa Warisa[butuh rujukan]:

  1. Yan Dumanauw
  2. Hendrik Pangau
  3. Hendrik Tirayoh
  4. Arnold Andilan
  5. Paulus Manangka
  6. Kristian Goni
  7. Johanes Mondoringin
  8. Andras D. Tirayoh
  9. Jost Kalesaran
  10. Lifenus Sundalangi
  11. Jakobus Watugigir
  12. Christian Manangka
  13. Gustaf Kumaunang
  14. Kamagi Timpal
  15. Pontoh Maramis
  16. Efradus Kairupan
  17. Wulur Manangka
  18. Hendrik Sundalangi
  19. Musa Hayoran
  20. Piet Dumanauw
  21. Frans Kairupan
  22. Musa Hayoran
  23. Johan Sigarlaki
  24. Beatrix Tirayoh
  25. Welmentji Mawikere
  26. Piet Hein Kumaunang
  27. Revli Manurip
  28. Neman Dondok
  29. Liwun Timpal
  30. Ruben Langi
  31. Liwun Timpal, S.Pd.K, M.MPd
  32. Eifel Yafet Dumanauw
  33. Roringpandey Indi, SE
  34. Hermina Magrita Sigarlaki, S.Pd.MMPd

Penulis: Rudy Wantania, S.Pd.K

Sumber: Beatrix Tirayoh(Kuntua) Beatrix Watugigir, Nonde Tirayoh, Kundrat Watugigir, Welmentji Pangau, Ruth(Pait) Kairupan, Dongin Kumaunang.