Lompat ke isi

Suku Tumi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 14 Juli 2023 15.07 oleh Icoyhery (bicara | kontrib) (Sunting ringkasan singkat update rujukan)
Suku Tumi
Jeghema Tumi
Bahasa
Tumi (kemungkinan)
Sanskerta
Agama
Animisme, dinamisme (hingga abad ke-3)
Corak Hindu (abad ke-3 sampai abad ke-12)
Islam (setelah abad ke-12)[1]
Kelompok etnik terkait
Tamil (diyakini sebagai asal-usul orang Tumi)
Lampung (diyakini sebagai keturunan orang Tumi)

Suku Tumi (Lampung: Jeghema Tumi) adalah suku purba yang diyakini merupakan nenek moyang dari orang Lampung saat ini. Orang Tumi kemungkinan berasal dari India Selatan yang datang ke Nusantara beberapa milenium sebelum masehi. Suku Tumi dahulu bermukim di wilayah sekitar lereng gunung Pesagi dan danau Ranau di Kabupaten Lampung Barat.[2]

Etimologi

Menurut Ahmad Safei, Saibatin Kepaksian Buay Belunguh, nama Tumi berasal dari kata Tamil yakni sebuah suku bangsa yang mendiami India bagian selatan dan diyakini orang Tumi merupakan bagian dari orang Tamil yang mendiami wilayah Lampung dahulu.[3]

Sejarah

Dari hasil musyawarah yang dilakukan oleh para keturunan dari Sekala Brak Kuno[4] pada tahun 2001, mengakui La Laula sebagai raja pertama kerajaan suku tumi, sekala brak kuno[4] ini sejak awal abad ke-3 Masehi. La Laula bukanlah penduduk asli. Ia bersama pengikutnya tiba di Sekala Brak dari daratan Indochina (antara Vietnam dan Kamboja) pada awal abad ke-3 Masehi dengan menggunakan kapal kano. Meskipun demikian, Kepaksian Sekala Brak membenarkan eksistensi suku Tumi yang telah ada sebelum kedatangan La Laula yang mendirikan Kerajaan suku tumi, Sekala Brak Kuno yang merupakan penganut animisme.[5][4]

La Laula tiba di sebuah negeri yang dipenuhi pohon sekala di mana, di sana telah berdiam suatu etnis masyarakat yang dikenal sebagai orang Tumi. Suku Tumi merasa terdesak dengan kehadiran La Laula yang lambat laun berhasil menarik pengikut dari kalangan masyarakat lokal. Setelah melalui pertempuran yang cukup lama, La Laula dan pengikutnya berhasil menaklukkan suku Tumi serta menyatakan dirinya sebagai Raja pertama Kerajaan Sekala Brak Kuno[4].

Kebudayaan

Kebudayaan Lampung tidak bisa dipisahkan dari dua hal, yakni keberadaan suku Tumi di gunung Pesagi, dan kedatangan penyebar Islam di bawah perintah seorang laki-laki yaitu Ratu Ngegalang Paksi beserta keempat putranya, yaitu Umpu Belunguh, Umpu Bejalan Diwai, Umpu Pernong, dan Umpu Nyerupa.[6][4]

Suku Tumi yang beragama Hindu Bhirawa telah lama datang dan bermukim kedatangan suku ini membawa seperangkat adat dan budaya. Suku Tumi kemudian dikalahkan oleh para Umpu orang saleh yang juga membawa adat serta budaya yang bersumber dari Islam.[7] Keempat umpu yang datang dari pesisir pantai Sumatra menuju disebut Kerajaan Pagaruyung melalui Bengkulu terus menuju sekala brak kuno mengalahkan Ratu Sekekhumong pemimpin terakhir suku Tumi, penyebaran Islam secara damai bermula dari melalui suatu kelompok komunitas yang bukan suku tumi fase ini menjadi bagian terpenting dari eksistensi masyarakat Lampung[4].

Seperti para walisongo di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam di Lampung dilakukan dengan melakukan akulturasi kebudayaan yang telah ada sebelumnya.[8]

Kepercayaan

Sejarah Daerah Lampung, Depdikbud (1997) menyebut bahwa dahulu masyarakat suku Tumi masih menganut kepercayaan animisme atau dinamisme sebelum kedatangan agama Hindu dari daratan India sejak abad ke-3 Masehi.

Peninggalan

Batu kepampang, tempat eksekusi mati peninggalan suku Tumi.

Keberadaan Kerajaan suku tumi, Sekala Brak kuno[4], yang dihuni oleh suku Tumi dibuktikan dengan ditemukannya sejumlah peninggalan, seperti prasasti, batu-batu, tapak kaki, altar upacara, hingga tempat untuk eksekusi mati yang disebut batu kepampang.[9] Louis-Charles Damais (1995) dalam Epigrafi dan Sejarah Nusantara menyimpulkan, prasasti tersebut merupakan peninggalan Kerajaan suku tumi, Sekala Brak kuno pada era Suku Tumi.[10][4]

Referensi