Grand Inna Malioboro
Grand Inna Malioboro | |
---|---|
Nama sebelumnya |
|
Jaringan hotel | Hotel Indonesia Group |
Informasi umum | |
Lokasi | Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia |
Alamat | Jalan Malioboro 60 |
Negara | Indonesia |
Koordinat | 7°47′26″S 110°22′00″E / 7.790608°S 110.36669°E |
Peletakan batu pertama | 10 September 1911 |
Manajemen | Hotel Indonesia Natour |
Data teknis | |
Jumlah lantai | 7 |
Informasi lain | |
Jumlah kamar | 223 |
Jumlah rumah makan | 5 |
Situs web | |
hig | |
Cagar budaya Indonesia Hotel Inna Garuda | |
No. Regnas | CB.181 |
No. SK | PM.89/PM.007/MKP/2011 |
Tanggal SK | 17 Oktober 2011 |
Tingkat SK | Menteri |
Pemilik | PT Hotel Indonesia Natour |
Nama sebagaimana tercantum dalam Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya |
Grand Inna Malioboro merupakan hotel di Kota Yogyakarta, Indonesia. Hotel ini terletak di Jalan Malioboro 60, serta menjadi bangunan pertama yang dapat dilihat oleh pengendara saat melewati jalan tersebut. Hotel ini dibangun pada tahun 1911 dengan nama N.V. Grand Hotel de Djokja, yang pernah bergabung ke jaringan hotel Nederlandsch-Indische Hotel Vereeniging hingga bangkrut tahun 1932. Hotel ini juga pernah dipersengketakan oleh perusahaan yang dibentuk oleh Faradj Martak, N.V. Marba, yang mengaku membeli N.V. Grand Hotel te Djokja, sebelum akhirnya dilepas ke pemerintah. Kini hotel tersebut dioperasikan oleh PT Hotel Indonesia Natour (HIN).
Sejarah
Hotel Inna Garuda adalah hotel dengan sejarah panjang dan tidak dapat dipisahkan dari Yogyakarta. Sejauh ini, nama hotel telah diubah enam kali: Grand Hotel de Djokja, Hotel Asahi, Hotel Merdeka, Hotel Garuda, Natour Garuda, Inna Garuda, dan sekarang Grand Inna Malioboro.
Grand Hotel de Djokja
Semenjak hadirnya jalur kereta api, Malioboro semakin ramai dan fasilitas akomodasi semakin dibutuhkan oleh wisatawan yang mengunjungi Malioboro. Sebelum Grand Hotel de Djokja dibangun, tercatat ada dua hotel yang terkenal sangat kompetitif di bagian utara Jalan Malioboro, karena letaknya strategis dekat dengan Stasiun Yogyakarta. Dua hotel tersebut adalah Hotel Toegoe dan Hotel Mataram.[1]
Karena Malioboro semakin ramai, banyak investor melirik Malioboro untuk membangun fasilitas akomodasi baru. Pada tanggal 27 Mei 1911, empat investor swasta Belanda bernama Van der Spel, Pijnacker, Hordijk, dan G. Dom menjadi komisaris di sebuah perusahaan baru bernama N.V. Grand Hotel de Djokja, untuk membangun sebuah hotel baru yang terletak di selatan rel kereta api. Bermodal ƒ300.000, mereka sepakat membeli lahan di selatan rel yang dahulunya dimiliki oleh Van Rijn.[2] Dengan kabar tersebut, hotel-hotel yang telah lama eksis di sekitar Stasiun Yogyakarta dan Jalan Malioboro bersaing untuk menyediakan pelayanan terbaiknya.
N.V. Grand Hotel menunjuk Jansen sebagai Direktur Utama perusahaan. Peletakan batu pertama hotel dilaksanakan pada pagi hari tanggal 10 September 1911 oleh Arthur Freddi Dom, putra dari G. Dom, investor Grand Hotel. Hotel ini diarsiteki oleh firma arsitektur Harmsen & Plagge dari Semarang.[3]
Satu tahun berselang, koran de Expres tanggal 18 September 1912 menjelaskan fasilitas-fasilitas yang akan dinikmati tatkala hotel beroperasi penuh. Menurut catatan,
Hotel Asahi
Pada masa pendudukan Jepang, Hotel Asahi
1945 - 1950: Hotel Merdeka
Dengan pengorbanan besar pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia mendeklarasikan kebebasan mereka. Hotel ini diambil alih oleh Indonesia dan sejalan dengan semangat kebebasan pada waktu itu nama hotel diubah menjadi Hotel Merdeka. Pada 1946, Yogyakarta menjadi ibu kota Indonesia karena situasi politik dan keamanan nasional dan Hotel Merdeka sementara menjadi kompleks kantor untuk kabinet pemerintahan pada waktu itu. Belanda berusaha untuk menaklukkan Indonesia lagi dan perang terjadi antara kolonialis dan tentara Indonesia. Panglima Besar Jenderal Sudirman tinggal di hotel selama beberapa bulan.
1950 - 1982: Hotel Garuda
Pemerintah Indonesia mengganti nama Hotel Merdeka menjadi Hotel Garuda pada tahun 1950, dan pada tahun 1975 pemerintah memberikan kepercayaan kepada PT. Natour untuk menjalankan hotel.
1982 - 2001: Natour Garuda
Pada tahun 1982, PT. Natour dipercaya oleh pemerintah untuk merenovasi Hotel Garuda. Kelas hotel ditingkatkan dari satu bintang menjadi tiga bintang. Renovasi ini membutuhkan biaya sekitar sembilan miliar rupiah dan selesai pada akhir tahun 1984. Untuk menjaga nilai historis hotel, bangunan sayap utara dan selatan tetap dipertahankan, namun bangunan pusat dibangun tujuh lantai. Hotel Natour Garuda yang berstatus BUMN, melakukan upacara percobaan dengan upacara agung grand opening pada tanggal 29 Juni 1985 hari Sabtu Legi (yang merupakan hari yang baik untuk Hamengkubuwana IX). Pada acara tersebut hotel secara resmi dibuka oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta). Pada tahun 1987, Hotel Natour Garuda secara resmi dinyatakan oleh pemerintah melalui Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi sebagai hotel bintang tiga. Bersama dengan pengembangan pariwisata cepat di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, PT. Natour memperluas hotel dengan menambahkan 120 kamar sehingga secara keseluruhan terdapat 223 kamar.
2001 - Sekarang: Inna Garuda
Pada bulan Maret 2001, PT. Natour bergabung dengan PT. Hotel Indonesia, nama hotel diubah menjadi Hotel Inna Garuda yang merupakan kependekan dari Hotel Indonesia Natour Garuda.
Grand Inna Malioboro
Pada tahun 2016, sebuah virtual holding BUMN hotel bernama Hotel Indonesia Group (HIG) dibentuk atas perintah Rini Soemarno. Tujuan dari pembentukan holding tersebut adalah untuk mengkonsolidasikan hotel-hotel BUMN dengan operator berbeda.[4] Pada tanggal 15 Maret 2017, HIG meresmikan nama baru untuk Inna Garuda, Grand Inna Malioboro.[5]
Pada tahun 2023, Grand Inna Malioboro ditutup karena mendapatkan renovasi untuk mendapatkan merek barunya, "Meru", dan dinaikkan statusnya menjadi hotel berbintang lima.[6]
Tipe Kamar
Tipe-tipe kamar yang ada di hotel ini, yaitu:
- Sudirman Suite
- Executive Suite
- Junior Suite
- Garuda Suite
- Deluxe Suite
- Superior
Fasilitas
Fasilitas Kamar
- Pendingin Ruangan / AC
- Telepon dengan Sambungan Langsung
- Televisi Kabel
- Kulkas mini
- Bath Tub dengan Air Panas
- Perlengkapan Mandi
Fasilitas Hotel
- Restoran dan Lounge
- Inna Garuda memiliki 3 restoran dan sebuah lounge
- Ruang Pertemuan
- Inna Garuda memiliki 17 ruang pertemuan dan sebuah area pameran yang luas
- Mocopatan, Musik Tradisional Jawa
- Mocopatan diselenggarakan setiap rabu keempat setiap bulannya di Inna Garuda
- Pagelaran Gamelan Setiap Hari
- Kolam Renang
- Lapangan Parkir yang Luas
- Laundry & Dry Cleaning
- Spa dan Aromatherapy
Fasilitas Pendukung
- Agen Tiket Pesawat
- Money Changer
- Bank dan ATM
- Area Perbelanjaan
- Taksi
- Agen Perjalanan & Wisata
- Agen Pos
- Salon
- Souvenir Shop
- Republic Cafe
- De Djogja Executive Karaoke
Restoran
Terdapat empat restoran dan sebuah bar di hotel ini yang menawarkan beragam gaya masakan, yaitu:
- Kedai Kopi Enam Djam di Djogja
- Mataram Bar
- Kafe Garuda
- Miyagawa Asahi
- Djanur Kuning.
Referensi
- ^ Wright, A., ed. (1909). Twentieth Century Impressions of Netherlands India. London: Lloyd's Greater Britain Publishing Company. hlm. 595.
- ^ "Djokjasche Hotel-plannen". De Preanger-Bode. 27 Mei 1911.
- ^ "Gemengd". De Locomotief. 12 September 1911. hlm. 5.
- ^ Audriene, Dinda. "Hotel Indonesia Group jadi Embrio Holding BUMN Perhotelan". ekonomi. Diakses tanggal 2023-07-24.
- ^ Media, Harian Jogja Digital. "Hotel di Sudut Malioboro Ini Pernah Disinggahi Charlie Chaplin dan Jadi Kantor Jenderal Sudirman". Harianjogja.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-07-24.
- ^ Home; Terkini; News, Top; Terpopuler; Nusantara; Nasional; Terkini, Jogja; Politik; Peristiwa (2023-01-07). "Grand Inna Malioboro tutup sementara untuk renovasi menuju brand bintang 5". Antara News Yogyakarta. Diakses tanggal 2023-07-24.