Lompat ke isi

Kerajaan Salakanagara

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kerajaan Salakanagara adalah kerajaan fiktif yang diklaim sebagai entitas politik tertua di Nusantara menurut naskah Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara, yang merupakan bagian dari Naskah Wangsakerta[1] [butuh rujukan]

Salakanagara konon katanya terletak di pantai barat Jawa, yaitu provinsi Banten saat ini. Berdasarkan klaim Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara kerajaan ini didirikan oleh seseorang bernama Dewawarman I[butuh rujukan]. Ia dikisahkan sebagai seorang pedagang yang datang dari India [yang mana?] [butuh rujukan] yang dikirim untuk menjalin hubungan perdagangan di Yawadwipa.[kenetralan diragukan][butuh rujukan]

Salakanagara keberadaannya tidak terbukti karena sumber sejarah dan bukti arkeologi yang berkaitan dengannya tidak ada. Dibandingkan dengan Tarumanagara, kerajaan ini sama sekali tidak meninggalkan bukti arkeologi dan peninggalan lokal yang berupa prasasti atau reruntuhan candi. Kerajaan ini mendadak viral dan banyak diperbincangkan oleh publik di media sosial. Namun, setelah ditelusuri sumber sejarahnya kerajaan ini terbukti fiktif.

Historiografi

Kerajaan ini dikatakan kerajaan fiktif, karena tidak pernah ditemukan bukti fisik keberadaannya. Sumber-sumber mengenai kerajaan ini hanyalah cerita naskah yang dikemas dalam beberapa Naskah Wangsakerta yang otentitasnya sangat diragukan akademisi Indonesia.

Sumber utama akan klaim Kerajaan Salakanagara hanya berada pada naskah Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara, bagian dari Naskah Wangsakerta yang diklaim disusun pada abad ke-17, oleh dewan[yang mana?] yang dipimpin oleh Pangeran Wangsakerta dari (Cirebon [yang mana?]).[2][kenetralan diragukan][butuh rujukan]

Berdasarkan bukti sejarah dan bukti prasasti, kerajaan tertua masihlah Kerajaan Kutai yang muncul pada abad ke-4 berdasarkan bukti temuan prasasti Yupa di Muara Kaman dekat Sungai Mahakam. Kerajaan Salakanagara diklaim didirikan di abad ke-2 M[butuh rujukan], yang menganggap kerajaan ini lebih tua dibandingkan Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Namun bukti fisik dan cerita mengenai adanya kerajaan ini tidak ditemukan.

Pendapat mengenai keberadaan Kerajaan Salakanagara sering menyebut didasarkan pada catatan perjalanan dari Cina[yang mana?], dimana Kerajaan Salakanagara telah menjalin kerjasama perdagangan dengan dinasti Han, hingga abad ke-3 M, utusan dikirim ke dinasti Han.[butuh rujukan] Tetapi bukti utusan tersebut tidak ada dalam sumber Tiongkok. Selain itu, sejarah adanya Kerajaan Salakanagara didasarkan pada Naskah Wangsakerta, namun naskah tersebut ditolak karena isinya yang mirip isi sejarah Indonesia pada masa kolonial Belanda.

Klaim sepihak, kontroversial dan menyesatkan mengenai kerajaan pertama di Nusantara bukan hanya melibatkan Kerajaan Salakanagara di Banten, namun juga Kerajaan Kandis di Riau.[3]

Klaim

Diklaim bahwa awal berdirinya kerajaan Salakanagara pada abad ke-1 di kota yang dikenal dengan logamnya[butuh rujukan], kata Salakanagara diklaim berarti "Negeri Perak"[butuh rujukan] didirikan pada 52 Saka.[butuh rujukan] Penguasa pertama di Salakanagara adalah Aki Tirem[butuh rujukan], seorang ahli pertanian berkebangsaan Tiongkok,[butuh rujukan] yang hidup disekitar pesisir Teluk Lada Pandeglang Banten, besan dari Nyai Muti'ah, penguasa perempuan berdarah Arab [kenetralan diragukan][butuh rujukan] yang menguasai Tanah Pusaka Sukahurip disekitar muara sungai kuno Sandang Pinggan,[butuh rujukan]

Sukahurip adalah nama salah satu desa kuno[butuh rujukan] di Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat[butuh rujukan] yang biasa disebut oleh masyarakat sekitar sebagai "Tanah Pusaka Sukahurip"[butuh rujukan] adalah daerah pertama di Tanah Jawa yang dibangun oleh Eyang Haji Saka[butuh rujukan] dan istrinya tercinta Eyang Nyai Muti'ah.[butuh rujukan] Sosok perempuan pertama yang diketahui oleh penulis (Asep Syaefullah) sebagai pemimpin Tanah Pusaka Sukahurip sebelum dinikahi oleh Mahaguru Haji Saka.[kenetralan diragukan][butuh rujukan]

Pandeglang (Sekarang Banten), dalam bahasa Sunda merupakan singkatan dari kata "Panday" dan "geulang" artinya pembuat gelang.[butuh rujukan] Menurut tokoh Sunda, Dr. Edi S. Ekajati, memperkirakan lokasi ibu kota kerajaan adalah di kota Merak sekarang.[butuh rujukan] Dalam bahasa Sunda, merak berarti "membuat perak".[4][kenetralan diragukan][butuh rujukan]

Konon tokoh awal yang berkuasa di Banten adalah Aki Tirem.[butuh rujukan] Kota inilah yang disebut Argyrè oleh Ptolemeus dalam tahun 150, dikarenakan Salakanagara diartikan sebagai "Negara Perak" dalam bahasa Sanskerta.[kenetralan diragukan][butuh rujukan]

Kota ini terletak di daerah Teluk Lada, Pandeglang, Banten.[kenetralan diragukan][butuh rujukan] Aki Tirem, penghulu atau penguasa kampung setempat yang akhirnya menjadi mertua pedagang dari Pallawa (Indo-Parthia)[yang mana?] Dewawarman I ketika putri Sang Aki Luhur Mulya bernama Dewi Pohaci Larasati diperistri oleh Dewawarman I[butuh rujukan]. Hal ini membuat semua pengikut dan pasukan Dewawarman I menikah dengan wanita setempat dan tak ingin kembali ke India.[butuh rujukan]Ketika Aki Tirem meninggal, Dewawarman I menerima tongkat kekuasaan.[kenetralan diragukan][butuh rujukan] Tahun 130 Masehi ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan dengan nama Salakanagara beribu kota di Rajatapura.[butuh rujukan] Ia menjadi raja pertama dengan gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara.[butuh rujukan] Beberapa kerajaan kecil di sekitarnya menjadi daerah kekuasaannya, antara lain Kerajaan Agninusa (negeri api) yang berada di pulau Krakatau.[5][kenetralan diragukan]

Rajatapura adalah ibu kota Kerajaan Salakanagara hingga tahun 362 menjadi pusat pemerintahan raja-Raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).[butuh rujukan] Salakanagara berdiri hanya selama 232 tahun, tepatnya dari tahun 130 Masehi hingga tahun 362 Masehi.[butuh rujukan] Dewawarman I sendiri hanya berkuasa selama 38 tahun dan digantikan anaknya yang menjadi Dewawarman II dengan gelar Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra. Prabu Dharmawirya tercatat sebagai raja Dewawarman VIII atau raja Salakanagara terakhir hingga tahun 363 karena sejak itu Salakanagara telah menjadi kerajaan yang berada di bawah kekuasaan Tarumanagara yang didirikan tahun 358 Masehi oleh Maharesi yang berasal dari Calankayana[siapa?] di India bernama Jayasinghawarman.[butuh rujukan]

Pada masa kekuasaan Dewawarman VIII, keadaan ekonomi penduduknya sangat baik, makmur dan sentosa, sedangkan kehidupan beragama sangat harmonis.[butuh rujukan][kenetralan diragukan] Kerajaan Salakanagara dianggap sebagai leluhur orang-orang Sunda, dibuktikan dengan persisnya wilayah kekuasaan kerajaan ini sama dengan peradaban suku Sunda dan kata "Salakanagara" memiliki kesamaan kosakata dengan kata "Sunda"[kenetralan diragukan][butuh rujukan]

Klaim Sebagai Pendahulu Tarumanagara

Jayasinghawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu raja Dewawarman VIII.[kenetralan diragukan][butuh rujukan] Ia sendiri seorang Maharesi dari Calankayana[yang mana?] di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Maurya[butuh rujukan]. Di kemudian hari setelah Jayasinghawarman mendirikan Tarumanagara, pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumanagara. Salakanagara kemudian berubah menjadi kerajaan daerah (bawahan).[kenetralan diragukan][butuh rujukan]

Banyak para ahli memperdebatkan masalah institusi kerajaan sebelum Tarumanegara melalui berbagai sumber sejarah seperti berita Tiongkok dan bangsa Eropa atau naskah-naskah Kuno.[6] Claudius Ptolemaeus, seorang ahli bumi masa Yunani Kuno menyebutkan sebuah negeri bernama Argyrè yang terletak di wilayah timur jauh. Negeri ini terletak di ujung barat pulau Iabodio yang selalu dikaitkan dengan Yawadwipa yang kemudian diasumsikan sebagai Jawa. Argyrè sendiri berarti perak yang kemudian diterjemahkan oleh para ahli sebagai Merak. [kenetralan diragukan][butuh rujukan]Kemudian sebuah berita Tiongkok yang berasal dari tahun 132 M menyebutkan wilayah Ye-tiao yang sering diartikan sebagai Yawadwipa dengan rajanya Pien yang merupakan lafal Mandarin dari bahasa Sanskerta Dewawarman.[butuh rujukan]Namun tidak ada bukti penghubung bahwa dua berita asing tersebut merujuk Salakanegara.[7]

Klaim Letak kerajaan

Kerajaan Salakanagara terletak di Cihunjuran, Desa Cikoneng, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, terdapat tiga menhir dan tujuh mata air yang dikenal tujuh sumur. Ada tiga lokasi yang diyakini sebagai pusat Kerajaan Salakanagara. Mereka adalah Teluk Lada (Pandeglang, Banten), Condet (Jakarta) dan Gunung Salak (Bogor).[5][kenetralan diragukan][butuh rujukan]

Pertama, Rajatapura disebut oleh Naskah Wangsakerta sebagai letak pusat pemerintahan Salakanagara, yang terletak di Teluk Lada (Pandeglang, Banten). Dalam naskah tersebut, Rajatapura disebut sebagai kota tertua di Jawa. Dari sinilah kedelapan raja Dewawarman bertahta dan menguasai perdagangan di seluruh barat Pulau Jawa.[5][kenetralan diragukan][butuh rujukan]

Kedua, Ciondet atau Condet di Jakarta Timur yang berjarak 30 kilometer dari pelabuhan Sunda Kelapa. Daerah ini memiliki sungai mengalir yang bernama Sungai Tiram. Kata "Tiram" diyakini berasal dari nama Aki Tirem, mertua Dewawarman I pendiri Salakanagara.[8][kenetralan diragukan][butuh rujukan]

Ketiga, Gunung Salak (Bogor) adalah sebuah gunung yang ketika siang berwarna keperak-perakan tertimpa matahari bersinar terang. Dalam bahasa Sunda, Salakanagara berarti Kerajaan Perak. Selain itu, pendapat ini juga didasarkan pada kemiripan nama antara Salaka dengan Salak.[kenetralan diragukan][butuh rujukan]

Klaim Daftar raja-raja Salakanagara

Tidak bisa dipungkiri bahwa awal mula kerajaan di Tatar Sunda berdiri tidak luput dari keturunan (India [yang mana?]). [kenetralan diragukan][butuh rujukan] Salakanagara yang berdiri tahun 130 Masehi yang dalam Naskah Wangsakerta dimaknai sebagai negeri perak [butuh rujukan], konon juga tertulis dalam karya yang berjudul Geographia yang ditulis oleh Klaudius Ptolemaeus (Ptolemeus) mengenai sebutan Argyre.[kenetralan diragukan][butuh rujukan]Penguasa pertama yang berkuasa adalah Aki Tirem, konon memiliki kesaktian luar biasa, namun pada saat itu Aki Tirem bukanlah raja melainkan penguasa yang berpengaruh.[kenetralan diragukan][butuh rujukan]

Dewawarman I (Prabu Darmalokapala Dewawarman Haji Raksa Gapura Sagara) diperkirakan meninggal pada 168 M[kenetralan diragukan][butuh rujukan] merupakan pemimpin dari sebuah ekpedisi perdagangan dinasti Pallawa dari India [yang mana?][butuh rujukan] yang kemudian memperistri Dewi Pohaci Larasati, putri dari Aki Tirem. Hal ini menyebabkan pengikut serta pasukan yang dibawa Dewawarman I ikut menikahi wanita Banten dan memutuskan untuk tidak kembali ke India[[India|[yang mana?]]].[butuh rujukan] Dewawarman I kemudian mewarisi kekuasaan dari Aki Tirem setelah wafatnya Aki Tirem, dan pada tahun 130 inilah Dewawarman I mempelopori terbentuknya sebuah kerajaan pertama di Nusantara dengan takhta yang akan diwariskan secara turun temurun.[kenetralan diragukan][butuh rujukan]

Berikut daftar nama raja-raja yang memerintah Kerajaan Salakanagara berdasarkan Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara adalah:[9][10]

Tahun berkuasa Nama raja Julukan Keterangan
130-168 M Dewawarman I Prabu Darmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara [butuh rujukan] Pedagang asal Bharata (India)[yang mana?] [butuh rujukan]
168-195 M Dewawarman II Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra [butuh rujukan] Putra tertua Dewawarman I [butuh rujukan]
195-238 M Dewawarman III Prabu Singasagara Bimayasawirya [butuh rujukan] Putra Dewawarman II [butuh rujukan]
238-252 M Dewawarman IV Menantu Dewawarman II, Raja Ujung Kulon (India) [yang mana?][butuh rujukan]
252-276 M Dewawarman V Menantu Dewawarman IV [butuh rujukan]
276-289 M Mahisa Suramardini Warmandewi Putri tertua Dewawarman IV & istri Dewawarman V, karena Dewawarman V gugur melawan bajak laut [butuh rujukan]
289-308 M Dewawarman VI Sang Mokteng Samudera [butuh rujukan] Putra tertua Dewawarman V [butuh rujukan]
308-340 M Dewawarman VII Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati [butuh rujukan] Putra tertua Dewawarman VI [butuh rujukan]
340-348 M Sphatikarnawa Warmandewi Putri sulung Dewawarman VII [butuh rujukan]
348-362 M Dewawarman VIII Prabu Darmawirya Dewawarman [butuh rujukan] Cucu Dewawarman VI yang menikahi Sphatikarnawa, raja terakhir Salakanagara [butuh rujukan]
Mulai 362 M Dewawarman IX Salakanagara telah menjadi kerajaan bawahan Tarumanagara [butuh rujukan]

Kerajaan bawahan Salakanagara

Salakanagara membawahi kerajaan-kerajaan kecil, yang didirikan oleh orang-orang yang berasal dari dinasti Dewawarman (raja-raja yang memerintah Salakanagara).[kenetralan diragukan][butuh rujukan] Kerajaan yang menjadi bawahan Salakanagara antara lain:[kenetralan diragukan][butuh rujukan]

Kerajaan Ujung Kulon

Kerajaan Ujung Kulon berlokasi di wilayah Ujung Kulon dan didirikan oleh Senapati Bahadura Harigana Jayasakti (adik kandung Dewawarman I).[kenetralan diragukan][butuh rujukan] Saat kerajaan itu dipimpin oleh Darma Satyanagara, sang raja menikah dengan putri dari Dewawarman III dan kemudian menjadi raja ke-4 di Kerajaan Salakanagara.[kenetralan diragukan][butuh rujukan] Ketika Tarumanagara tumbuh menjadi kerajaan yang besar, Purnawarman (raja Tarumanagara ke-3) menaklukkan Kerajaan Ujung Kulon. Akhirnya Kerajaan Ujung Kulon menjadi Kerajaan bawahan dari Tarumanagara. Lebih dari itu, pasukan Kerajaan Ujung Kulon juga ikut membantu pasukan Wisnuwarman (raja Tarumanagara ke-4) untuk menumpas pemberontakan Cakrawarman.[kenetralan diragukan][butuh rujukan]

Kerajaan Tanjung Kidul

Kerajaan Tanjung Kidul beribu kota Aghrabintapura (Sekarang termasuk wilayah Cianjur Selatan). Kerajaan ini dipimpin oleh Sweta Liman Sakti (adik ke-2 Dewawarman I).[kenetralan diragukan][butuh rujukan]

Bacaan lanjut

* Ekadjati, Edi S. 1995. Sunda, Nusantara, dan Indonesia; Suatu Tinjauan Sejarah. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran pada Hari Sabtu, 16 Desember `1995. Bandung: Universitas Padjadjaran.
  • Ekadjati, Edi S. 1981. Historiografi Priangan. Bandung: Lembaga Kebudayaan Universitas Padjadjaran.
  • Ekadjati, Edi S. (Koordinator). 1993. Sejarah Pemerintahan di Jawa Barat. Bandung: Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.
  • Z., Mumuh Muhsin. Sunda, Priangan, dan Jawa Barat. Makalah disampaikan dalam Diskusi Hari Jadi Jawa Barat, diselenggarakan oleh Harian Umum Pikiran Rakyat Bekerja Sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat pada Selasa, 3 November 2009 di Aula Redaksi HU Pikiran Rakyat.
  • Uka Tjandrasasmita. (2009). Arkeologi Islam Nusantara. Kepustakaan Populer Gramedia.
  • E. Rokajat Asura. (September 2011). Harisbaya bersuami 2 raja - Kemelut cinta di antara dua kerajaan Sumedang Larang dan Cirebon. Penerbit Edelweiss.
  • Atja, Drs. (1970). Ratu Pakuan. Lembaga Bahasa dan Sedjarah Unpad. Bandung.
  • Atmamihardja, Mamun, Drs. Raden. (1958). Sadjarah Sunda. Bandung. Ganaco Nv.
  • Joedawikarta (1933). Sadjarah Soekapoera, Parakan Moencang sareng Gadjah. Pengharepan. Bandoeng,
  • Lubis, Nina Herlina., Dr. MSi, dkk. (2003). Sejarah Tatar Sunda jilid I dan II. CV. Satya Historica. Bandung.
  • Herman Soemantri Emuch. (1979). Sajarah Sukapura, sebuah telaah filologis. Universitas Indonesia. Jakarta.
  • Zamhir, Drs. (1996). Mengenal Museum Prabu Geusan Ulun serta Riwayat Leluhur Sumedang. Yayasan Pangeran Sumedang. Sumedang.
  • Sukardja, Djadja. (2003). Kanjeng Prebu R.A.A. Kusumadiningrat Bupati Galuh Ciamis th. 1839 s / d 1886. Sanggar SGB. Ciamis.
  • Sulendraningrat P.S. (1975). Sejarah Cirebon dan Silsilah Sunan Gunung Jati Maulana Syarif Hidayatullah. Lembaga Kebudayaan Wilayah III Cirebon. Cirebon.
  • Sunardjo, Unang, R. H., Drs. (1983). Kerajaan Carbon 1479-1809. PT. Tarsito. Bandung.
  • Suparman, Tjetje, R. H., (1981). Sajarah Sukapura. Bandung
  • Surianingrat, Bayu., Drs. (1983). Sajarah Kabupatian I Bhumi Sumedang 1550-1950. CV.Rapico. Bandung.
  • Soekardi, Yuliadi. (2004). Kian Santang. CV Pustaka Setia.
  • Soekardi, Yuliadi. (2004). Prabu Siliwangi. CV Pustaka Setia.
  • Tjangker Soedradjat, Ade. (1996). Silsilah Wargi Pangeran Sumedang Turunan Pangeran Santri alias Pangeran Koesoemadinata I Penguasa Sumedang Larang 1530-1578. Yayasan Pangeran Sumedang. Sumedang.
  • Widjajakusuma, Djenal Asikin., Raden Dr. (1960). Babad Pasundan, Riwajat Kamerdikaan Bangsa Sunda Saruntagna Karadjaan Pdjadjaran Dina Taun 1580. Kujang. Bandung.
  • Winarno, F. G. (1990). Bogor Hari Esok Masa Lampau. PT. Bina Hati. Bogor.
  • A. Sobana Hardjasaputra, H.D. Bastaman, Edi S. Ekadjati, Ajip Rosidi, Wim van Zanten, Undang A. Darsa. (2004). Bupati di Priangan dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya Sunda. Pusat Studi Sunda.
  • A. Sobana Hardjasaputra (Ed.). (2008). Sejarah Purwakarta.
  • Nina H. Lubis, Kunto Sofianto, Taufik Abdullah (pengantar), Ietje Marlina, A. Sobana Hardjasaputra, Reiza D. Dienaputra, Mumuh Muhsin Z. (2000). Sejarah Kota-kota Lama di di Jawa Barat. Alqaprint. ISBN 979-95652-4-3.
  • Nina Lubis et al. (2011). "Sejarah Propinsi Jawa Barat". Pemerintah Provinsi Jawa Barat. ISBN 9786029811889. 

Pranala luar

  1. ^ Raditya, Iswara N. "Salakanagara, Kerajaan (Sunda) Tertua di Nusantara". tirto.id. Diakses tanggal 2020-08-18. 
  2. ^ Wangsakerta, Pangeran (1991). Pustaka Rajya-Rajya I Bumi Nusantara. Jakarta. ISBN 979459136X. 
  3. ^ RMOL. "Di Mana Keraton Banten Sekarang?". rmolbanten.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-07. Diakses tanggal 2020-08-23. 
  4. ^ Ago, Evidayaniin #evidayani • 3 Years (2018-01-28). "Know the Old Kingdom Salakanagara in the archipelago". Steemit (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-18. 
  5. ^ a b c "Salakanagara Kerajaan Tertua di Bumi Nusantara". Bingar.id. 2020-03-01. Diakses tanggal 2020-08-18. 
  6. ^ Redaksi. "Tarumanegara Kingdom, Oldest Kingdom in West Java". Iphedia.com. Diakses tanggal 2020-08-23. 
  7. ^ Historian (2017-03-21). "Kerajaan Salakanagara - Sejarah Kerajaan Nusantara". Histori (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-18. 
  8. ^ Kompasiana.com (2019-10-18). "Asal-usul Masuknya Sistem Pemerintahan Monarki di Bumi Nusantara". KOMPASIANA. Diakses tanggal 2020-08-23. 
  9. ^ Ayatrohaedi: Sundakala, Cuplikan Sejarah Sunda Berdasar Naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon. Pustaka Jaya, 2005.
  10. ^ "Sunda History". History Forum (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-23.