Lompat ke isi

Kasta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 14 Agustus 2023 09.35 oleh Ayat Alkirab (bicara | kontrib) (Menambahkan sudut pandang masyarakat India terhadap sistem kasta saat ini)

Kasta berasal dari Indonesia bahasa Inggris dan bahasa Portugal (casta) yang berarti keturunan atau suku.[1] Kasta pada abad ke-16 digunakan oleh penjelajah Portugis untuk mendeskripsikan pembagian kerja pada masyarakat India. Tetapi persepsi awal pembagian tersebut memiliki tingkatan, kenyataannya pada Weda sendiri tidak menjelaskan tingkatan sosial hanya menjelaskan pembagian kerja yg disebut Varna.[2] Kasta yang sebenarnya merupakan perkumpulan tukang-tukang atau orang-orang ahli dalam bidang tertentu.

Di Indonesia, sistem kasta dapat dilihat di Bali. Anak-anak di Bali diberi nama berdasarkan kasta keluarga mereka dan urutan kelahiran mereka. Masyarakat Bali didasarkan pada sistem kasta Catur Warna Hindu, walaupun tidak serumit yang terjadi di India. Versi sederhana ini menjelaskan pembagian manusia ke dalam 4 kasta yang berbeda:

  1. Kasta Brahmana, orang yang mengabdikan dirinya dalam urusan bidang spiritual seperti sulinggih, pandita dan rohaniawan. Selain itu disandang oleh para guru dan cendekiawan. Seseorang yang menyandang gelar ini biasanya memiliki nama depan Ida Bagus (untuk cowok) Ida Ayu (untuk cewek)
  2. Kasta Ksatria, terdiri dari Raja anggota militer, bangsawan, kepala dan anggota lembaga pemerintahan. Seseorang yang menyandang gelar ini biasanya memiliki nama depan I Gusti Agung, Anak Agung, Dewa, I Gusti.
  3. Kasta Waisya, orang yang telah memiliki bisnis dan harta benda sendiri dari hasil pekerjaannya seperti petani, nelayan, pedagang, seniman, wirausaha, pemilik lahan, dan lain-lain.
  4. Kasta Sudra, pelayan bagi ketiga kasta di atasnya. Umumnya bekerja sebagai buruh dan pelayan. Kasta ini merupakan yang paling banyak terdapat di Bali, hampir 90% dari jumlah penduduk warga Bali.[3] biasanya yang berasal dari keturunan ini memiliki nama depan, Putu, Kadek, Komang, Ketut.

Keempat kasta ini mempunyai aturan yang berbeda-beda untuk berinteraksi/berkomunikasi dengan orang-orang dengan kasta yang berbeda. Bahasa Bali Madya biasa digunakan untuk lawan bicara yang belum diketahui kastanya, untuk menghindari ketidakhormatan kepada lawan bicara.

Sedangkan di luar sistem kasta tersebut, ada pula istilah:

  1. Kaum Paria, golongan orang rendahan yang tugasnya melayani para Brahmana dan Ksatria.
  2. Kaum Candala, golongan orang yang berasal dari perkawinan antar kasta (umumnya dari hubungan perkawinan ibu yang berkasta lebih tinggi dari ayahnya), atau bangsa asing.

Penggunaan keempat kasta masih terjadi di India, tapi saat ini masyarakat India semakin memahami bahwa identitas seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh kasta yang mana itu tidak bisa diubah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi diskriminasi dan ketidakadilan yang mungkin terjadi akibat sistem kasta. Penyadaran akan pentingnya pendidikan dan akses ke kesempatan yang sama bagi semua individu, tanpa memandang latar belakang kasta, menjadi pijakan utama dalam mengubah pandangan masyarakat.

Lebih dari itu, peran pendidikan dan kesadaran sosial dalam mengatasi stereotip dan prasangka terhadap Kasta Sudra dan kasta-kasta lainnya tidak bisa diabaikan. Dalam mengubah pandangan masyarakat, kolaborasi antara lembaga pendidikan, kelompok masyarakat, dan pemerintah menjadi esensial. Promosi akan nilai-nilai persatuan, toleransi, dan penghargaan terhadap keberagaman juga telah memainkan peran penting dalam mengubah cara pandang yang mengakar dalam sistem kasta Hinduisme.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Oxford English Dictionary (September 2005). "Caste". Oxford University Press. 
  2. ^ naumannj. "The Caste System of India". Diakses tanggal 19 Juli 2018. 
  3. ^ B. R. Ambedkar. "Who Were the Shudras?".