Lompat ke isi

Paroki Santo Yoseph, Dumaring

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 21 Agustus 2023 03.39 oleh 2001:448a:60a0:4ee3:b012:5683:79f0:4bd2 (bicara) (Sejarah dan jadwal misa)

Keterangan secara Umum tentang Paroki St. Yosep Dumaring

Paroki Santo Yoseph, Dumaring
LokasiJl. Mulawarman RT. 002,
Dumaring[1] Talisayan, Berau,
Kalimantan Timur 77372
Sejarah
Didirikan29 Juli 2001
DedikasiSanto Yosef
Administrasi
KeuskupanKeuskupan Tanjung Selor
Jumlah Imam2
Imam yang bertugasPastor Raymond Xaverius Kawalo, MSC dan Pastor Bill Lira, MSC
Parokial
Stasi14

Paroki Santo Yoseph Dumaring adalah suatu paroki dari Gereja Katolik Roma di Keuskupan Tanjung Selor; berpusat di Kampung Dumaring - Kecamatan Talisayan, di Kabupaten Berau - Kalimantan Timur. Wilayah Paroki Dumaring meliputi 14 stasi yang tersebar dalam 5 kecamatan. Sebagian besar umat Katolik di paroki ini adalah transmigran dari NTT; pekerjaan umat pada umumnya adalah sebagai buruh pada perkebunan kelapa sawit dan sebagai petani dengan tingkat pendapatan yang rendah. Paroki Dumaring digembalakan oleh imam dari ordo Misionaris Hati Kudus (MSC).[2]


Sejarah Gereja St. Yosep Dumaring

(sumber: Jejak Langkah Keuskupan Tanjung Selor, 2012)

           St. Yosep Dumaring merupakan paroki kedua yang terletak di dekenat Selatan dari keuskupan Tanjung Selor. Lahir dari pemekaran paroki St. Eugenius de Mazenod yang berkedudukan di Tanjung Redep, Kabupaten Berau. Paroki St. Yosep Dumaring lahir sebagai sebuah jawaban dari banyaknya umat yang bermukim di daerah pesisir Talisayan yang terbentang mulai dari kecamatan Tabalar, Biatan, Talisayan, Batu Putih, Biduk-biduk. Paroki ini terdiri dari 14 Stasi, yaitu St. Paulus Tabalar, St. Kornelius Biatan, St. Petrus Manunggal Jaya, St. Theresia Slengkop, St. Gabriel Sumber Mulia, Bunda Hati Kudus Ekasapta, Maria Imakullata Sukamurya, St. Rosa Capuak, Kristus Jaya Bumi Jaya, Immanuel Kayu Indah, St. Pangkrasius Tembudan, St. Maria Ratu Damai Lubang Klatak, dan satu reksa pastoral Biduk-biduk. Keseluruhan stasi yang ada dapat ditempuh dengan jalan darat yang lumayan baik serta menantang karena biasanya ditantang dengan mandi abu dan mandi lumpur terutama di saat hujan, sedangkan pada musim panas berdebu. Paroki St. Yosep Dumaring bermukm warga transmigrasi yang mencoba peruntungan, yang berasal dari Flores, Jawa, Makassar, Dayak. Namun, ada juga yang datang ke Dumaring ini karena tergiur oleh cerita negeri yang berlimpah susu dan madunya.

Lahirnya Stasi St. Yosep Dumaring

           Cerita mengenai negeri yang melimpah susu dan madunya ini mengundang banyak pemuda atau pun pemudi rela meninggalkan tanah asalnya untuk mengadu nasib di tanah rantau. Kenyataan ini didukung pula oleh kebijaksanaan pemerintah pada saat itu yang menginginkan adanya penyebaran penduduk secara merata melalui program transmigrasi. Program transmigrasi ini membawa implikasi yang tidak sedikit. Banyak orang melakukan eksodus dari satu daerah ke daerah yang lain yang berbeda iklim, geografis, kebudayaan, sehingga perlu penataan agar tidak saling bersinggungan.

           Dari penataan melahirkan satu dusun, satu stasi yang terdiri dari satu kelompok suku ataupun campuran yang membawa serta kebudayaan bahkan iman nenek moyang mereka ke dalam daerah baru ini. Sejarah membuktikan bahwa perbedaan yang ada terkadang menyebabkan adanya gesekan satu dengan gesekan yang lain, terutama masalah keyakinan ataupun iman, yang pada akhirnya mendewasakan mereka dari berbagai bidang kehidupan. Namun ada juga yang tidak kuat mengalami gesekan akhirnya pindah kampung bahkan ada juga yang pindah keyakinan.

           Masa ini melahirkan tokoh-tokoh awam paroki St. Yosep yakni Bapak Yosep Balla, Thomas, Yohanes Passa, Lurah Petrus yang berjuang dengan cara mereka sendiri yaitu berkunjung dari satu rumah orang katolik ke rumah orang katolik yang lain untuk bertamu, saling memperkenalkan diri, saling menyapa satu sama lain sebagai tetangga dekat. Dari antara mereka ada juga yang memberanikan diri memberikan pengajaran iman walaupun dalam pengajaran iman itu mereka harus meninggalkan keluarga, ladang bahkan tak jarang bermalam di hutan karena situasi dan kondisi alam saat itu.

           Pada masa itu lahirlah pendekar iman yang merekatkan iman katolik yaitu Pastor Pat, OMI yang berkunjung secara rutin 3 tahun sekali dari Tarakan untuk meneguhkan iman umat dengan pelayanan sakramen Ekaristi dan sakramen-sakramen lainnya sambil membawa obat-obatan yang diperlukan. Pada era ini, Pastor Pat, OMI, berkunjung dari rumah ke rumah, dari kebun satu ke kebun yang lain, dusun satu ke dusun yang lain, agar umat dapat berkumpul dan merayakan perayaan Ekaristi bersama selebihnya adalah karya Roh Kudus. Karya Roh nampak kental dalam penamaan stasi ini (sebelum menjadi paroki). Stasi ini mengambil nama pelindung St. Yosep, seorang bapak keluarga kudus, yang mana nama ini juga dipilih sebagai penghormatan terhadap warga Dumaring yang berjasa, Bapak Yosep Balla, yang menginjakkan kakinya untuk pertama kalinya di daerah pesisir Talisayan dengan suka dukanya melayani dan mempersatukan umat.

Menjadi Paroki St. Yosep Dumaring: Pembangunan Iman Umat semakin intensif

           Stasi St. Yosep Dumaring berubah status menjadi paroki St. Yosep Dumaring merupakan karya Roh Kudus yang nyata. Karya ini menjadi satu momentum yang tak terlupakan oleh umat Dumaring. Status stasi menjadi paroki diberikan oleh Mgr. Florentinus Sului, MSF, pada tanggal 29 Juli 2001 sewaktu masih tergabung dengan Keuskupan Samarinda. Perubahan ini mengandung satu tekad bersama untuk membangun kebersamaan serta membangun iman. Pembangunan iman ini nampak dalam arah dasar yang diberikan oleh Keuskupan Tanjung Selor yang bergiat dalam katekese dasar iman baik mereka yang lanjut usia maupun kanak-kanak. Katekese dasar ini dibawakan dalam beberapa program yang menyentuh semua lapisan masyarakat baik rekoleksi, pelatihan-pelatihan, kursus yang keseluruhannya bisa membuat umat beriman secara mendalam dan berdaya pikat bagi yang lain. Saat ini paroki St. Yosep sedang berbenah diri melalui kursus persiapan perkawinan yang menjadi ujung tombak pewartaan iman katolik. Katekese Dasar tak hanya dilakukan lewat media pengajaran tetapi juga melalui penghayatan iman yang aktual yaitu kegiatan ziarah rohani ke gua Maria Bunda Hati Kudus Ekasapta maupun Gua Maria Pencinta Damai Lobang Klatak pada bulan Mei dan Oktober tiap tahun.

           Gerak iman melalui arah dasar kehidupan iman ini dipadu pula dengan pertemuan umat beriman dalam perayaan Natal dan Paskah bersama, dibagi dalam dua wilayah pelayanan yang selalu bergantian tempat untuk saling mengenal, saling bertemu, saling berjumpa dalam kegiatan iman. Dalam kegiatan natal dan paskah ini banyak yang tergugah dan tergerak untuk pergi berjumpa sebagai warga Gereja serta saling menyapa sebagai keluarga besar sekaligus juga memberikan penampilan yang terbaik untuk perayaan ini.

           Selain untuk saling mengenal dan saling menyapa dalam kegiatan Natal dan Paskah ini, momentum ini digunakan sebagai ekspresi iman umat terutama dalam hal mempersiapkan tempat, lagu-lagu yang dibawakan. Perayaan ini sering kali tidak mudah untuk diwujudkan karena banyak pendapat yang semuanya bermuara pada kesatuan dan kebersamaan. Banyak Gereja stasi yang dibangun pada saat trans dibuk ayang saat ini sudah tidak menampung jumlah umat yang beribadah. Keadaan ini mengajak umat untuk bersolidaritas bersama membangun gedung gereja baik dalam soal dana, tenaga, tidak peduli berapa lamanya membangun, ada semboyan yang menarik dalam pembangunan gedung gereja, “dana terkumpul, mari kita kumpul tenaga untuk kerja bakti”.

Jadwal Misa

Jadwal misa di Gereja St. Yoseph:[1]

  • Misa Hari Minggu: 07.00 WITA

Jadwal misa di Gereja tiap stasi:

  • diatur menyesuaikan komposisi pastor paroki dan pastor rekan, serta frater.

Referensi