Lompat ke isi

Nur Jahan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Nur Jahan
نور جهاں
Nur Mahal
Ilustrasi Nur Jahan
Padshah Begum
Masa Jabatan25 Mei 1611 – 8 November 1627
PendahuluSaliha Banu Begum
PenerusMumtaz Mahal
KelahiranMehr-un-Nissa
ميراون نيس
31 Mei 1577
Kandahar, Kekaisaran Safawi
Kematian17 Desember 1645(1645-12-17) (umur 68)
Lahore, Kekaisaran Mughal
Pemakaman
PasanganSher Afghan Khan
Jahangir
KeturunanLadli Begum
WangsaTimurid (oleh pernikahan)
AyahMirza Ghiyas Beg
IbuAsmat Begum
AgamaIslam Syiah

Nur Jahan (bahasa Persia: نور جهان; bahasa Urdu: نور جهاں; bahasa Pashtun: نور جہاں) (ejaan alternatif Noor Jahan, Nur Jehan, dll.) (31 Mei 1577 – 17 Desember 1645) terlahir sebagai Mehrun Nissa atau Mihrun Nissa, adalah Permaisuri Kekaisaran Mughal dan sebagai permaisuri kepala Sultan Jahangir. Seorang wanita yang kuat, karismatik dan terdidik, ia dianggap sebagai salah satu wanita yang paling kuat dan berpengaruh dari abad ke-17 di Kekaisaran Mughal. Dia adalah istri kedua puluh dan merupakan favorit dari Kaisar Jahangir yang memerintah Kekaisaran Mughal di puncak kekuasaan dan supremasinya. Kisah tergila-gila pasangan ini satu sama lain dan hubungan yang berkembang antara mereka telah menjadi inspirasi bagi banyak (sering apokrif) legenda.

Sebagai hasil dari suami keduanya, Kaisar Jahangir, yang mengalami pergulatan serius dengan kecanduan alkohol dan opium, Nur Jahan mampu memegang sejumlah besar pengaruh kekaisaran dan sering dianggap pada saat itu menjadi kekuasaan dibalik tahta yang nyata. Dia tetap berpengaruh signifikan secara historis karena tidak hanya semata-mata kekuasaan politik yang dia pertahankan (suatu prestasi yang tidak pernah dicapai oleh wanita Mughal sebelumnya), tetapi juga untuk kontribusinya terhadap budaya India, kegiatan amal, perdagangan komersial dan kemampuan untuk memerintah dengan tangan besi. Dia adalah bibi dari Ratu Mumtaz Mahal yang oleh Kaisar yang akan datang Shah Jahan membangun Taj Mahal. Selanjutnya dia adalah satu-satunya permaisuri Mughal telah namanya mencetak namanya pada koin perak.[1]

Kelahiran dan masa kecil

Nur Jahan lahir dengan nama Mehrun Nissa pada 31 Mei 1577 di Qandahar, Kekaisaran Safawi (kini wilayah Afghanistan), dari keluarga bangsawan Persia. Ia terlahir sebagai anak keempat dari Mirza Ghiyas Beg dan Asmat Begum.

Kedua orang tua Nur Jahan berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya, Mirza Ghiyas Beg keturunan dari Khwaja Muhammad Sharif dan ibunya, Asmat Begum keturunan dari Mirza Alaud Daula Aqa Mulla. Kakeknya dari pihak ayah, Muhammad Sarif adalah wazir (penasihat politik) Kota Isfahan, Kekaisaran Safawi.

Untuk alasan yang tidak diketahui, keluarga Mirza Ghiyas Beg telah mengalami pembalikan keberuntungan di 1577 dan segera menemukan keadaan di tanah air mereka tak tertahankan. Berharap untuk meningkatkan kekayaan keluarganya, Ghias Beg memilih untuk pindah ke India di mana Istana Kaisar Akbar tumbuh menjadi pusat industri perdagangan dan juga pusat kebudayaan.[2]

Pernikahan Pertama

Rumor

Ada cerita panjang tentang kisah cinta Mehrun Nissa dan Pangeran Salim bahkan sebelum pernikahan pertamanya dengan Ali Quli. Ada rumor kuat yang mengatakan bahwa mereka saling jatuh cinta ketika Mehrun Nissa berusia tujuh belas tahun, tetapi hubungan mereka tidak dikabulkan oleh Kaisar Akbar. Jadi, Pangeran Salim dan Mehrun Nissa tidak bisa melanjutkan hubungan mereka selama Kaisar Akbar masih hidup. Namun, cerita ini diragukan para sejarawan modern.

Pernikahan dengan Sher Afgan

Mehrun Nissa menikah untuk pertama kalinya dengan Ali Quli Istajlu pada tahun 1594. Ketika itu Mehrun Nissa berusia 17 tahun. Ali Quli atau yang lebih dikenal dengan gelarnya, Sher Afgan Khan adalah seorang anggota Klan Istajlu Turki yang mengabdi pada Kaisar Akbar. Pernikahan Mehrun Nissa dengan suami pertamanya adalah perintah dari Kaisar Akbar sebagai imbalan atas pengabdian Ali Quli.

Dari pernikahan itu, Mehrun Nissa dan Ali Quli mempunyai seorang putri yang juga memiliki nama yang sama dengan ibunya, Mehrun Nissa atau Mihrun Nissa. Putri mereka, Mihrun Nissa yang juga dikenal sebagai Ladli Begum lahir pada 1605. Ali Quli tewas dua tahun setelah kelahirannya.

Menjadi Janda

Setelah kematian Sher Afgan pada tahun 1607, Mehrun Nissa dan putrinya, Ladli dipanggil ke istana oleh Kaisar Jahangir untuk menjadi pelayan ibu tirinya, Ibu Ratu Ruqaiya Sultan Begum.[3] Ruqaiya Sultan Begum adalah wanita yang sangat berpengaruh di Istana Kekaisaran Mughal karena ia adalah permaisuri utama mendiang Kaisar Akbar.

Mehrun Nissa dan putrinya, Ladli melayani dengan sungguh-sungguh. Ini menjadikan mereka sangat disukai Ibu Ratu Ruqaiya.

Pernikahan Kedua

Mehrun Nissa bertemu lagi dengan Salim pada tahun 1611. Saat itu Pangeran Salim telah naik takhta dengan gelar Jahangir. Kedua jatuh cinta dan melangsungkan pernikahan pada tahun yang sama. Dia menjadi istri sah terakhir Jahangir.

Sebelum pernikahan mereka, istri favorit Jahangir adalah Jagat Gosaini, seorang putri Rajput dari Kerajaan Marwar. Jagat Gosain telah memberi Jahangir dua orang putri dan seorang putra. Putranya, Shahabuddin Muhammad Khurram adalah menantu masa depan Abu'l Hasan, kakak Nur Jahan.

Setelah pernikahan mereka, Jahangir memberikannya gelar Nur Mahal yang berarti cahaya istana. Pada tahun 1616, gelar itu diubah menjadi Nur Jahan yang berarti cahaya dunia. Nur Jahan dengan cepat menjadi istri favorit Jahangir menggantikan Jagat Gosain.

Saingan kuat Nur Jahan adalah Saliha Banu Begum, sang permaisuri sekaligus pemegang gelar Padshah Banu. Gelar ini dianggap sepadan dengan Padshah Begum yang biasa diberikan kepada permaisuri utama kaisar. Saliha Banu wafat pada 1620, ini menjadikan pengaruh Nur Jahan semakin kuat.

Tidak ada sumber yang menyebut berapa anak Nur Jahan dan Jahangir. Atau bisa jadi pada pernikahan keduanya, Nur Jahan tidak memiliki keturunan.

Menjabat sebagai Padshah Begum

Nur Jahan banyak berperan dalam mengendalikan politik kekaisaran mengingat suaminya, Jahangir kecanduan opium. Ia merupakan satu-satunya wanita Mughal yang namanya tercetak di atas koin mata uang kekaisaran.

Untuk memperkuat pengaruhnya, Nur Jahan berencana menikahkan putrinya, Mihrun Nissa Begum atau yang dikenal sebagai Ladli Begum dengan Pangeran Khusrau, putra tertua Jahangir. Namun, Pangeran Khusrau menolak karena lebih mencintai istrinya. Akhirnya, Mihrun Nissa dinikahkan dengan Pangeran Shahryar, putra kelima sekaligus putra bungsu Jahangir.

Nur Jahan juga menggunakan keponakannya sebagai alat pernikahan politik. Dia mengatur pernikahan antara Arjumand Banu Begum dengan Pangeran Khurram, putra ketiga Jahangir. Pangeran Khurram merupakan cucu favorit permaisuri mendiang Kaisar Akbar, Ruqaiya Sultan Begum.

Silsilah

Khwaja Muhammad Sarif
Mirza Ghiyas Beg
Mehrun Nissa
(Nur Jahan)
Mirza Alaud Daula Aqa Mulla
Asmat Begum

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Nath 1990, hlm. 64
  2. ^ Gold 2008, hlm. 148
  3. ^ Chandra 1978, hlm. 45

Referensi

Bacaan lebih lanjut

Iran India relations span centuries marked by meaningful interactions.

Pranala luar