Lompat ke isi

Bank Syariah Indonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 22 September 2023 04.27 oleh Gibranalnn (bicara | kontrib)
PT Bank Syariah Indonesia Tbk
Sebelumnya
PT Bank Djasa Arta (1969-1994)
PT Bank Jasa Arta (1994-2008)
PT Bank Syariah BRI (2008-2009)
PT Bank BRIsyariah Tbk (2009-2021)
Perusahaan publik
Kode emitenIDX: BRIS
IndustriPerbankan syariah
PendahuluUnit Usaha Syariah (UUS) BRI
Bank Syariah Mandiri
Bank BNI Syariah
Didirikan1 Februari 2021; 3 tahun lalu (2021-02-01)
PendiriPemerintah Indonesia
Kantor pusatThe Tower, Jl. Gatot Subroto No. 27 Kelurahan Karet Semanggi, Setiabudi, Jakarta Selatan
Jakarta, Indonesia
Tokoh kunci
Hery Gunardi (Direktur Utama)
Adiwarman Azwar Karim (Komisaris Utama)
PendapatanKenaikanRp 23,3 Triliun (2022)
KenaikanRp 4,26 Triliun (2022)
Total asetKenaikanRp 305,73 Triliun (2022)
Total ekuitasKenaikanRp 33,51 Triliun (2022)
Pemilik
Situs webbankbsi.co.id

Bank Syariah Indonesia (IDX: BRIS; disingkat BSI) adalah bank di Indonesia yang bergerak di bidang perbankan syariah. Bank ini diresmikan pada tanggal 1 Februari 2021 pukul 13.00 WIB atau bertepatan dengan tanggal 19 Jumadil Akhir 1442 H. Bank ini merupakan hasil penggabungan antara Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, dan BRIsyariah. Bank ini pun menjadi bank syariah milik HIMBARA (Himpunan Bank Milik Negara), dengan mayoritas sahamnya dipegang oleh Bank Mandiri, sehingga bank ini dianggap sebagai bagian dari Mandiri Group.

Sejarah

Logo terakhir BRIsyariah hingga 2021

Bank ini memulai sejarahnya pada tanggal 3 Juli 1969 dengan nama PT Bank Djasa Arta dan berkantor pusat di Jalan Suniaradja no. 24B, Bandung, dengan pemilik awalnya terdiri dari Sabas Gunawan, Lilis Surjati, Lies Harjati dan beberapa pemegang saham lain.[2] Belakangan, kantor pusatnya pindah ke Jalan Suniaraja No. 82, dan di tahun 1988, Bank Djasa Arta tercatat memiliki 4 kantor cabang serta dikelola oleh Darmawan Tanudjaja dkk.[3] Di tanggal 5 Januari 1990, bank ini diakuisisi 51% sahamnya oleh Awong Hidjaja, pemilik perusahaan tekstil Panasia, dengan sisanya dimiliki beberapa pemegang saham lain.[4][5]

Namanya kemudian berganti menjadi PT Bank Jasa Arta sejak tahun 1994. Sempat juga bank ini di tahun 1997 akan berganti nama lagi sesuai nama induknya menjadi Bank Panasia Internasional, namun batal.[2] Pada tahun 2007, Bank Jasa Arta termasuk bank kecil dengan hanya memiliki 6 kantor cabang,[6] aset Rp 250,1 miliar,[7] dan tercatat sempat merugi.[8] Demi memenuhi Arsitektur Perbankan Indonesia, Bank Jasa Arta pada 2007 sempat menjajaki rencana merger dengan Bank Harfa dan Bank Mitraniaga, dimana bank hasil merger ketiganya akan bermodal Rp 100 miliar dan dimiliki eks-ketiga pemegang saham bank tersebut secara bersamaan.[9]

Sementara itu, Bank Rakyat Indonesia (BRI) sejak Desember 2001 sudah memiliki unit usaha syariah (UUS)-nya sendiri demi memenuhi keinginan pasar.[10] UUS ini pada tahun 2007 bertumbuh cukup lambat, namun sudah mencatatkan aset Rp 1,14 triliun dan dana pihak ketiga Rp 376 miliar.[6] Belakangan, untuk mengembangkan bisnis perbankan syariahnya, BRI merencanakan spin-off pada UUS-nya itu menjadi bank syariah.[11] Tindakan ini ditempuh setelah manajemen BRI melihat bank syariah lebih memiliki potensi untuk bertumbuh lebih tinggi dibanding UUS.[12] Untuk memuluskan rencana ini, BRI kemudian mulai membidik dua bank kecil untuk diakuisisi, yaitu PT Bank Jasa Arta dan PT Bank Harmoni Internasional.[13]

Akhirnya, di bulan Juni 2007, BRI memutuskan akan membeli Bank Jasa Arta.[13] Akuisisi kemudian resmi dilakukan di tanggal 19 Desember 2007, dengan BRI mengambilalih PT Bank Jasa Arta dari tangan Awong Hidjaja dan dua perusahaan miliknya (PT Panasia Synthetic Abadi dan PT Panasia Intertraco)[7] seharga Rp 61 miliar. Rencananya, bank syariah milik BRI ini akan memiliki 51 cabang, 45 dari eks-UUS BRI dan 6 dari eks-Bank Jasa Arta serta beraset Rp 1,8 triliun. Setelah mendapat izin usaha dari Bank Indonesia melalui surat no. 10/67/Kep.GBI/DPG/2008 tertanggal 16 Oktober 2008, Bank Jasa Arta resmi berganti nama menjadi PT Bank Syariah BRI pada tanggal 17 November 2008 dengan status berubah dari sistem konvensional ke syariah.[14][15] Di tanggal 19 Desember 2008, BRI meneken akta pemisahan UUS BRI dan penggabungannya ke dalam bank ini, yang selanjutnya mulai berlaku sejak 1 Januari 2009.[7] Pasca penggabungan itu, nama Bank Syariah BRI diganti lagi menjadi PT Bank BRIsyariah, efektif sejak 15 Desember 2009.[2] Beberapa tahun kemudian, tepatnya di tanggal 9 Mei 2018, bank ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia.[16]

Pada tahun 2020, rencana penggabungan Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah ke dalam perusahaan ini disetujui oleh para pemegang sahamnya,[17] dan sebelumnya manajemen ketiga bank sudah menyepakati rencana merger di tanggal 12 Oktober 2020.[18] BRIsyariah akan menjadi surviving entity dan dua bank syariah lain melebur ke dalamnya; hal ini dilakukan karena bank tersebut merupakan satu-satunya bank syariah anak usaha BUMN yang sudah go public sehingga prosesnya diharapkan lebih mudah. Saat itu, belum diputuskan nama baru BRIsyariah pasca-merger, namun dirumorkan akan bernama "Amanah Bank".[19] Belakangan, setelah mendapat izin dari OJK dengan Nomor: SR-3/PB.1/2021 tertanggal 27 Januari 2021, PT Bank BRIsyariah Tbk resmi berganti nama menjadi "PT Bank Syariah Indonesia Tbk", dan dua bank syariah lainnya (Bank Syariah Mandiri dan Bank BNI Syariah) resmi melebur ke dalam bank ini pada tanggal 1 Februari 2021. Pada hari yang sama, juga diadakan peluncuran nama dan logo baru BSI ke publik.[20] Merger ini diperkirakan akan menghasilkan bank syariah terbesar di Indonesia dan salah satu yang terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar.[18]

Saat ini, BSI tengah mempersiapkan perubahan statusnya dari anak usaha Bank Mandiri menjadi bank BUMN/milik pemerintah (kelima); rencananya, pemerintah akan memegang saham dwiwarna A.[21] Selain itu, tengah disiapkan juga sebuah super app perbankan digital yang direncanakan akan diluncurkan di awal 2023.[22] Ada juga rencana rights issue di kuartal-III 2022 sebesar Rp 5 triliun yang diharapkan mampu meningkatkan pasar perbankan syariah dan memenuhi kewajiban free float di bursa saham.[23] Adapun rights issue telah dilakukan pada 19-23 Desember 2022, dengan melibatkan 4,99 miliar saham dan meraup dana Rp 5 triliun.[1]

Produk

Tabungan

  • BSI Tabungan Easy Mudharabah
  • BSI Tabungan Easy Wadiah
  • BSI Tabungan Bisnis
  • BSI Tabungan Haji
  • BSI Tabungan Haji Muda
  • BSI Tabungan Efek Syariah
  • BSI Tabungan Junior
  • BSI Tabungan Mahasiswa
  • BSI Tabungan Payroll
  • BSI Tabunganku
  • BSI Tabungan Pendidikan
  • BSI Tabungan Pensiun
  • BSI Tabungan Prima
  • BSI Tabungan Rencana
  • BSI Tabungan Simpanan Pelajar
  • BSI Tabungan Smart
  • BSI Tabungan Valas
  • BSI Tabungan Kolektif

Giro

  • BSI Giro Rupiah
  • BSI Giro Valas

Pembiayaan

  • BSI Bilateral Financing
  • BSI Cash Collateral
  • BSI Distributor Financing
  • BSI Griya Hasanah
  • BSI Griya Simuda
  • BSI Griya Mabrur
  • BSI Griya Take Over
  • BSI KUR Sejahtera
  • BSI KUR Mikro

Kartu

  • Kartu Debit
    • BSI Kartu Haji
    • BSI Debit GPN
    • BSI Debit VISA
    • BSI Debit SaBi
    • BSI Debit OTP
    • BSI Debit SimPel
  • Kartu Kredit
    • BSI Hasanah Card

Digital

Struktur organisasi

Dewan Komisaris

Direksi

  • Direktur Utama: Hery Gunardi
  • Wakil Direktur Utama: Bob Tyasika Ananta
  • Direktur Treasury & International Banking: Moh. Adib
  • Direktur Wholesale Transaction Banking: Zaidan Novari
  • Direktur Retail Banking: Ngatari
  • Direktur Sales & Distribution: Anton Sukarna
  • Direktur Information Technology: Achmad Syafii
  • Direktur Risk Management: Tiwul Widyastuti
  • Direktur Compliance & Human Capital: Tribuana Tunggadewi
  • Direktur Finance & Strategy: Ade Cahyo Nugroho

Dewan Pengawas Syariah

  • Ketua: Dr. KH. Hasanudin, M.Ag
  • Anggota: Prof. DR. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc, Dr. H. Mohamad Hidayat, Dr. H. Oni Sahroni, MA

Peristiwa

Pada 8 Mei 2023 sistem BSI lumpuh akibat ransomware[24], sistem BSI baru bisa kembali normal pada 10 Mei 2023.[25]

Lihat pula

Pranala luar

Referensi

  1. ^ a b BSI (BRIS) Penuhi Aturan Free Float, Tinggal 2 Emiten Bank Besar Ini yang Belum
  2. ^ a b c Prospektus bris 2018
  3. ^ Banks and Financial Institutions in Indonesia Directory
  4. ^ Who Disciplines Indonesian Banks?: A Study of Market Discipline in Indonesia, 1980-1999
  5. ^ Perbankan Indonesia pasca krisis: analisis, prospek, dan profil
  6. ^ a b Jilid Buku Islam; Gebyar Bisnis Syariah
  7. ^ a b c Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
  8. ^ Bank Syariah BRI Hadir Akhir Juni
  9. ^ Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 20,Masalah 11-12
  10. ^ Suara muhammadiyah, Volume 89,Masalah 17-24
  11. ^ Unit Syariah Dilepas, BRI Balik ke Bisnis Konvensional
  12. ^ RationaleofAcquistionRevBRI-ArtaJasa.pdf - PT BANK RAKYAT...
  13. ^ a b BRI Akuisisi Bank Jasa Artha
  14. ^ "Sejarah BRI Syariah". BRI Syariah. Diakses tanggal 3 Februari 2021. [pranala nonaktif permanen]
  15. ^ Bank Syariah BRI Siap November
  16. ^ Fauzia, Mutia (9 Mei 2018). "BRI Syariah Resmi Melantai dengan Kode Efek BRIS". Kompas.com. Diakses tanggal 8 Oktober 2021. 
  17. ^ Akbar, Caesar (15 Desember 2020). "Resmi, RUPSLB BRI Syariah Sepakati Merger Bank Syariah BUMN". Tempo.co. Diakses tanggal 8 Oktober 2021. 
  18. ^ a b Jadi Surviving Entity, BRIS Terima Peleburan Dua Bank Syariah BUMN
  19. ^ BRIS Ditunjuk Jadi Survival Entity karena Hal Ini
  20. ^ Hutauruk, Dina Mirayanti (1 Februari 2021). "Bank Syariah Indonesia resmi beroperasi hari ini, simak prospek bank syariah ke depan". Bisnis.com. Diakses tanggal 3 Februari 2021. 
  21. ^ RUPST Setujui Saham Dwiwarna, BSI Siap-SIap Jadi BUMN
  22. ^ BSI (BRIS) Bakal Luncurkan Super App Awal 2023, Mundur dari Rencana
  23. ^ BSI Bakal Rights Issue Rp 5 Triliun pada Kuartal III 2022
  24. ^ "Apa itu Ransomware yang Diduga Bikin BSI Eror, M-Banking hingga ATM?". kumparan.com. 2023-05-12. Diakses tanggal 2023-06-06. 
  25. ^ "Direktur Utama BSI: Seluruh Layanan BSI Sudah Kembali Normal". tempo.co. 2023-05-11. Diakses tanggal 2023-06-06.