Lompat ke isi

Alawiyyin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 11 November 2023 10.59 oleh Wahyuhart (bicara | kontrib) (Perapian paragraf)

Kebenaran konten pada artikel ini masih di pertanyakan oleh mayoritas ulama nasab.Diduga kuat Nasab klan ini terputus pada tokoh Ubaidillah bin Ahmad al muhajir.

{{Infobox Family|name=Bani 'Alawi mengklaim Dzuriyyah Nabi|footnotes=Ketika masih di Basra, leluhur mereka Imam Ahmad al-Muhajir merupakan kepala keluarga atau Naqib dari keluarga al-Uraidhi. Sehingga nama keluarga mereka sebelumnya adalah al-Uraidhi. Namun ketika mereka hijrah ke Hadramaut, mereka kemudian membentuk keluarga sendiri berdasarkan nama tiga putra Ubaidillah (Tokoh fiktif)bin Ahmad al-Muhajir Yakni: Basry (Bernama asli Ismail), Jadid dan Alawi. Nama terakhir inilah yang diklaim menurunkan Bani Alawi,namun nama Ubaidillah/Abdullah bin Ahmad Al Muhajir di duga kuat sebagai tokoh fiktif|caption=Lambang Rabithah Alawiyah|early_forms=al-Uraidhi|members=Basyeiban, Azmatkhan ini dulu tidak di akui tapi setelah para habib tersudut oleh syarif dan syayid para habib memasukan azmatkhan, al-Aydrus /Al-Aidrus, al-Muhdar, al-Attas, Assegaf, Albar (Albaar), Maula Aidid, Shahab, al-Haddad, Fad'aq, al-Habsyi, Al-Hamid, al-Munaffar, Al Khered, al-Kaff, Bin Syechbubakar, Bafagih, Bilfaqih, Jamalullail/Dinasti Jamalullail Raja Perlis di Malaysia, dan sangat banyak lainnya|otherfamilies=Al Ahdal, Al Qudaimi, Al Jadid (Punah), Al Basri (Punah), Al Uraidhi|distinctions=(Sayyid'/Syed'), (Syarif'/Sharif'), (Syeikh'/Sheikh')Gelaran Untuk lelaki.

(Habib'/Habibah'), (Siti'), Gelaran Untuk Wanita.|traditions=Tarekat Alawiyyah|heirlooms=|estate=|meaning=Keluarga Alawi bin Ubaidillah bin [[Ahmad al-Muhajir][Nasab diragukan]|ethnicity=[[Arab][DNA Yahudi Askenazi]|region=Hampir seluruh dunia|birth_place=}}

Alawiyyin (bahasa Arab: العلويّين) adalah sebutan bagi kaum atau sekelompok orang yang mengklaim memiliki pertalian darah dengan Nabi Muhammad melalui sayyidina Ali bin Abi Thalib namun tidak di akui oleh ulama serta umat islam pada masanya. Sebutan bagi mereka adalah Habib atau Habaib(jamak),Habibah perempuan). Sedangkan Ba' Alawi ialah nama keluarga bagi mereka yang memiliki nasab jalur laki-laki kepada [[Alawi bin abdullah][Nasab diragukan oleh banyak peneliti Nasab] yang memiliki arti hamba Allah.

Asal Mula

Kata Sadah atau Sadat (Arab: ادة) merupakan bentuk jamak dari kata Arab: (Sayyid), sedangkan kata Ba 'Alawi atau Bani 'Alawi berarti keturunan Alwi (Bā adalah bentuk dialek Hadhramaut dari Bani). Singkatnya, Ba'alawi adalah orang-orang Habib yang memiliki darah keturunan Nabi Muhammad tersambung melalui Alawi bin Ubaidullah bin Ahmad al-Muhajir.Sedangkan Alawiyyin (Arab: العلويّن; al-`alawiyyin) Istilah Sayyid digunakan untuk menyebut keturunan Ali bin Abi Thalib dari Husain bin Ali (Sayyid) dan Hasan bin Ali (Syarif). Semua orang Ba 'Alawi mengklaim sebagai Sayyid Alawiyyin melalui Husain ibn Ali,

Cucu Imam al-Muhajir, Alawi, adalah Sayyid pertama yang lahir di Hadhramaut, dan satu-satunya keturunan Imam al-Muhajir yang menghasilkan garis lanjutan; garis keturunan cucu Imam al-Muhajir lainnya, Bashri dan Jadid, terputus setelah beberapa generasi. Oleh karena itu, keturunan Imam Al-Muhajir di Hadhramaut menyandang nama Bā 'Alawi ("keturunan Alawi").

Ba 'Alawi Sadah sejak itu tinggal di Hadhramaut di Yaman Selatan, mempertahankan Syahadat Sunni di sekolah fiqh Syafii. Pada mulanya seorang keturunan Imam Ahmad Muhajir yang menjadi ulama dalam studi Islam disebut Imam, kemudian Syekh, tetapi kemudian disebut Habib.

Baru sejak 1700 M mereka mulai bermigrasi [1] dalam jumlah besar keluar dari Hadhramaut di seluruh dunia untuk berdakwah.[2] Perjalanan mereka juga telah membawa mereka ke Asia Tenggara. Para imigran hadhrami ini berbaur dengan masyarakat lokal mereka yang tidak biasa dalam sejarah diaspora. Misalnya, Keluarga Jamalullail dari Perlis adalah keturunan dari Ba 'Alawi. Habib Salih dari Lamu, Kenya juga merupakan keturunan Ba 'Alawi. Di Indonesia, tidak sedikit dari para pendatang ini menikah dengan perempuan lokal (atau laki-laki, meski lebih sedikit), terkadang bangsawan atau bahkan keluarga kerajaan, dan keturunan mereka kemudian menjadi sultan atau raja, seperti di Kesultanan Kubu, Kesultanan Palembang Darussalam[3][4], atau di Kesultanan Siak Indrapura[5].

Penyebaran

Ba 'Alawi yang bermula di Hadhramaut ini telah memiliki banyak keturunan dan pada saat ini banyak di antara mereka menetap di segenap pelosok Nusantara, India, dan Afrika.

Di kalangan Sa'adah Alawiyyin, ada yang telah berhijrah pada abad-abad ke-16 dan 17 Masehi atau bahkan lebih awal lagi ke India dan Indonesia.

Referensi

  1. ^ Dostal, Walter; Wolfgang Kraus, eds. (2005). Shattering Tradition: Custom, Law and the Individual in the Muslim Mediterranean (print). New York: I.B. Tauris. pp. 233–253.
  2. ^ Ibrahim, Ahmad; Sharon Siddique; Yasmin Hussain, eds. (December 31, 1985). Readings on Islam in Southeast Asia. Institute of Southeast Asian Studies. p. 407. ISBN 978-9971-988-08-1.
  3. ^ bin Thahir Al-Haddad, Al-Habib Alwi (1997). Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh. Jakarta: Lentera Basritama. hlm. 67. ISBN 9789798880087. 
  4. ^ Noegraha, Nindya (2001). Asal-usul Raja-raja Palembang dan Hikayat Nakhoda Asyiq dalam Naskah Kuno: Koleksi Perpustakaan Nasional RI. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. ISBN 9789799316455. 
  5. ^ Ulrike Freitag; William G. Clarence-Smith, eds. (1997). Hadhrami Traders, Scholars and Statesmen in the Indian Ocean, 1750s to 1960s. Vol. 57 (illustrated ed.). BRILL. p. 9. ISBN 978-90-04-10771-7.