Upiya Karanji
Upiya Karanji merupakan sebuah Peci atau Songkok atau Kopiah yang digunakan oleh masyarakat Gorontalo sejak zaman dahulu.[1] Upiya Karanji yang dalam bahasa Gorontalo berarti Kopiah Keranjang atau juga disebut Peci Gorontalo ini sangat identik dengan Suku Gorontalo dan dikenal luas tidak hanya menjadi pelengkap dalam berpakaian, namun juga sebagai simbol identitas suku Gorontalo itu sendiri (Upiya Karanji adalah Gorontalo, Gorontalo adalah Upiya Karanji).
Bahan Baku
[sunting | sunting sumber]Upiya Karanji terbuat dari anyaman Pohon Mintu (sejenis rotan) yang tumbuh liar dan lebat di dalam hutan, terhampar luas di semenanjung Gorontalo. Upiya Karanji sangat nyaman digunakan ketika beribadah (sholat) maupun dalam beraktivitas sehari-hari. Upiya Karanji atau Peci Gorontalo ini tidak membuat pemakainya gerah karena memiliki sirkulasi udara yang sangat baik.[1]
Gusdur dan Upiya Karanji
[sunting | sunting sumber]Presiden Republik Indonesia ke-4, KH. Abdurrahman Wahid sangat menyukai Peci Gorontalo ini. Sebelum populer di kalangan masyarakat luas, Gusdur sempat datang ke Gorontalo dalam sebuah kunjungan pribadi dan tanpa pengawalan. Menurut pengakuan Gusdur saat itu, beliau mendapatkan mimpi dan dalam mimpinya bertemu dengan seorang Ulama di sebuah tempat. Setelah bermimpi Gusdur akhirnya bertemu dengan Ulama Gorontalo tersebut di sekitar wilayah Paguyaman (Kabupaten Gorontalo), sebuah daerah yang cukup jauh dari Pusat Kota Gorontalo. Setelah bertemu dan berbincang dengan Ulama tersebut, Gusdur pun diberikan hadiah sebuah Upiya Karanji atau Peci Gorontalo. Karena sangat tertarik dan merasa nyaman dengan upiya Karanji yang diberikan, Gusdur pun kembali memesan beberapa buah Upiya Karanji melalui utusan istana yang datang langsung ke Gorontalo.[2]
Lama kelamaan, Upiya Karanji menjadi sangat populer di kalangan santri dan berbagai pesantren di Indonesia. Atas banyaknya permintaan Upiya Karanji, produksinya pun terus meningkat setiap tahunnya. Tidak hanya di Gorontalo tempat Upiya Karanji berasal, Peci Gorontalo ini pun mulai di produksi di daerah Jawa dengan mereplikasi bentuk dan rupa anyaman yang sama dengan model aslinya. Oleh karena itu, ketika Upiya Karanji atau Peci Gorontalo ini sering dipakai oleh Gusdur, masyarakat Indonesia pun menyebut Upiya Karanji atau Peci Gorontalo ini dengan sebutan Peci Gusdur.
Upaya Pelestarian
[sunting | sunting sumber]Di Gorontalo sendiri, atas instruksi Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie, Upiya Karanji menjadi kelengkapan pakaian dinas Pegawai Negeri Sipil yang wajib dikenakan setiap hari di kantor dan saat bertugas sekalipun.[3] Kewajiban menggunakan Upiya Karanji berlaku pada PNS pria sedangkan untuk PNS wanita yang muslim wajib menggunakan hijab dengan sulaman Karawo.
Pada tahun 2019, Upiya Karanji telah menjadi sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia yang berasal dari daerah Gorontalo.[4]
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ a b ditwdb (2019-11-02). "Upiya Karanji, Salah satu produk kerajinan tradisional yang sangat populer di daerah Gorontalo". Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. Diakses tanggal 2020-09-30.
- ^ Ibrahim, Arfandi (2018-07-10). Mahbub, Harun; Nurdiarsih, Fadjriah; Mutiah, Dinny, ed. "Mengunjungi Pembuat Peci Keranjang Gus Dur di Pelosok Gorontalo". Liputan6.com. Diakses tanggal 2019-02-04.
- ^ Tim (2018-01-02). "Apel Perdana, PNS Gorontalo Wajib "Upia Karanji"". Humas Protokol. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-02-01. Diakses tanggal 2019-02-04.
- ^ "Upiya Karanji Gorontalo Ditetapkan Warisan Budaya Tak Benda". kumparan. Diakses tanggal 2020-09-30.