Freon
Freon (Klorofluorokarbon) adalah salah satu dari beberapa senyawa alifatik sederhana yang digunakan dalam perdagangan dan industri.[1] Freon mengandung senyawa hidrogen, klorin, atau bromin.[1] Nama Freon adalah sebuah merek dagang yang terdaftar oleh E.I du Pont de Nemours & Company (sekarang Chemours).[1]
Freon itu freya , tidak berbau, tidak mudah terbakar, gas atau cairan yang tidak mudah hancur yang diperkenalkan pada lemari es atau kulkas pada tahun 1930.[1][2] Freon juga bisa digunakan sebagai propelan untuk aerosol.[1] Freon memiliki titik didih, tegangan, dan viskositas yang rendah sehingga sangat berguna sebagai bahan pendingin.[1] Termasuk kedalam Freon adalah chlorodifluoromethane (Freon 12), trichlorofluoromethane (Freon 11), chlorodifluoromethane (Freon 22), dichlorotetrafluoroethane (Freon 114), dan trichlorotrifluoroethane (Freon 113).[1]
Di Indonesia, masyarakat lebih mengenal istilah freon untuk jenis refrigeran yang digunakan, terutama untuk AC.
Latar belakang
Pada akhir tahun 1800 hingga 1929, Lemari es atau kulkas menggunakan gas beracun seperti amonia (NH3), metil klorida (CH3CI), dan sulfur dioksida (SO2) sebagai bahan pendingin.[2] Beberapa kecelakaan terjadi pada tahun 1920 karena kebocoran metil klorida.[2] Hal ini yang melatarbelakangi tiga perusahaan Amerika yaitu Frigidaire, General Motors dan DuPont untuk mencari metode lain yang lebih aman agar bisa digunakan sebagai bahan pendingin pada lemari es.[2]
Pada tahun 1928, Thomas Midgley, Jr dibantu oleh Charles Franklin Kettering menciptakan sebuah senyawa yang disebut freon.[2] Freon mewakili beberapa chlorofluorocarbons (CFC) berbeda yang digunakan dalam perdagangan dan industri.[2] CFC adalah sekelompok senyawa organik alifatik yang mengandung unsur-unsur karbon dan fluorin.[2]
Referensi