Pakisjajar, Pakis, Malang
Pakisjajar | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Timur | ||||
Kabupaten | Malang | ||||
Kecamatan | Pakis | ||||
Kode pos | 65154 | ||||
Kode Kemendagri | 35.07.18.2015 | ||||
Luas | ... km² | ||||
Jumlah penduduk | ... jiwa | ||||
Kepadatan | ... jiwa/km² | ||||
|
Pakisjajar adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur
Dengan memohon rahmat dan Hidayah Allah SWT. Berikut ini tentang kisah perjalanan seorang Bangsawan dari tanah Madura yang sampai ketanah Jawa yang tepatnya di Desa Pakis jajar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang .yang tujuanya untuk membuka tanah perdikan atau perkampungan untuk dijadikan tempat tinggal dan meyebarkan agama islam sebagai pedoman masyarakat sekitar
Pangeran Mas Ario Suryo Tjokrodiningrat atau Kanjeng Mas Malik Ibrahim atau Mbik Jereh ( 1624 M kurang lebih ) sebutan masyarakat sekitar yang berarti ( Ludah di dalam Bambu ) berasal dari keturunan Ki Demung Plakaran Desa Plakaran Kecamatan Arosbaya,Bangkalan Madura yang merupakan Kerajaan Islam pertama di daerah Madura barat,yang di perintah oleh Ki Demung Plakaran yang merupakan keturunan dari Prabu Brawijaya V (1468-1478), raja terakhir dari Kerajaan Majapahit .
Berawal dari keturunan Ki Demung Plakaran dengan permaisurinya Nyi Sumekar inilah, sistem pemerintahan di wilayah Madura Barat kemudian jadi semakin terbangun dan berkembang pesat. Ketika Kraton Plakaran diperintah Raden Pragalbo, putra ketiga Ki Demung Plakaran, yang kemudian populer dengan sebutan Pangeran Islam Onghu’ (Islam Mengangguk), kekuasaan Kerajaan Plakaran yang pusat pemerintahannya sudah berpindah ke Arisbaya (sekarang Arosbaya), jadi semakin berkembang luas hingga ke seluruh Pulau Madura.
Demikian pula, ketika Kerajaan Arisbaya diperintah oleh Raden Pratanu alias Panembahan Ki Lemah Duwur (1531-1592), salah seorang putra Raden Pragalbo, untuk kali pertama penyebaran Agama Islam dikembang luaskan ke seluruh Pulau Madura. Berikutnya, dari keturunan Raden Pratanu inilah, berturut-turut lahirlah raja-raja besar di kawasan Madura Barat. Termasuk para raja keturunan Raden Praseno alias Pangeran Cakraningrat I dengan permaisurinya Kanjeng Ratu Syarifah Ambami atau Ratoe Ebu ( Ratu ibu ) yang kita ketahui memerintah wilayah Madura Barat hingga tujuh turunan, dan situs makamnya menyatu di kompleks Pasarean Aermata.
Pangeran Mas Ario Suryo Tjokrodiningrat atao kanjeng Mas Malik Ibrahim memerintah Kerajaan Arosbaya sekitar tahun 1621 - 1624 belilau ditujuk oleh kakaknya Pangeran Tengah sebelum wafat untuk menggantikan belilau menjadi Raja di Arosbaya disebabkan putra Mahkota Raden Prasena atau Pangeran Tjakraningrat 1 masih kecil dan dititipkan di Madegan Sampang..pada masa pemerintah Pangeran Mas inilah terjadi perang besar antara Kerajaan Arosbaya dengan Kerajaan Mataram yg di perintah Sultan Agung,dalam peperangan ini Patih dari Mataram dan sekitar 6000 pasukan Mataram gugur dalam pertempuran.Pangeran Mas Ario Suryo Tjokrodiningrat akhirnya meninggalkan Arosbaya dan menuju Gresik dan meneruskan perjalanan menuju Malang
Istri Pangeran Mas Ario Suryo Tjokrodiningrat bernama Raden Ajeng Putri Sumarlik atau Raden Ajeng Putri Pembayun yang berasal dari Bawean Gresik Jawa Timur yang masih kerabat dari Kanjeng Sinuwun Sunan Giri.dalam perjalananya dari Arosbaya sampailah ke Desa Pakis jajar, yang dulunya berupa hutan belantara yang di tumbuhi pohon Pakis .karena posisinya berjejer ( dalam bahasa jawa ) atau berjajar berderet rapi maka di namakan Dusun Pakis Jajar yan sekarang menjadi Desa Pakis jajar .beliau ditemani oleh beberapa kerabat diantaranya adik kandungnya yang bernama Kanjeng Mas Hadi Panotogomo atau Kanjeng Mas Hadi Notoningrat atau Mbah Surgi Ningrat dan istrinya yang bernama Raden Ajeng Putri Ningrum Larasati yang berasal dari Keraton Surakarta Hadiningrat, Belilau wafat di Dusun Trajeng dan dimakamkan di Dusun tersebut.yang makam Belilau berada di ujung timur Dusun tersebut yang sekitarnya banyak di tumbuhi pohon bambu.
ada beberapa nama yang pada waktu itu mengikuti perjalanan belilau yaitu Raden Mas Abdi Yakso Suryodiningrat,Raden Mas Benowo Suryodiningrat adalah paman belilau,Raden Mas Sastro Wijoyo Suryodiningrat,Raden Ajeng Nimas Rukmi adalah keponakan belilau sedangkan Raden Ajeng Nimas Retno Pertiwi Suryo Adiningrat adalah Bude Belilau.
Dari beberapa keterangan, bahwa beliau mengajar dan menyebarkan Agama Islam di desa ini diantaranya mengajarkan pemahaman kitab sucn i Al Quran dan tata cara Sholat lima waktu di samping mengajarkan ilmu spiritual kanoragan dan bermacam macam ilmu lainya.belilau wafat di Desa Pakis jajar dan dimakamkan di Dusun Krajan atau sekitaran kantor pusat pemerintahan Kecamatan Pakis.makamnya di keramatkan oleh penduduk sekitar dengan sebutan Makam Keramat sampai sekarang.karena makam ini adalah makam tertua dan pertama yang ada di desa Pakis jajar,makam Belilau dikelilngi oleh tumbuhan bunga kacah piring dan pohon kemuning yang umurnya sudah sangat tua yang akhirnya tahun 1986 roboh karena dimakan usia.saat ini hanya tingal pohon bunga kacah piring yang sudah bertahun tahun seperti itu hingga sekarang
Seperti halnya di Makam Agung ( Pesarean ) Raja Raja Arosbaya yang sekitar makamnya di tumbuhi pohon kemuning dan pohon pisang batu ( gedang kluthuk ) serta bunga kacah piring, makam ini dulunya banyak di tumbuhi pohon pisang batu,pohon kemuning,dan bunga kacah piring.namun pohon pisang batu sekarang sudah habis di tebangi dan diganti tanaman lainya
Dari cerita orang tua dulu bahwa keberadaan dusun disekitarnya adalah pemberian dari Belilau seperti Dusun Robyong,Dusun Karang Tengah,Dusun Puthuk, Kampung Pipitan ( jalan kearah PT GATRA MAPAN ) dan Dusun lainya menjadi berkembang seperti sekarang.sedang Kampung Pipitan dulunya adalah kampung penghasil minyak jarak,yang digunakan untuk bahan bakar penerangan zaman dulu. Kanjeng Mas Sumojoyo Hadiprayitno atau Kanjeng Mas Sumojoyo Hadiningrat atau Mbah Malik Ibrahim atau Mbik Jereh adalah keturunan dari bangsawan Kerajaan Arosbaya Bangkalan Madura yang dalam perjalanannya sampai ke desa kita.dengan tujuan membuka perkampungan dan menyebarkan dan mengajar agama islam di desa Pakis jajar.
inilah sepenggal kisah yang Bangsawan tanah Madura membedah Desa Pakis jajar yang keberadaanya tidak banyak diketahui orang seperti makam keramat lainnya.dari Pangeran Mas Ario Suryo Tjokrodiningrat atau Kanjeng Mas Malik Ibrahim inilah yang semula Dusun Pakis jajar bisa berkembang Dan menjadi Desa Pakis jajar hingga sekarang .dan menjadikan Ibu kota Kecamatan Pakis berada di Desa Pakis jajar yang tentunya tidak muncul secara kebetulan.
dari segi religi bahwa makam ini sering di datangi para peziarah dari dalam maupun dari luar Desa Pakis jajar siang hari maupun malam hari.keberadaan makam ini yang di tengah tengah rumpun bambu menambah suasana aura sakral yang sangat kuat dan ini di akui oleh beberapa peziarah yang datang ke makam ini.
Kanjeng mas Sumojoyo Hadiprayitno atau Kanjeng Mas Sumojoyo Hadiningrat merupakan tokoh masyarakat,yang tidak pernah terexpose kepermukaan karena hanya beberapa orang tua tua saja yang mengetahui secara persis riwayat dan asal usulnya.memang tidak banyak yang merupakan benda benda bersejarah yang di tinggalkan belilau,
.