Pengguna:Qibbor
Prof. Mr. Soemantri Praptokoesoemo / Prof. Mr. Hajj. RM. Soemantri Praptokoesoemo, lahir di Kranggan, Temanggung pada tanggal 12 Juni 1912 adalah putra dari Bapak Tejokoesoemo yang terakhir bekerja sebagai Asisten Wedana di Cilacap. menikah dengan Rr. Oerip Yuliana Martohadinegoro
Ia merupakan saudara tertua dari seorang adik perempuan dan seorang adik laki-laki. Tiga bersaudara ini masih kecil-kecil ketika mereka menjadi yatim. Setelah ayahnya meninggal, mereka dibawa ibunya ke Madiun dan diserahkan kepada pamannya yang seorang Bupati Wonosobo.
Ia disekolahkan di Inlandsche School selama satu tahun. Kemudian ia pindah ke Blora mengikuti pamannya yang seorang Ajunct Djaksa. Disana ia di masukkan ke HIS Hollandsch-Inlandsche School dan tamat pada tahun 1926.
Kenangan yang membekas dalam ingatan Soemantri kecil adalah dimana ia menyaksikan pamannya yang harus menyembah dan mlaku dodok (berjalan sambil berjongkok) di hadapan resident Belanda supaya ia dapat izin masuk sekolah tersebut. Kenangan ini yang membuat ia tidak berminat menjadi pamongpraja dan tidak mau masuk OSVIA Opleiding School Voor Inlansche Ambtenaren dan memilih MULO Meer Uitgebrreid Lager Onderwijs di Surabaya (1926-1930), karena ia bercita-cita menjadi hakim. Cita cita ini timbul karena ia meilaht bahwa kedudukan hakim tidak berada di bawah residen sehingga tidak perlu menyembah residen.
sejak di MULO, ia telah mendapat pengaruh dari pergerak-kan Nasional melalui pidato-pidato dari orang pergerakan. Terutama karena ia merasa adanya diskriminasi terhadap murid-murid yang masuk MULO dari HIS harus mulai dari ELS Europeesche Lagere School. Pengaruh itu membawa ia dan kawan-kawan mendirikan perkumpulan anak-anak Indonesia yang bersekolah di MULO, dimana ia menjadi Wakil Ketua I.M.V Indonesische MULO Vereeniging. Selain itu ia juga menjadi anggota Jong Java. Hobbinya adalah sepak bola dan musik.
Setelah tamat dari MULO, ia di pindah ke ke Bandung dan bersekolah di AMS Algeemene Middelbare School setingkat SMA. Di sekolah ini minatnya kemudian berkembang terhadap mata pelajaran bahasa dan bahasa asing. Ia sangat tertarik terhadap bahasa Perancis, dikarenakan bahasa Perancis merupakan bahasa diplomasi pada masa itu.
Pengaruh orang-orang Pergerakan terhadap pendidikannya didapat melalui kursus-kursus yang di berikan oleh mahasiswa-mahasiswa Rechtshoogeschool te Batavia di Jakarta yang datang ke Bandung, terutama dari Mohmmad Yamin. Kemudian ia menjadi anggota Pengurus Indonesia Muda di Bandung.
Keinginannya untuk melanjutkan dan memperdalam bahasa Perancis di Negara Perancis dan negara Belanda tidak dapat terlaksana karena ia tidak berhasil mendapatkan beasiswa. Karena itu ia terpaksa masuk Rechtshoogeschool dan memilih jurusan Sociologisch Economissch dan selesai pada tahun 1942 dengan judul skripsi De Sociaal Economische Toestand Van De Desa Plered (Purwakarta) - Met Nadruk op de Keramische Industrie artinya Keadaaan Sosial-ekonimis desa Plered (Purwakarta) dengan menekankan pada kerajinan usaha keramik.
Selama menjadi mahasiswa ia tinggal bersama pamannya yang berdomisili di Kota Bogor. Ia ikut Unitas Studiosorum Indonesiesis (USI), juga Jong Java dan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI)
Setelah menyelesaikan studinya diRechtshoogeschool kemudia pada zaman pendidikan Jepang, ia bekerja di Gunseikanbu Naimubu Rumokyoku Koseika (Bagian Sosial Kantor Perburuhan, Departemen Dalam Negeri) di Jakarta. dengan tugas Nugyo Imin (Transmigrasi Petani) ke Lampung dan urusan Romusha juga dalam bantuan untuk fakir miskin.
Pada masa Republik Indonesia kantor Naimubu menjadi kantor Kementerian Sosial di bawah Menteri Iwa Soesoema Soemantri, dengan program utama mencegah orang-orang Indonesia menjadi jongos atau babu orang Belanda.
Pengalaman pada masa ini adalah adanya insiden bendera di Kementerian dalam Negeri, karena bendera Merah Putih di turunkan oleh Kempetai, sehingga dirasakan perlunya Menteri dalam Negeri yang sat itu di jabat oleh Wiranatakusumah ikut menhadiri apel penginaran bendera tersebut. dalam apel ini Soemantri Praptokoesoemo menjadi anggota pengibar bendera. Ia sempat di ancam Kompetai tetapi tidak di perdulikannya. Persoalan tersebut kemudian selesai dengan pindahnya orang orang jepang yang bekerja untuk Naimubu dari kantor tersebut.
Setelah masukknya NICA, kantor Kementerian Sosial pindah ke Jalan Cemara dan setelah situasi bertambah gawat pindah ke Yogyakarta dan selama Revolusi fisik berkantor di Jalan Code bersama-sama dengan Kementerian Penerangan dan Kementerian Pertahanan.
Departemen Sosial didirikan pada tanggal 19 Agustus 1945 oleh Surat Keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Tugas utama adalah mengurus korban perjuangan dan pengungsi fakir miskin dan anak yatim.
Pada masa agresi militer Belanda II, kantor di Jalan Code dihancurkan Belanda. sehingga harus mulai lagi dari bawah sehingga Kantor pindah ke Tugu No.48.
Soemantri Praptokoesoemo merupakan salah seorang penyusun organisasi Departemen Sosial. Ia juga telah menciptakan cara-cara bimbingan sosial terhadap masyarakat dengan usaha mengalihkan anak-anak bandel menjadi kurir-kurir yang berani, dengan tujuan untuk menghubungi para gerilyawan pejuang kemerdekaan dan merampas senjata-senjata Belanda.
Setelah pengakuan kemerdekaan Republik Indonesia, kementerian Sosial pindah kembali ke Jakarta, Tetapi Soemantri Praptokoesoemo tetap tinggal di Yogyakarta dan bekerja pada Kementerian Sosial Republik Indonesia.
Prof. Mr. Hajj. RM. Soemantri Praptokoesoemo adalah pencipta lambang pembangunan kesejahteraan sosial. Dimana kemudian lambang tersebut digunakan menjadi Lambang Satya Lancana Kebaktian Sosial Republik Indonesia Ia menjabat sebagai Sekretaris Jendral Departemen Sosial Republik Indonesia.
Pada masa Menteri Mulyadi Djojomartono ia dikirim ke Inggris 1957-1958 untuk belajar masalah kesejahteraan sosial Course of Instruction in Social Welfareselama satu tahun, yang dimana sebelumnya ia telah mendirikan Balai Penelitian Kesejahteraan Sosial di Yogyakarta.
Pada masa RIS Republik Indonesia Serikat ia tetap bekerja di Yogyakarta sebagai Pimpinan Bagian Tehnis De[artemen Sosial.
Pada tahun 1960 Soemantri Praptokoesoemo menjadi Dosen fakultas Sosial Politik di Universitas Gajah Mada dalam mata kuliah Capita Selecta. Pada tahun 1962 mendirikan Fakultas Kesejahteraan Sosial di Universitas Muhammadiyah Jakarta yang kemudian berubah menjadi Fakultas Ilmu-ilmu Sosial, dan pada tahun 1982 menjadi Dekan akultas tersebut. Kemudia diangkat menjadi Guru Besar Luar Biasa pada Fakultas Keguruan IKIP Bandung) pada tahun 1978.
Pada masa menjelang G-30-s/PKI ia mendirikan Ikatan Keluarga Sosial sebagai tandingan dari Sarekat Sekerdja Sosial yang kemudia di bekukan oleh dirinya selaku Sekretaris Jendral Sosial.
Soemantri Praptokoesoemo adalah pencetus ide Karang Taruna untuk menampung kegiatan para remaja.
Prof. Mr. Hajj. RM. Soemantri Praptokoesoemo pensiun dari Kementrian Sosial pada tahun 1969. Ia banyak menulis artikel mengenai Pekerjaan Sosial di Indonesia.