Lompat ke isi

Kritik sastra

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 11 Desember 2023 04.47 oleh Icananda (bicara | kontrib) (Menambahkan pengertian kritik sastra)

Kritik sastra adalah salah satu cabang ilmu sastra untuk menghakimi suatu karya sastra.[1] Selain itu, kritik sastra juga merupakan ilmu sastra yang memberikan masukan kepada penulis maupun pembaca mengenai kekuatan, kelemahan, dan keunggulan karya sastra tertentu[2]. Selain menghakimi karya sastra, kritik sastra juga memiliki fungsi untuk mengkaji dan menafsirkan karya sastra secara lebih luas.[3] Kritik sastra biasanya dihasilkan oleh kritikus sastra.[1] Penting bagi seorang kritikus sastra untuk memiliki wawasan mengenai ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan karya sastra, sejarah, biografi, penciptaan karya sastra, latar belakang karya sastra, dan ilmu lain yang terkait.[1] Kritik sastra memungkinkan suatu karya dapat dianalisis, diklasifikasi dan akhirnya dinilai [1] Seorang kritikus sastra mengurai pemikiran, paham-paham, filsafat, pandangan hidup yang terdapat dalam suatu karya sastra.[1] Sebuah kritik sastra yang baik harus menyertakan alasan-alasan dan bukti-bukti baik langsung maupun tidak langsung dalam penilaiannya.[1]

Sejarah

Aristophanes menjadi salah satu kritikus sastra paling awal

Kritik berasal dari kata κριτεσ-krites (Yunani) yang artinya hakim.[4] Kata ini berasal dari kata kerja κρίνειν-krinein yang berarti menghakimi.[4] Selanjutnya muncul kata κρητικος-kritikos yang artinya hakim karya sastra.[4]

Kritik Sastra Awal

Kegiatan kritik sastra pertama kali di dunia dilakukan dua orang Yunani, yaitu Xenophanes dan Heraclitus sekitar tahun 500 SM.[4] Xenophanes dan Heraclitus mengecam keras seorang pujangga besar bernama Homerus yang sering bercerita tentang hal-hal yang tidak senonoh tentang dewa-dewi.[4] Hal inilah yang mengawali pemikiran Plato tentang "pertentangan purba antara puisi dan filsafat.[4] Pada tahun 405 SM Aristophanes secara lebih tebuka mengkritik Euripides yang begitu menjunjung nilai seni tanpa memperhatikan nilai sosial.[4] Aristoteles kemudian menulis buku mengenai kritik sastra yang mulai menemukan bentuk yang berjudul Poetica.[4] Pada masa ini Plato memunculkan tiga poin penting mengenai baiknya suatu karya sastra: memberikan ajaran moral yang lebih tinggi; memberikan kenikmatan; dan memberikan ketepatan dalam bentuk pengungkapannya.[4]

Kritik Sastra Renaissance

Julius Caesar Scaliger penulis Poetica zaman Renaissance

Pada abad pertengahan istilah kritik hilang sama sekali.[4] Barulah Polizianus pada tahun 1492 menggunakan istilah criticus dan grammaticus tanpa pembedaan.[4] Grammaticus artinya adalah ahli pikir sama dengan philosophicus.[4] Dengan demikian terjadi persamaan arti antara criticus, grammaticus, dan philosophicus yang kesemuanya ditujukan bagi orang-orang yang mempelajari sastra pustaka lama.[4] Kaspar Schopp (1576-1649) mengatakan tujuan para kritikus adalah menganalisis kesalahan dan cacat demi perbaikan naskah-naskah karya pujangga kuno baik dalam bahasa Yunani maupun Latin.[4] Sementara itu, Erasmus menggunakan istilah seni kritik (ars critica).[4] Buku yang dipandang menjadi sumber pengertian kritik modern adalah Criticus karya Julius Caesar Scaliger (1484-1558).[4] Buku ini adalah jilid ke-6 dari rangkaian bukunya berjudul Poetica.[4] Scaliger melakukan analisis dan perbandingan antara pujangga-pujangga Yunani dan Latin.[4] Dengan munculnya teori kritik modern disertai perkembangannya, para penyair mulai merasa terganggu karena kegiatan kreatif mereka terganggu.[4]

Kritik Sastra di Inggris

Di Inggris sampai abad-15 pada zaman pemerintahan Ratu Elizabeth istilah kritik sastra sama sekali belum dikenal.[4] Francis Bacon dengan bukunya "Advancement of Learning" adalah orang pertama yang kemungkinan besar menggunakan istilah kritik dalam Sastra Inggris pada tahun 1605.[4] Tahun 1607 Ben Johnson menggunakan ungkapan "kritikus terpelajar dan berhati besar", yang tugasnya secara jujur menentukan nilai karya sastra dan pengarangnya.[4] Akan tetapi sampai tahun 1670-an belum muncul banyak kritikus-kritikus di Inggris.[4] Pada abad-17 istilah critic dipakai untuk menunjuk kritikus sastra maupun kritik itu sendiri.[4] Kemudian muncul Samuel Johnson yang menggunakan istilah critick untuk kritikus dan critic untuk kritik sastra, yang kemudian menjadi criticism.[4] Awal abad-18 menjadi saat meluasnya criticism atau kritik sastra.[4] Era ini ditandai dengan kemunculan buku-buku seperti "The Grounds of Criticm Poetry", "Essay on Criticism" juga "The Art of Criticism".[4]

Kritik Sastra di Indonesia

Kritik sastra, dari segi pengertian dan istilah bukan merupakan tradisi asli masyarakat Indonesia.[4] Istilah dan pengertian kritik sastra baru muncul ketika para sastrawan Indonesia mendapat pendidikan dengan sistem Eropa pada awal abad ke-20.[4] Sebelum itu, penilaian karya-karya sastra dalam bahasa daerah didasarkan pada kepercayaan, agama, dan mistik.[4] Kapan pertama kali kritik sastra dipergunakan di Indonesia tidak dapat diketahui dengan pasti.[4] Namun, kritik sastra mulai mendapat perhatian di Indonesia setelah terbitnya kumpulan karangan "Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Essay" karya H.B. Jassin.[4]

Aspek-aspek dalam Kritik Sastra

Fungsi Kritik Sastra

Kritik sastra merupakan studi sastra yang secara langsung berhadapan dengan karya sastra dengan fokus utama penilaian.[5] Sementara fungsi kritik sastra adalah:[5]

  1. Mengembangkan ilmu sastra sendiri.[5] Kritik sastra dapat mengembangkan teori sastra dan sejarah sastra.[5]
  2. Mengembangkan kesusastraan.[5] Kritik sastra mengembangkan kesusastraan suatu bangsa dengan penilaiannya.[5]
  3. Memberikan masukan terhadap masyarakat umum.[5] Hasil analisis kritik sastra dapat membantu masyarakat dalam memahami dan mengapresiasi suatu karya sastra.[5]

Teori Pendekatan dalam Kritik Sastra

Beberapa pendekatan yang ada dalam kritik sastra adalah:[6][7]

Jenis-jenis Kritik Sastra

Berdasarkan pendekatannya terhadap karya sastra, jenis kritik sastra dapat dibedakan menjadi:[9]

  • Kritik Mimetik

Kritik ini bertolak pada pandangan bahwa suatu karya sastra adalah gambaran atau rekaan dari dunia dan kehidupan manusia.[9]

  • Kritik Pragmatik

Kritik ini melihat kegunaan suatu karya sastra.[9] Kegunaan ini dilihat dari segi hiburan, estetika, pendidikan, dan hal lainnya.[9]

  • Kritik Ekspresif

Kritik yang menekankan analisis pada kemampuan pengarang dalam mengekspresikan atau menuangkan idenya dalam wujud sastra.[9] Biasanya pendekatan ini untuk mengkaji puisi.[9]

  • Kritik Objektif

Pendekatan ini melihat karya sastra sebagai karya yang berdiri sendiri.[9] Karya sastra adalah objek yang mandiri dan memiliki dunianya sendiri.[9]

Kritik Sastra dan Sejarah Sastra

Kritik sastra dan sejarah sastra memiliki hubungan yang erat, maka tidak ada kritik sastra tanpa sejarah sastra.[10] Akan tetapi, keduanya memiliki wilayahnya sendiri dalam dunia sastra dan memiliki perbedaan.[10] Sejarah sastra akan menjelaskan "A" berasal dari "B", sementara kritik sastra menilai "A" lebih baik dari "B".[10] Sejarah sastra berdasarkan pembuktian data-data historis, sementara kritik sastra berdasarkan pada pendapat dan keyakinan seorang kritikus sastra.[10] Kaitan yang pasti antara sejarah sastra dan kritik sastra adalah kritik sastra yang baik akan menganalisis suatu karya sastra dengan melibatkan pemikiran dan sikap orang-orang dalam suatu zaman lahirnya sebuah karya sastra.[10] Hal ini penting karena setiap periode sastra memiliki konsep dan pemikiran yang berbeda-beda.[10] Sementara itu, tidak ada sejarah sastra yang ditulis tanpa dasar penilaian dan seleksi yang menjadi ciri khas kritik sastra.[10] Sejarah sastra berperan menghasilkan kritik sastra yang melampaui penilaian atas dasar suka atau tidak suka.[10] Kritikus sastra yang sadar akan sejarah sastra mempunyai kemampuan untuk membedakan asli atau tidaknya sebuah karya sastra yang sedang dihadapi.[10]

Perkembangan Kritik Sastra di Indonesia

H.B. Jassin, pelopor kritik sastra di Indonesia

Ada beberapa istilah kritik sastra yang muncul di Indonesia dalam perkembangannya, yaitu kritik sastra impresionistis, akademis, dan sekretaris.[11] Ketiga istilah tersebut muncul sebelum perang hingga tahun 1950-an.[11] Kritik sastra impresionistis tidak didasari pengetahuan ilmiah dan hadir sebagai pengetahuan elementer untuk pengajaran di sekolah menengah.[11] Barulah muncul kritik sastra akademis pada tahun 1950-an yang dimulai oleh para kritikus kompeten secara ilmiah dari Universitas Indonesia.[11] Pada tahun 1960-an muncul aliran kritik baru yang dipelopori oleh kalangan seniman dan pengarang sendiri.[11] Aliran ini memnggunakan pendekatan bercirikan pandangan yang sangat subjektif menurut kritik dari pengarang sendiri.[11] Hal ini berbeda dengan aliran sebelumnya yang menggunakan pendekatan akademis yang kritis analitis maupun strukturalis.[11] Aliran baru ini menggunakan pendekatan yang disebut Ganzeith-approach.[11] Seiring perkembangannya beberapa aliran kritik ini menuai banyak perdebatan mengenai kelebihan dan kekurangan yang sulit menemukan penyelesaian.[11] Setiap aliran memiliki ciri khas masing-masing untuk melakukan pendekatan.[11]

Tokoh-tokoh Kritik Sastra di Indonesia

Tokoh-tokoh kritik sastra di Indonesia dalam perkembangannya adalah:[9]

Media massa

Majalah yang memuat kritik sastra di Indonesia:[9]

Surat kabar yang memuat kritik sastra di Indonesia:[9]

Lihat juga

Rujukan

  1. ^ a b c d e f Rachmat Djoko Pradopo (1997). Prinsip-prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm. 10,11,14-15. ISBN 979-420-298-3. 
  2. ^ Z.F, Zulfahnur (19 Oktober 2022). "BMP PBIN4434 – Kritik Sastra (Edisi 2)" (PDF). 
  3. ^ Abrams, M.H. (1971-09-15). The mirror and the lamp: romantic theory and the critical tradition. London: Oxford University Press. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af Andre Hardjana (1981). Kritik Sastra, Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia. hlm. 1-6. 
  5. ^ a b c d e f g h Rachmat Djoko Pradopo (1995). Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 93. ISBN 979-8581-15-6. 
  6. ^ Peter Batty (2010). Beginning Theory. Yogyakarta: Jalasutra. ISBN 978-602-8252-31-7. 
  7. ^ a b c d Raman Selden (1985). Panduan Pembaca Teori Sastra Masa Kini. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. hlm. 53-159. ISBN 979-420-207-X. 
  8. ^ "Purdue OWL: Literary Theory and Schools of Criticism". owl.english.purdue.edu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-04-15. 
  9. ^ a b c d e f g h i j k Atar Semi (1989). Kritik Sastra. Bandung: Angkasa. hlm. 11-14. ISBN 979-404-457-1. 
  10. ^ a b c d e f g h i Rene Wellek dan Austin Warren (2013). Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 36-41. ISBN 978-602-03-0126-6. 
  11. ^ a b c d e f g h i j H.B. Jassin (1983). Sastra Indonesia sebagai Warga Sastra Dunia. Jakarta: Gramedia. hlm. 30-31.