Saparman Sodimejo
Mbah Gotho | |
---|---|
Lahir | Saparman Sodimejo[1][2] 31 Desember 1870 Klaten, Midden Java, Hindia Belanda |
Meninggal | 30 April 2017 (umur 146 tahun, 120 hari) Sragen, Jawa Tengah, Indonesia |
Anak | 5 |
Orang tua | Setrodikromo dan Saliyem |
Saparman Sodimejo atau lebih dikenal dengan nama Mbah Gotho (31 Desember 1870 – 30 April 2017)[3] adalah orang Indonesia yang diklaim sebagai orang tertua di dunia. Pada bulan Mei 2010, Solopos melaporkan bahwa petugas sensus tahun itu telah mencatat bahwa ulang tahun Mbah Gotho yang berikutnya adalah 142 tahun,[4] yang akan membuatnya berusia 19 tahun lebih tua dari orang tertua di dunia yang tercatat secara resmi, Jeanne Calment, yang meninggal pada tahun 1997.[1][2] Seorang perokok berat sampai akhir hayat, ia hidup lebih lama dari sepuluh saudara kandung, empat istri dan kelima anaknya.[5] Situs Liputan 6 melaporkan bahwa perkiraan usia Mbah Gotho adalah 140 tahun, ia tidak dapat mengingat tanggal lahirnya. Namun, ia mengaku masih mengingat pembangunan sebuah pabrik gula yang dibangun di Sragen pada tahun 1890.[6]
Kehidupan
Masa Muda
Lahir di Klaten pada tanggal 31 Desember tahun 1870 dengan nama Saparman Orangtuanya menamai demikian karena Mbah Gotho lahir pada Hari Kamis Legi, 31 Desember 1870 yang bertepatan dengan bulan Sapar (Bulan dalam kalender Jawa).
Namun karena sesuatu sebab nama itu kemudian berubah menjadi Sodimejo.
dia pertama kali dipanggil Gotho oleh bibinya, Waktu itu, bibinya mengajaknya ke sebuah hajatan. Karena suka akan ketampanan Saparman, Bibinya memujinya dengan mengucapkan kata glontho (ganteng) yang kemudian berubah menjadi gotho.
Waktu muda, Gotho sering membantu ayahnya membajak sawah. Tapi momennya yang sangat berkesan waktu itu adalah saat dia menghadiri peresmian Pabrik Gula Kedungbanteng. Kini, keberadaan pabrik itu hanya menyisakan lapangan kosong.
Zaman Penjajahan
Gotho dan penduduk lainnya diperintahkan mengumpulkan kayu untuk membangun proyek jembatan. Ia melihat Tentara Indonesia ditembak Tentara Belanda, dia diminta untuk menggotong jenazah yang ia tak tahu siapa,
Perang Dunia I
Mbah Gotho sudah berusia 43 tahun pada awal Perang Dunia I, Dampak Perang Dunia I yang dilecut pembunuhan putra mahkota Austria-Hungaria Archduke Franz Ferdinand di Sarajevo, ibu kota Bosnia pada 28 Juni 1914 tak begitu signifikan untuk Indonesia.
Meski begitu, dampak krisis ekonomi yang diakibatkan Perang Besar membuat hidup para buruh di Nusantara kala itu kian sulit.
Ingatan Mbah Gotho sudah kabur. Apalagi untuk mengisahkan apa yang disaksikannya pada Perang Dunia I. Kala itu, ia mungkin bahkan tak tahu perihal gonjang-ganjing zaman yang terjadi di Eropa.
Namun, masih ada ingatan yang masih tersisa soal penjajahan Belanda.
Perang Dunia II
Mbah Gotho sudah berusia 70 tahun pada Perang Dunia II, Perang Dunia II berdampak luar biasa bagi Indonesia. Persaingan dua kekuatan, Sekutu dan Poros (Axis) mengubah sejarah RI. Kala itu terjadi pergantian penjajah dari Belanda ke Jepang, Ketika Jepang di ambang kekalahan dalam Perang Dunia II, momentum kekosongan kekuasaan dimanfaatkan para pejuang untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Referensi
- ^ a b Taufiq Sidik Prakoso (25 Agustus 2014). "Inilah Mbah Gotho, Manusia Tertua Asal Sragen yang Kini Berusia 144 Tahun". Solopos. Surakarta, Indonesia: Aksara Solopos.
- ^ a b Abrori, Fajar (24 Agustus 2016). "Kini Berusia 146 Tahun, Apa Rahasia Panjang Umur Mbah Gotho?". Liputan 6. Jakarta: SCTV.
- ^ Dinda Leo Listy (1 May 2017). "Doa Umat Islam dan Kristen untuk Arwah Mbah Gotho". Tempo.
- ^ trh (20 Mei 2010). "Sodimejo, Manusia tertua di Sragen". Solopos. Surakarta, Indonesia: Aksara Solopos.
- ^ "'Oldest human' dies in Indonesia 'aged 146'". BBC News (dalam bahasa bahasa Inggris). 1 Mei 2017.
- ^ AIS (24 Mei 2010). "Kakek Berusia 140 Tahun Juga Ada di Sragen". Liputan 6. Jakarta: SCTV.