Lompat ke isi

Cepiring, Kendal

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 30 Desember 2023 18.20 oleh Wagino Bot (bicara | kontrib) (Referensi: Bot: Merapikan artikel, removed stub tag)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Cepiring
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenKendal
Pemerintahan
 • CamatHelyudin, S.IP
Populasi
 • Total50,811 Jiwa jiwa
Kode Kemendagri33.24.13 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3324150 Edit nilai pada Wikidata
Luas30,07 km²
Kepadatan- jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 6°54′37″S 110°9′27″E / 6.91028°S 110.15750°E / -6.91028; 110.15750

Cepiring (bahasa Jawa: ꦕꦼꦥꦶꦫꦶꦁ, translit. Cepiring) adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan Cepiring berjarak 7 Km dari pusat Kabupaten Kendal. Sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah hingga kawasan pesisir berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Pusat pemerintahnnya berada di Desa Cepiring. Luas wilayah Kecamatan Cepiring 30,07 km² terdiri dari 15 desa, 40 dusun/dukuh, 53 Rukun Warga (RW) dan 323 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk 50.811 Jiwa pada 2016.

Batas wilayah

[sunting | sunting sumber]

Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

Utara Laut Jawa
Timur Kecamatan Patebon
Selatan Kecamatan Gemuh
Barat Kecamatan Gemuh dan Kecamatan Kangkung

Desa/kelurahan

[sunting | sunting sumber]

Geografi dan Iklim

[sunting | sunting sumber]

Secara Geografis Kecamatan Cepiring berada diwilayah administrasi Kabupaten Kendal Propinsi Jawa Tengah berkisar antara 1 0 08’ 00” LS - 1 0 20’ 00” Lintang Selatan dan 1090 52’ 24” BT - 1100 09’ 48” Bujur timur. dengan ketinggian tanah 11 meter di atas permukaan air laut, Batas wilayah Kecamatan Cepiring sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kangkung sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Patebon sebelah selatan dengan Kecamatan Gemuh dan sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa.

Bagian selatan wilayah Kecamatan Cepiring sebagian merupakan tanah Area pertanian yang masih produktif yang berlokasi di desa Pandes, Podosari, Botomulyo, Cepiring dan desa Karangsuno sedangkan bagian utara sebagian besar tanah persawahan dan area tambak bandeng, udang dan laut Jawa. Adapun jarak ibu kota Kecamatan Cepiring ke Ibu kota Kabupaten berkisar antara 2 km, untuk jarak ke ibu kota Propinsi Jawa Tengah 29 km dan Jarak ke Kecamatan terdekat yaitu Kecamatan Patebon sekitar 1 km . Dari Luas Wilayah Kecamatan Cepiring sebesar 30,07 Km2 sebagian besar merupakan lahan bukan pertanian seluas 16,73 Km2 atau 47,7% dari total luas kecamatan urutan kedua lahan sawah 10,25 Km2 atau sebesar 42,2 %, dan selebihnya terdiri lahan bkan sawah seluas 3,02 Km2 (10,0%), rumah dan pekarangan 6,32 km2 atau 13,17%, tanah tegalan sebesar 1,07 Km2 atau 3,56%, tambak sebesar 1,75 Km2 atau 6,01% dan bagian terkecil untuk lahan Kolam/empang sebesar 0,99 Km2 atau hanya 0,05% dari luas total Kecamatan Cepiring. Dalam kurun 5 tahun ini lahan sawah disetiap tahunnya mengalami penurunan luasnya,hal ini dikarenakan alih fungsi lahan Menjadi lahan untuk perumahan dan digunakan untuk lahan industri yang terletak di dua desa yaitu desa Botomulyo, desa Cepiring yang merupakan desa potesial, sedang desa Sidomulyo, Juwiring, Kaliayu, Kalirandugede, Korowelangkulon, Korowelanganyar & Margorejo mengalami pengikisan garis pantai karena kena abrasi air laut.

Secara umum wilayah Kecamatan Cepiring merupakan dataran rendah (landai) dengan ketinggian berkisar antara 1-5 meter di atas permukaan air laut dan bagian selatan lebih tinggi berkisar antara 6 – 8 meter di atas permukaan air laut, yang terletak di desa Pandes, desa Podosari, desa Botomulyo, desa Cepiring, desa Gondang, desa Karangsuno dan desa Karangayu sedangkan 8 desa lainnya yaitu desa Sidomulyo, desa Damarsari, desa Juwiring, desa Kaliayu, desa Kalirandugede, desa Kororwelangkulon, desa Korowelanganyar & desa Margorejo daerah yang mempunyai ketinggian dibawah 5m.

Luas Kecamatan Cepiring terbagi menjadi 15 desa yaitu desa Pandes dengan luas 1,66 km2 atau 5,52%, desa Podosari dengan luas 1,13 km2 atau 3,76%, desa Botomulyo dengan luas 2,30 km2 atau 7,65%, desa Gondang dengan luas 1,41 km2 atau 4,70%, desa Karangsuno dengan luas 0,96 km2 atau 3,20%, desa Cepiring dengan luas 2,05 km2,atau 6,81%, desa Karangayu dengan luas 2,08 km2 atau 6,91%, desa Sidomulyo dengan luas 2,29 km2 atau 7,60%, desa Damarsari dengan luas 1,50 km2 atau 5,00%, desa Juwiring 2,00 atau 6,65%, desa Kaliayu 1,99 atau 6,62%, desa Kldgede 2,36 atau 7,85%, Korowelangkulon 2,37 atau 7,88%, desa Korowelanganyar 3,55 atau 11,81% dan desa Margorejo 2,42 atau 8,05%. Dari uraian di atas dua desa yang terluas adalah desa Korowelanganyar dan Margorejo hal ini dipengaruhi adanya luas sawah dan tambak yang cukup luas. Untuk desa Korowelanganyar sawah seluas 119,25 km2 mempunyai tambak sebesar 20,44 km2 dan desa Margorejo luas sawah seluas 79,28 dan luas tambaknya seluas 23,50 km2 di dua desa tersebut merupakan penghasil ikan tambak baik bandeng atau udang dan merupakan komoditas andalan di desa tersebut. Disamping di desa tersebut juga penghasil ikan air tawar yaitu lele dan nila, secara alam Kecamatan Cepiring sangat potesi dibidang pertanian tanaman pangan maupun perikanan.[1]

Menurut Stasiun UPTD Pengairan Kecamatan Cepiring rata-rata curah hujan untuk tahun 2015 berkisar 124 mm dan rata-rata banyaknya hari hujan 5 hari, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari mencapai 457 mm dan hari hujan terbanyak tercatat sebesar 19 hari, Rata-rata curah hujan ini turun dari rata-rata curah hujan tahun sebelumnya yaitu tahun 2013 dengan rata-rata curah hujan 197 mm tahun 2014 naik menjadi 186 mm dan pada tahun 2015 yaitu rata-rata curah hujan turun menjadi 124 mm. Bila diamati curah hujan dari tahun 2013, 2014 dan 2015 ini mengalami penurunan intensitas hujan. Hal ini karena disebabkan pengaruh adanya perubahan iklim yang ada saat ini, disadari atau tidak semua akan kena dampak perubahan iklim tersebut. Sedang curah hujan dari tahun 2014 ke 2015 curah hujan terjadi penurunan yaitu sebesar 62 mm, ini terjadi penurunan yang signifikan, namun bila dicermati hal ini juga masih ada pengaruh dampak perubahan iklim yang ada saat ini.

Sedangkan rata-rata hari hujan tahun 2015 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yaitu tahun 2014 rata-ratanya sebesar 10 hari dan tahun 2013 rata-rata hari hujan sebesar 19 hari. pada tahun 2015 curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli, Agustus, September dan Oktober yaitu 0 mm artinya pada bulan tersebut tidak terjadi hujan sama sekali dan berbeda dengan tahun 2014 dan pada tahun 2013 di bulan Agustus juga masih ada hujan. Pengaruh dari Iklim itu sangat mempengaruhi produksifitas pertanian baik pertanian padi, palawija, horikultura maupun perikanan, pengaruh iklim atau curah hujan yang tidak begitu besar pada bulan januari yang mencapai 457 mm dan dengan hari hujan 19 hari akan mengakibatkan tanaman padi kekurangan air, hal ini salah satu faktor yang mempengaruhi produksifitas tanaman padi dan palawija menurun produksinya. Disamping itu tidak hanya tanaman pangan saja yang mengalami penurunan produksi tapi juga sector horticultural juga kurang hasilnya. Namun untuk sektor perikanan berbanding terbalik karena mengalami kenaikan produksifitas terutama perikanan tambak hal ini karena curah hujan yang cukup,disamping musim kering atau kemarau masih sedikit banyak masih ada intensitas hujan walaupun curah hujannya kecil, produktivitas perikanan khususnya tambak bisa mengalami kenaikan produktivitasnya naik karena air tambak kadar garamnya sedang sehingga air tambak menjadi tidak terlalu asin atau pahit, hal mempengaruhi pertumbuhan ikan atau biota tambak tumbuh normal.

Dimusim kemarau tahun 2015 kekeringan juga sempat mengganggu produktivitas pertanian disemua sub sektor karena perubahan iklim. Dengan adanya perubahan iklim yang saat ini terjadi sangat merugikan, khususnya disektor pertanian, hal ini terjadi hampir disemua sub sektor pertanian khususnya kecamatan Cepiring. Saat ini di Kecamatan Cepiring diadakan reboisasi di kawasan pinggir pantai utara, agar tidak terjadi abrasi pantai, yang sudah terjadi beberapa tahun yang lalu. Garis pantai di Kecamatan Cepiring sudah bergeser masuk kedalam bibir pantai sehingga terjadi perubahan garis batas pantai. Hal ini apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan kerusakan ekosistem dan biota pantai, dengan ditanami tanaman mangrub/ sejenisnya akan menahan abrasi dan menghidupkan kembali biota laut. Semua terjadi karena adanya perubahan iklim yang ada saat ini, perubahan iklim sangat dirasakan oleh semua masyarakat, utamanya para petani yang kesulitan dalam merencanakan musim tanam. Disadari atau tidak kesimbangan alam harus terjaga dan lestari agar roda kehidupan dialam ini bisa terus berjalan dan untuk penerus kita semua kelak kemudian hari, kehidupan tidak berhenti satu/dua generasi saja. Garis pantai utara sudah banyak yang berubah karena naiknya air laut dan hilang tanaman hutan bakau yang melindungi pantai dari gerusan air laut saat ini, semua berpulang pada kita semua menyadari atau tidak keseimbangan alam itu sangat perlu. Tidak hanya abrasi saat ini, air laut juga menerjang kawasan pemukiman, banyak yang sudah tenggelam karena air rob/pasang. Semoga kita cepat menyadari betapa pentingnya keseimbangan alam.[1]

Pemerintahan

[sunting | sunting sumber]

Wilayah Kecamatan

[sunting | sunting sumber]

Kecamatan Cepiring dipimpin oleh seorang Camat yang bertanggung jawab kepada Bupati diangkat dan diberhentikan oleh Bupati, sedangkan Desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa/Kades yang bertanggung jawab langsung kepada Bupati, Kepala Desa dipilih melalui pemilihan Kepala Desa/Pilkades oleh masyarakat di desa tersebut dan dilantik oleh Bupati dengan masa bakti 5 tahun. Wilayah Kecamatan Cepiring terbentuk dari beberapa desa, sedangkan desa terdiri dari beberapa dusun/dukuh, dusun sendiri terbentuk dari beberapa rukun warga (RW). Sedangkan rukun warga terdiri dari beberapa rukun tetangga/RT atau disebut juga Satuan lingkungan Setempat (SLS) dan merupakan wilayah pemerintahan yang terkecil. Wilayah Kecamatan Cepiring terdiri dari 15 desa, 40 dusun/dukuh 53 rukun warga dan 323 rukun tetangga. Dari 15 desa tersebut desa yang terbanyak rukun tetangga /(RT) yaitu desa Botomulyo & Cepiring dengan Jumlah RT 38 dan desa yang jumlah rukun tetangga/ (RT) sedikitl yaitu desa Margorejo dengan jumlah rukun tetangga/ RT 11. Dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami perkembangan yang cukup pesat, jumlah rukun tetangga tahun 2015 saat ini berjumlah 323. Sedangkan banyaknya Dusun/Dukuh dan Rukun Warga (RW). Saat ini jumlahnya ada 40 dusun dan jumlah rukun warga (RW) sebanyak 53 RW.[1]

Pemerintahan desa

[sunting | sunting sumber]

Pemerintahan Desa yang dipimpin Kepala Desa akan berjalan dengan baik apabila aparat desa saling bekerja sama dengan Kepala Desa dalam bekerja dan didukung BPD, LMD serta Masyarakat Desa di dalam menjalankan roda Pemerintahan Desa sesuai aturan-aturan yang sudah ditentukan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah. Kepala Desa mempunyai masa kerja selama 5 – 8 tahun, dengan masa kerja seperti itu diharapkan mampu menjalankan program pembangunan yang efektif dan efisien sesuai dengan visi dan misinya. Pemerintahan Desa di Kecamatan Cepiring seluruhnya sudah mempunyai Balai dan Kantor Desa sendiri tanpa ada yang menumpang atau mengontrak dari pihak lain. Perangkat Desa selaku pelayan masyarakat di tingkat desa juga dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik dan cepat kepada masyarakat agar sesuai dengan perkembangan zaman dan tujuan awal dari pembangunan yaitu melayani tanpa imbalan, sesuai dengan tuntutan masyarakat itu sendiri. Banyaknya Perangkat Desa di masing-masing desa tidak sama tergantung besar kecilnya desa itu sendiri ada desa yang besar dengan jumlah perangkat yang banyak dan juga ada desa yang kecil dengan jumlah perangkat relatif sedikit demikian juga SDM nya juga berbeda.

Jumlah Perangkat Desa tahun 2015 se Kecamatan sebanyak 100 orang dimana desa Botomulyo yang paling banyak jumlah perangkatnya sebesar 11 orang hal ini disebabkan wilayah Ds. Botomulyo banyak muncul perumahan baru, sedangkan desa yang perangkat desanya sedikit yaitu 4 orang adalah desa Margorejo yang mana juga jumlah penduduknya paling sedikit dibandingkan dengan desa lainnya. Dan juga banyaknya perangkat desa di desa dipengaruhi jabatan yang ada masih kosong atau dirangkap dan belum ada penggantinya karena pensiun, meninggal dll, dan biasanya Pemerintah Kabupaten mengadakan/mengisi formasi lowongan jabatan secara serentak dan berkala sesuai aturan yang sudah ditentukan guna mengisi jabatan di masing- masing desa yang membutuhkan.[1]

Sebelum tahun 1997, Cepiring merupakan salah satu kecamatan terbesar di Kabupaten Kendal. Karena terdapat 30 desa, akan tetapi pada masa itu sering terjadi perselisihan (Desa Kalirejo dan Desa Sidomulyo) akhirny tercantumlah PERDA bahwa Kecamatan Cepiring harus dibagi menjadi dua wilayah. Kecamatan Cepiring dan Kecamatan Kangkung.

Kependudukan

[sunting | sunting sumber]

umlah Penduduk menurut Registrasi penduduk pada keadaan tahun 2015 di Kecamatan Cepiring 50.662 jiwa yang terdiri dari laki laki 25.205 jiwa perempuan 25.456 jiwa, Jumlah penduduk terbesar ada di desa Cepiring sebesar 8.416 jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit berada di desa Margorejo sebesar 1.238. Sedangkan Jumlah penduduk Warga Negara Asing yang berkewarganegaraan Taiwan ada di kecamatan Cepiring sebesar 1 Jiwa yang berada di desa Gondang, sedang didesa lain tidak atau belum ada warga Negara asing, karena bukan daerah industri.

Dari jumlah penduduk sebanyak 50.662 jiwa tercatat sebanyak 17.394 rumah tangga dan rata-rata jumlah anggotanya 3 artinya jumlah penduduk di wilayah tersebut dibagi jumlah rumah tangga atau dalam 1 rumah tangga rata-rata ada 3 anggota rumah tangga. Rumah tangga yang terbanyak ada di desa Cepiring sebanyak 2.882 rumah tangga dan jumlah penduduk 8.416 jiwa dengan rata-rata 3 anggota dalam 1 rumah tangga, tertinggi urutan kedua desa Karangayu dengan jumlah penduduk 5.105 jiwa dan jumlah rumah tangga 1.777 dan rata-rata dalam 1 rumah tangga ada 3 anggota sedangkan jumlah rumah tangga yang terendah di desa Margorejo dengan jumlah penduduk 1.238 jiwa dan jumlah rumah tangga 446, dan rata-rata jumlah anggota 3 orang dalam 1 rumah tangga. Melihat kondisi di atas jelas penyebaran penduduknya tidak merata ini dikarenakan mereka mencari pekerjaan yang dekat dengan perkotaan dan lapangan pekerjaan. Desa yang paling tinggi urbanisasinya adalah desa cepiring, Botomulyo, karena di desa tersebut terdapat industri yang berskala besar dan munculnya perumahan-perumahan baru yang mengundang dan menyerap tenaga kerja yang banyak. Penduduk yang besar tentu sangat potensial, akan tetapi permasalahan sosial tentu harus diperhatikan, karena dengan penduduk tingkat permasalahan social dan kriminalnya juga tinggi.[1]

Kepadatan penduduk

[sunting | sunting sumber]

Bertambahnya penduduk disuatu wilayah akan mempengaruhi kepadatan penduduk di wilayah tersebut, sedangkan, kepadatan penduduk menunjukkan persebaran penduduk di suatu daerah tertentu. Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk dibagi luas wilayah tersebut. Untuk wilayah kecamatan Cepiring kepadapatan penduduk mencapai 1.685 Per-Km2 artinya dalam 1 km2 terdapat penduduk sebanyak 1.685 jiwa. Menempati urutan pertama di desa Cepiring dengan kepadatan mencapai 4.105 per-km2, kemudian desa Karangayu sebesar 2.454 per-km, ketiga desa Botomulyo sebesar 2.119 per-km dan urutan yang terakhir di desa Margorejo dengan kepadatannya sebesar 512 per- km2, sedangkan urutan berikutnya setelah desa Cepiring adalah desa Karangayu besarnya kepadatan penduduk desa Cepiring 2.454 per- km2 untuk itu di dua desa tersebut termasuk pemukiman padat penduduk. Kepadatan tersebut tak lepas karena adanya daya tarik diwilayah tersebut baik lapangan usaha maupun karena adanya pembangunan pengembangan perumahan baru diwilayah tersebut.

Di wilayah Kecamatan Cepiring keadaan tahun 2013 jumlah penduduk lakilaki lebih kecil jika dibandingkan jumlah perempuannya sehingga nilai Sex Rasio kurang dari 100 yaitu sebesar 97,87. Dari jumlah penduduk laki- laki 25.206 orang terhadap jumlah penduduk Perempuan sebesar 25.456 orang.[1]

Penduduk menurut kelompok umur

[sunting | sunting sumber]

Penduduk Kecamatan Cepiring menurut kelompok umur pada tahun 2015 terbanyak pada usia 10-14 tahun sebanyak 4.478 jiwa dari total penduduk dengan jumlah laki-laki 2.203 jiwa dan perempuan 2.275 jiwa kelompok tersebut belum termasuk kelompok usia produktif dan juga masa usia sekolah. Sedangkan kelompok terkecil yaitu pada kelompok usia 75 tahun keatas sebanyak 841 jiwa dari total penduduk dengan jumlah laki-laki sebesar 315 jiwa, perempuan 526 jiwa, kelompok ini bukan usia produktif dan pada umumnya rata-rata pada usia kelompok ini sudah tidak bekerja atau sudah tidak produktif. Sedangkan penduduk pada kelompok usia 0 – 4 tahun atau pada usia dini sebanyak 4.081 jiwa terdiri dari laki-laki 2.007 jiwa dan perempuan 2.074 jiwa. Usia kelompok umur paling sedikit ada pada kelompok 75+ yaitu sebesar 841 terdiri dari laki-laki 315 jiwa dan perempuan 526 jiwa.[1]

Penduduk menurut agama

[sunting | sunting sumber]

Keadaan Penduduk Kecamatan Cepiring tahun 2014 berdasarkan agama yang dianut mayoritas beragama Islam dengan jumlah sebanyak 50.257 orang. Sedangkan yang memeluk agama Kristen Protestan sebanyak 127 orang, yang memeluk agama Kristen Katholik sebanyak 140 orang yang memeluk agama Budha 6 orang dan yang memeluk agama Hindu sebanyak 4 orang sedang umat kong hucu tidak ada dari total jumlah penduduk Kecamatan Cepiring. Dikecamatan Cepiring ada beberapa tempat ibadah yang dibangun secara swadaya dan toleransi antar umat beragama terjaga dengan baik dan harmonis tidak ada konflik atau gesekan itu semua karena masyarakat menyadari adanya toleransi antar umat beragama. Ini semua tak lepas dari peran serta dari pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda yang bisa menghargai dan menerima perbedaan agama dan keyakinan yang ada. Sudah seharusnya persatuan ini berdiri di atas kerukunan antar umat beragama, karena Negara ini berdiri di atas perbedaan suku, ras dan agama. Dikecamatan Cepiring pada tahun 2015 ini tempat beribadah masjid berjumlah 28 unit, mushola berjumlah 153 unit dan gereja berjumlah 1 unit. Desa yang paling banyak tempat beribadahnya adalah desa Cepiring dengan masjid sebanyak 5 unit, mushola sebanyak 17 unit dan gereja 1 unit, kemudian desa Karangayu dengan masjid sebanyak 3 unit, mushola 15 unit dan ketiga desa Botomulyo dengan masjid sebanyak 3 unit, mushola 12 unit.[1]

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Kecamatan Cepiring terdapat Sanggar kegiatan belajar/ SKB untuk pendidikan non-formal maupun formal yakni untuk kejar Paket A s/d C.. terdapat berbagai tingkat sekolah di Cepiring mulai dari Penitipan Anak di jalan Anggrek Desa Botomulyo, PAUD di SKB, berbagai macam Taman Kanak Kanak, sampai dengan Sekolah Menengah Atas Negeri Cepiring.

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. Oleh karena itu ketersediaan sarana dan prasarana harus terpenuhi. Dikecamatan Cepiring ketersedian gedung sekolah dari PAUD, TK, SD/MI, SLTP/MTS, SMA/MA dan SMK sudah ada, yang belum ada tinggal tingkat perguruan tinggi. Jumlah sekolah pada keadaan tahun 2015 ini yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ada 28 unit, Sekolah Taman Kanak Kanak (TK) ada 24 unit, Sekolah Dasar (SD) ada 29 unit, Madrasah Ibtidaiyah (MI) ada 2 unit, Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SLTP) 3 unit, Madrasah Tsanawiyah (MTs) ada 1 unit, Sekolah Menengah Atas (SMA) ada 1 unit, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ada 2 unit dan Madrasah Aliyah (MA) ada 1 unit. Bila dilihat perkembangan sekolah di Kecamatan Cepiring ada penambahan sekolah menengah kejuruan satu unit yang terletak di desa Botomulyo, yang masih satu komplek dengan pondok pesantren.

Penambahan Sekolah selama 3 tahun ini adalah PAUD, TK dan SMK. Sedangkan untuk SD, MI, SLTP, MTs, dan SMA serta MA tetap. Banyaknya siswa di kecamatan Cepiring pada tahun 2015 untuk Pendidikan Anak Usia Dini 655 siswa,dengan jumlah guru 79 orang Taman Kanak-kanak 1.292 siswa dengan jumlah guru 90 orang, untuk SD sebanyak 4.702 siswa dengan jumlah guru 257 orang, Untuk MI Sebanyak 235 siswa dengan jumlah guru 16 orang.

Untuk SLTP sebanyak 1.333 siswa, jumlah guru 79 orang, Untuk MTs sebanyak 488 orang dengan jumlah guru 30, Untuk SMA jumlah siswa 672 siswa dan jumlah guru 38 orang, Untuk SMK sebanyak 332 siswa dengan jumlah guru 26 orang dan untuk MA sebanyak 316 siswa dengan jumlah guru 24 orang. Untuk jumlah siswa SMA, SMK dan MA selama 2 tahun ini mengalami kenaikan setiap tahunnya, Sebaliknya jumlah siswa untuk TK, SD, SMP selama 2 tahun menurun, Untuk MTs jumlah siswanya mengalami Kenaikan dari tahun 2013 s/d 2015

Daya tampung sekolah terhadap siswa atau rasio siswa terhadap sekolah adalah angka rat-rata kemampuan suatu sekolah untuk menampung muridnya, semakin kecil rasio murid-sekolah maka semakin baik indikator pendidikan mengenai daya tampung sekolah, sedangkan rasio murid terhadap guru adalah banyaknya murid yang dihadapi oleh seorang guru, semakin kecil rasionya semakin baik artinya yang dihadapi oleh seorang guru tidak terlalu padat di dalam memberikan materi pelajaran.

Untuk jenjang PAUD rasio Murid terhadap sekolah selama kurun waktu 3 tahun ini fluktuatif naik turun pada tahun 2015 yaitu 23,39 lebih besar rasionya dibanding tahun 2013 keadaan yang sama naik turun selama tiga tahun ini untuk MI, SLTP/MTs dan SMA untuk TK dan MA rasio murid terhadap sekolah trendnya naik dan kebalikannya trendnya semakin menurun murid SD tahun 2013 jumlah murid sebesar 4.785 tahun 2014 jumlah murid sebesar 4.677 dan tahun 2015 jumlah murid sebesar 4.588 ini berarti indikatornya semakin baik untuk jenjang pendidikan SD.

Sebaliknya trendnya semakin naik dijenjang pendidikan SMK dan MA,saat ini jenjang SMA juga naik, sementara jenjang pendidikan TK, MI dan SLTP/MTs rasio murid terhadap guru kurun waktu 3 tahun ini fluktuatif naik turun. Bila dilihat dari data yang ada masyarakat dalam hal ini siswa atau orang tua memilih sekolah yang beroreantasi yang setelah lulus banyak menyerap tenaga kerja maka oleh itu trends sekarang adalah sekolah menengah kejuruan/SMK.[1]

Kesehatan

[sunting | sunting sumber]

Kesehatan adalah hal yang mendasar yang diinginkan oleh setiap insan manusia. Ibarat pepatah tidak punya banyak uang yang penting sehat, enak dirasakan dalam hidup. Oleh karana itu ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan sangat diperlukan. Jumlah sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Cepiring pada tahun 2015, Puskesmas ada 1 unit, Puskesmas pembantu ada 5 unit, Dokter umum ada 9 orang, Dokter Gigi ada 2 orang, Pos Kesehatan Desa ada 7 unit dan Apotek ada 4 buah fasilitas kesehatan ini mengalami sedikit peningkatan jika kita bandingkan pada tahun 2014 dan tahun 2013.

Untuk Puskesmas dan Puskesmas Pembantu jumlahnya,Dokter umum pada tahun 2013 ada 7 orang dan pada tahun 2014 & 2015 ada 8 orang, untuk dokter Gigi tahun 2013 sebanyak 3 orang,tahun 2014 sebanyak 3 & 2015 sebanyak 2 orang,Pos Kesehatan Desa pada tahun 2013 & 2014 ada 5 unit dan pada tahun 2015 ada 7 unit, sedang Apotek tahun 2013 ada 4 unit, 2014 ada 5 unit dan pada tahun 2015 ada 6 unit. Selain fasilitas Kesehatan, hal lain yang juga tidak kalah penting adalah ketersediaan tenaga kesehatan/ paramedis. Tenaga Kesehatan yang ada di Kecamatan terdiri dari Dokter, mantri kesehatan, Perawat, Bidan dan Dukun Bayi.[1]

Wilayah kecamatan Cepiring ada Unit merupakan kecamatan potensi di sektor Industri, hal ini dikarenakan di Kecamatan Cepiring terdapat perusahaan besar/sedang seperti PT. Industri Gula Nusantara, PT. Sari Tembakau Harum, PT. Sandang Rakyat, PT. Laut Jaya Abadi, dan sebagainya. Dengan banyaknya perusahaan ini mengakibatkan pendapatan wilayah kecamatan Cepiring tinggi dan juga tenaga kerja yang terserap akan banyak pula sehingga perekonomian di wilayah ini meningkat dan berkembang pesat. Keadaan tahun 2015 terdapat Industri besar dan sedang ada 4 perusahaan dengan tenaga kerja sebanyak 3.924 pekerja yang menyebar di beberapa desa. Perusahaan besar yang banyak menyerap tenaga kerja ada di desa Cepiring ada 3 perusahaan dengan tenaga kerja sebanyak 2.924. Sedangkan jumlah Industri kecil se kecamatan ada 85 perusahaan dengan tenaga kerja 155 orang, terbanyak ada desa Botomulyo, Pandes, Podosari dan Karangsuno, sedang industry Rumah Tangga 302 perusahaan dengan tenaga kerja 487 orang. Di Kecamatan Cepiring yang paling mendominasi adalah industry kecil dan rumah tangga yang berproduksi batu bata yang tersentra di desa Botomulyo, produk ini menjadi ikon desa tersebut hamper sebagian besar masyarakatnya bekerja di sector ini.

Disamping itu, di Kecamatan ada Unit Cepiring masih ada Industri rumah tangga sebanyak 79 perusahaan ini menyebar di seluruh wilayah kecamatan Cepiring. Kecamatan Cepiring bagian utara industry rumah tangga banyak bergerak disektor perikanan, industry pengeringan ikan teri yang menjadi andalan di wilayah kecamatan Cepiring. Disamping pengeringan ikan di wilayah Kecamatan Cepiring juga ada industry rumah tangga yang menghasilkan terasi yang juga menjadi produk unggulan di kecamatan Cepiring.[1]

Kuliner daerah Cepiring ada beraneka macam. Buah Matoa dan Jajan Pektur adalah kuliner khas daerah Cepiring meski sekarang telah jarang dijumpai. Di depan pabrik gula Cepiring terdapat warung makan "Jawa Asli" dengan menu utama masakan jawa seperti rames. guded serta rawon. serta terdapat warung makan Mie Ayam Mas Kin yang terkenal dengan kelezatannya. ada juga warung makan sebelah kiri jalan dari arah Jakarta yakni Warung Makan "BUDI DAYA"Makanan khas Cepiring adalah Pektur, terbuat dari tepung terigu diolah mirip seperti martabak namun lebih cair.

Di Sebelah selatan Sri Agung Theater ini terdapat sebuah warung makan legendaris dan bersejarah yang ada sejak zaman Jepang bernama Warung Sate Pak Dul terletak di jalan Sriagung 234 Cepiring tepatnya di sebelah utara Balai Desa Cepiring, di warung ini terdapat berbagai benda kuno yang dipamerkan diantaranya 60 foto kuno kota ini sejak zaman penjajahan Belanda, pendudukan Jepang hingga masa kemerdekaan, sebuah Botol Jenever ber cap tahun 1714 asli Belanda, akta notaris asli Kantor Notaris BV Houthuysen tahun 1879, Koran Starweekly tahun 1949, Sebuah Pigura warna emas besar berisi Koran Merdeka dan Koran Sin Min bertahun 1956, Sejumlah pigura berisi majalah National Geographic asli dari Amerika bertahun 1975 dan Poster Propaganda perang Vietnam asli dari Vietnam yang dibuat tahun 1966, serta sebuah Samurai Jepang peninggalan perang Dunia II dipajang di sepanjang dindingnya, warung museum ini diyakini adalah museum sejarah pertama di Cepiring dan Kendal didirikan tanpa bantuan pemerintah dan tetap lestari hingga hari ini

Beberapa tempat kuliner lain di wilayah Kecamatan Cepiring antara lain: Daerah Sriangung:Warung Tenda Ayam dan Bebek Goreng SATRIA, Bakso Wonogiri Sendang Roso Pak Di.

Daerah Karangayu: Mie Ayam Special Ceker BANG IWAN di Timur Masjid Al Huda Karangayu, Bubur Kacang Ijo, Nasi Goreng Babat, Martabak Telur dan Manis OCHAN, Lontong Opor dan Lontong Sayur, Ikan Bakar Special 88 (depan kantor kecamatan), Sate Ayam dan Kambing, Ayam Kremes dan Nasi Megono.

Wiwitan adalah pesta rakyat yang digelar setahun sekali, untuk menyelamati giling tebu yang dilakukan oleh pabrik gula cepiring. Acara ini begitu ramai karena seantero Cepiring datang untuk menyaksikan, biasanya acara ini digelar antara bulan Juli sampai dengan bulan Agustus. Acara ini diramaikan dengan pawai budaya, karnaval serta pertunjukkan kesenian khas berupa tari Barongan dan Kuda Lumping.

Dulu Cepiring memiliki gedung bioskop dengan nama " SRI AGUNG THEATER" namun sejak tahun 1990 sudah tutup karena kalah bersaing dengan VCD Player yang mulai menjamur.

Cepiring juga terdapat kesenian Seni Singo Barong khas Kendal antaralain MEKAR BUDOYO "Anak Lanang", PBRC "Macan Putih", Joko Sembung, Sasono Budoyo, Sari Budoyo(eks), Singo Krajan dan Singo Grandong. yang semuanya tergabung di PBKC Persatuan Barongan Kecamatan Cepiring

selain di Cepiring sendiri juga ada seni barongan dari desa lain, misal Manunggal Simolaras dan Mekar Mulyo Budoyo (Sidomulyo), Singo barong Keongan dari BotomulyO

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f g h i j k https://kendalkab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Daerah-Kecamatan-Cepiring-2016.pdf[pranala nonaktif permanen]