Lompat ke isi

Pulau Tuangku

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 2 Januari 2024 00.14 oleh Edogang1 (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Tuangku
Koordinat2°10′0″LU,97°15′0″BT
NegaraIndonesia
Gugus kepulauanSumatra
ProvinsiAceh
KabupatenAceh Singkil
Luaskm²
Populasi-
Peta

Pulau Tuangku adalah salah satu pulau terbesar yang terdapat di Pulau Banyak yang terletak di Samudra Hindia atau di ujung barat pulau Sumatra. Secara administratif, pulau ini terletak di kecamatan Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil, provinsi Aceh.

Penduduk pulau Tuangku sebagian besar merupakan etnis campuran dari etnis Minang, Nias, Batak, Aceh, Simeulue dan sedikit campuran penduduk asli di Aceh Singkil. Percampuran tersebut mengakibatkan mereka memiliki kemampuan minimal 4 bahasa. Dalam komuniasi dan interaksi sehari-hari, mereka sering menggunakan bahasa yang berbeda-beda, tetapi tetap saling mengerti. Seorang penduduk, khususnya yang berumur sudah agak tua bisa mengetahui bahasa Aceh, Batak, Padang, Nias, Sinabang, Singkil. Sebagian besar penduduk Pulau Tuangku bekerja sebagai nelayan, hanya sedikit sekali yang bekerja sebagai petani.

Ada empat desa di Pulau Tuangku, yakni Desa Asan Tola, Desa Haloban, Ujung Sialit dan Suka Makmur. Desa Haloban mayoritas penduduknya beragama Islam dan merupakan percampuran dari berbagai etnis, sedangkan penduduk Desa Ujung Sialit mayoritas dari etnis Nias dan beragama Kristen. Namun sejauh ini kehidupan masyarakat dua desa tersebut sangat harmonis. Selain sebagian dari mereka masih memiliki hubungan kekerabatan, jauhnya interaksi dengan penduduk daratan membuat kehidupan mereka cenderung stabil.

Selama ini perkembangan dua desa di Pulau Tuangku sangat lambat. Berbagai pembangunan yang dialokasikan di Kecamatan Pulau Banyak lebih dikonsentrasikan di Pulau Balai yang luasnya tidak sampai 1/16 dari Pulau Tuangku. Hal ini sering memunculkan kecemburuan. Ada banyak juga pegawai, seperti guru dan petugas PLN yang tinggal di Pulau Balai, sehingga berbagai pelayanan masyarakat dan pendidikan sering diabaikan.

Kehidupan masyarakat di Pulau Tuangku sangat memprihatinkan. Sebagai nelayan, kehidupan mereka sangat tergantung dari keberadaan toke pengumpul hasil nelayan. Harga jual pun cenderung jauh lebih rendah dibandingkan jika dijual di Pulau Balai sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Pulau Banyak. Mereka sangat terikat dengan keberadaan toke tersebut, karena seorang toke di masyarakat juga menempati posisi sebagai Kepala Desa atau Sekretaris Desa, juga sebagai orang kaya, bergelar Haji dan memiliki hubungan dengan leluhur pendiri desa.

Hal inilah yang membuat mereka tidak bisa lepas dari toke, walaupun mereka sadar bahwasannya selama ini dirugikan oleh toke tersebut. Beberapa usaha untuk memberdayakan nelayan dengan cara melepaskan diri dari toke akan mengalami kesulitan, karena sebagian besar dari mereka memiliki hubungan keluarga, dan sudah terbiasa untuk berhutang dengan toke tersebut. Jika mereka melepaskan diri dari ikatan toke dan mencoba mandiri menjual hasil tangkapan ke pihak lain, biasanya akan mendapat ancaman, seperti; tidak boleh meminjam uang, tidak boleh menumpang boat milik toke jika akan bepergian ke Pulau Balai atau ke Singkil, bahkan sering mendapat intimidasi dari pegawai-pegawai toke tersebut.

Pulau-pulau sekitar

[sunting | sunting sumber]
  • Pulau Bangkaru
  • Pulau Sarangalu
  • Pulau Balai
  • Pulau Palambak Besar
  • Pulau Palambak Kecil
  • Pulau Pinang
  • Pulau Ujungbatu

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

sumber Pulau Banyak Online Diarsipkan 2014-05-20 di Wayback Machine.