Lompat ke isi

Dara Petak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dara Petak atau Dara Pethak, juga bergelar Indreswari, adalah satu-satunya istri Raden Wijaya, pendiri Majapahit, yang berasal dari luar Jawa.Ia melahirkan seorang putra yang nantinya akan menjadi raja Majapahit kedua menggantikan Raden Wijaya.

Dara Petak
Indreswari
PasanganKertarajasa Jayawardhana
KeturunanJayanegara
WangsaMauli (kelahiran)
Rajasa
(pernikahan)
AyahSrimat Tribhuwanaraja Mauliawarmadewa

Dara Petak dalam Pararaton

Nama Dara Pethak berarti merpati putih. Ia adalah putri Srimat Tribhuwanaraja Mauliawarmadewa dari Kerajaan Dharmasraya. Kerajaan ini terletak di Pulau Sumatra Minangkabau yang pada tahun 1286 menjadi sekutu Kerajaan Singhasari.

Menurut Pararaton, sepuluh hari setelah pengusiran pasukan Mongol oleh pihak Majapahit, datang pasukan Kebo Anabrang yang pada tahun 1275 dikirim Kertanagara menaklukkan Pulau Sumatra. Pasukan tersebut membawa dua orang putri bernama Dara Jingga dan Dara Petak yang akan diperjodohkan dengan Kertanagara.

Karena Kertanagara sudah meninggal, maka ahli warisnya, yaitu Raden Wijaya mengambil Dara Petak sebagai istri, sedang Dara Jingga dijodohkan dengan Adwayabrahma, seorang pejabat Singhasari yang dulu dikirim ke Sumatra tahun 1286.

Menurut kronik Tiongkok, pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese meninggalkan Jawa tanggal 24 April 1293, sehingga dapat diperkirakan pertemuan antara Raden Wijaya dan Dara Petak terjadi tanggal 4 Mei 1293.

Walaupun menjadi istri yang terakhir, Dara Petak dinobatkan sebagai Stri tinuheng pura, atau istri yang dituakan di istana. Padahal menurut Nagarakretagama, Raden Wijaya sudah memiliki empat orang istri, dan semuanya adalah putri Kertanagara.

Dalam prasasti Kertarajasa (1305), Jayanagara disebut sebagai putra Tribhuwaneswari permaisuri utama Raden Wijaya. Dari berita tersebut dapat diperkirakan Jayanagara adalah anak kandung Indreswari alias Dara Petak yang kemudian menjadi anak angkat Tribhuwaneswari, sehingga ia dapat menjadi putra mahkota sebagai calon raja selanjutnya.

Kepustakaan

  • Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Slamet Muljana. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
  • Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara