Lompat ke isi

Dara Petak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 Januari 2024 15.56 oleh Elnino18 (bicara | kontrib) (Pararaton adalah salah salah satu sumber utama Majapahit dan dikonfirmasi sejarawan)

Dara Petak (Ḍara Pĕṭak, Dhårå Pethak), menurut Pararaton, adalah satu-satunya istri Raden Wijaya, pendiri Majapahit, yang berasal dari luar Jawa. Ia melahirkan seorang putra yang nantinya akan menjadi raja Majapahit kedua menggantikan Raden Wijaya.

Dara Petak
Indreswari
PasanganKertarajasa Jayawardhana
KeturunanJayanegara
WangsaMauli (kelahiran)
Rajasa
(pernikahan)
AyahSrimat Tribhuwanaraja Mauliawarmadewa

Dara Petak dalam Pararaton

Nama Dara Petak berarti gadis putih. Menurut Pararaton, ia adalah putri dari raja Melayu. Berdasarkan prasasti dari Sumatra, raja yang dimaksud bisa diidentifikasikan dengan Srimat Tribhuwanaraja Mauliawarmadewa dari Kerajaan Dharmasraya. Kerajaan ini terletak di Pulau Sumatra Minangkabau yang pada tahun 1286 menjadi sekutu Kerajaan Singhasari.

Sepuluh hari setelah pengusiran pasukan Mongol oleh pihak Majapahit, datang pasukan Kebo Anabrang yang pada tahun 1275 dikirim Kertanagara menaklukkan Pulau Sumatra. Pasukan tersebut membawa dua orang putri bernama Dara Jingga dan Dara Petak yang akan diperjodohkan dengan Kertanagara.

Karena Kertanagara sudah meninggal, maka ahli warisnya, yaitu Raden Wijaya mengambil Dara Petak sebagai istri, sedang Dara Jingga dijodohkan dengan Adwayabrahma, seorang pejabat Singhasari yang dulu dikirim ke Sumatra tahun 1286.

Menurut kronik Tiongkok, pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese meninggalkan Jawa tanggal 24 April 1293, sehingga dapat diperkirakan pertemuan antara Raden Wijaya dan Dara Petak terjadi tanggal 4 Mei 1293.

Dara Petak pandai mengambil hati Raden Wijaya sehingga ia dijadikan sebagai Stri tinuheng pura, atau istri yang dituakan di istana. Pengangkatan Dara Petak sebagai istri tertua mungkin karena hanya dirinya saja yang melahirkan anak laki-laki, yaitu Jayanagara.

Padahal menurut Nagarakretagama, Raden Wijaya sudah memiliki empat orang istri, dan semuanya adalah putri Kertanagara. Dalam Nagarakretagama, ibu Jayanagara bernama Indreswari. Sejarawan Slamet Muljana menganggap Indreswari sebagai gelar resmi Dara Petak. Namun, identifikasi ini tidak dapat dipertahankan, karena dalam prasasti Sukhamerta (1296), Adan-Adan (1301), and Warunggahan (1305), Jayanagara disebut sebagai putra Tribhuwaneswari permaisuri utama Raden Wijaya. Secara linguistik, Indreswari lebih mungkin merupakan variasi dari gelar Parameswari, yaitu Tribhuwaneswari, dan tidak bisa diidentifikasi dengan Dara Petak.

Kepustakaan

  • J.L.A. Brandes. 1896. Pararaton (Ken Angrok) of het Boek der Koningen van Tumapĕl en van Majapahit. Batavia: Albrecht & Co.
  • Boechari. 1985–86. Prasasti Koleksi Museum Nasional. Jakarta.
  • Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Slamet Muljana. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
  • Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
  • Wayan Jarrah Sastrawan. 2021. The Precarious Past: Historical Practices in Indic Java. Ph.D. dissertation. University of Sydney.