Lompat ke isi

KRI Pulau Rempang (729)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 10 Januari 2024 12.48 oleh Fadhil Prawira (bicara | kontrib) (Perbaikan bullet point)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

KRI Pulau Rempang (729) merupakan salah satu kapal survei yang dimiliki oleh pemerintah negara Republik Indonesia. Kapal ini termasuk unit kapal yang berada dalam jajaran Satuan Survei Hidro-Oseanografi (Satsurveihidros). Kapal ini merupakan kapal jenis Bantu Hidro-Oseanografi (BHO). Sebelumnya kapal ini merupakan bagian dari formasi awal pada armada penyapu ranjau kelas kondor yang dimiliki oleh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL).[1] Pada awalnya, KRI Pulau Rempang yang bernomor lambung 729 dengan kode KRI PRN-729 adalah kapal jenis penyapu ranjau kelas kondor bekas Jerman Timur. Nama kapal pada saat peluncuran pertama pada tanggal 28 Mei 1971 yaitu Grinma-336.[2]

Nama kapal ini diperoleh dari nama salah satu pulau di Indonesia. yaitu Pulau Rempang. Pulau Rempang adalah nama pulau yang menjadi jembatan penghubung antara Pulau Batam dan Pulau Galang.[3] Seluruh penamaan kapal perang milik TNI AL memang diawali dengan inisial KRI yang artinya Kapal Perang TNI AL. Di bagian depan dari badan kapal terdapat tulisan tiga angka yang merupakan kode nomor lambung kapal. Klasifikasi kapal perang TNI AL terbagi menjadi tujuh yang didasarkan pada fungsi kapal masing-masing. Kapal yang memiliki nomor lambung yang berawalan angka tujuh menandakan kapal tersebut merupakan satuan kapal ranjau. Kapal ini berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa ranjau yang berada di laut. Sementara itu, penamaan kapal tersebut diperoleh dari nama-nama pulau yang ada di Indonesia.[4]

Fungsi awal KRI Pulau Rempang (729) adalah sebagai kapal kelas kondor penyapu ranjau bagi negara Jerman Timur. Pada periode awal 1990-an, TNI AL menambah kekuatan tempur dengan pengadaan armada kapal perang bekas Jerman Timur, Sebanyak total 39 kapal perang dibeli, baik dari jenis kapal korvet, kapal pendarat tank maupun kapal penyapu ranjau, salah satunya ialah Girma 366, yang merupakan nama pertama KRI Pulau Rempang (729).[5]. Setelah bertahun-tahun melaksanakan tugas, beberapa kapal kelas kondor yang dimiliki oleh Republik Indonesia termasuk KRI Pulau Rempang, telah mengalami penurunan fungsi, utamanya penurunan fungsi penyapuan ranjau. Oleh karenanya, kapal ini mengalami pergantian tugas.[6] KRI Pulau Rempang dijadikan hibah bagi Satsuveihidros TNI AL dan dialih-tugaskan menjadi kapal survei dengan dimodifikasi terlebih dahulu.[6] Selain itu, kapal ini disiapkan untuk keperluan penelitian survei, pemetaan wilayah laut, publikasi pengenalan lingkungan di laut dan keselamatan navigasi dalam pelayaran baik untuk kepentingan TNI maupun kepentingan umum,[7]

Survei Hidro-Oseanografi

[sunting | sunting sumber]

Secara rinci kegiatan yang termasuk dalam survei hidro-oseanografi berupa pengukuran kedalaman laut, penyelidikan bahaya selama pelayaran, penggambaran mengenai dasar laut, pengecekan data sarana pendukung navigasi pelayaran, pengukuran periode terjadinya pasang surut air laut dan pengambilan contoh karakteristik dasar laut. Hasil survei kemudian diolah menjadi Peta Laut Indonesia. Peta ini akan menggantikan data survei lautan Indonesia yang dibuat oleh Inggris pada tahun 1908-1924 dan juga data survei lautan Indonesia yang dibuat oleh Belanda pada tahun 1896-1933.[8] Layanan survei hidro-oseanografi dibagi menjadi delapan, yaitu:[9]

  1. Survei batimetri, yaitu menentukan kedalaman laut maupun profil dasar laut melalui analisis data kedalaman dengan menggunakan metode sorotan tunggal dan multi sorotan.
  2. Survei gelombang, yaitu menentukan tinggi rendah gelombang permukaan dengan menggunakan alat pengukuran arus dengan efek Doppler. Alat ini dapat menentukan panjang dan arah gelombang serta besar dan arah arusnya. Alat ini dapat diatur untuk mengukur gelombang dan arus secara sinkron atau bergantian.
  3. Survei arus, yaitu menentukan kecepatan dan arah arus di tempat tertentu yang berkaitan dengan pelayaran kapal. Survei arus dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode pasang bawah atau pasang atas
  4. Survei pasang surut, yaitu mengamati pasang surut air laut untuk menentukan bidang tolok ukur kedalaman serta menentukan kebenaran hasil survei.
  5. Survei gambaran lapisan bawah laut, yaitu menentukan jenis lapisan tanah dasar laut pada kedalaman tertentu dengan menggunakan alat profil sub bawah. Alat ini mampu memancarkan gelombang ultrasonik yang dapat menembus hingga kedalaman tanah tertentu kemudian menerima pantulan gelombang tersebut. Mengacu pada gelombang pantul yang diterima, alat ini dapat menghitung pola lapisan tanah dasar laut..
  6. Survei kualitas air, yaitu menentukan sifat-sifat fisik dan kimia dari air laut. Parameter yang digunakan meliputi besarnya tekanan air laut, level suhu air laut, persentase kandungan oksigen di dalam air laut, tingkat kekeruhan air laut, dan konduktivitas air laut.

Data Teknis

[sunting | sunting sumber]

Material KRI Pulau Rempang terdiri atas anjungan, ruang mesin, geladak buritan, sekoci dan ruang operasi, Selain itu terdapat ruang istirahat, ruang tidur dan ruang makan bagi para bintara dan juga para tamtama.[10]

Penanggung Jawab

[sunting | sunting sumber]

Sebelumnya KRI Pulau Rempang berada di bawah tanggung jawab Mayor Laut (P) Jazim Aziz Mustikawan, S.T.. Pada 24 April 2014, tanggung jawab ini diserahkan kepada Mayor Laut (P) Agus Sutomo, S.T., pada acara serah terima jabatan yang dipimpin langsung oleh Kepala Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL, Laksamana Pertama TNI Aan Kurnia, S.Sos,. beserta Sekretaris dishidros Kolonel Laut (P) Eko Gudhi Wahyono, dan para pejabat teras Dishidros. Acara ini diadakan di Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT) Tanjung Priok, Jakarta.[10] Kapal ini mempunyai total 41 personel dengan 15 personel adalah peneliti dari TNI AL.[11]

Komandan Satuan Survei (Dansatsurvei) merupakan unsur pembantu pimpinan Pusat Hidro-oseanografi TNI AL dan penanggung jawab teknis dalam penyelenggaraan pembinaan kapal-kapal Hidro-oseanografi dan unit-unit Surveihidros dalam melaksanakan segala kegiatan atau operasi survei serta pemetaan Hidro-Oseanografi. Tugasnya meliputi bidang:

  1. Penyusunan program operasi survei dan pemetaan Hidro-soseanografi guna kelancaran kepentingan TNI dan umum,
  2. Pembinaan kekuatan dan kemampuan elemen survei hidro-oseanografi,
  3. Pengontrolan bidang perawatan kapal level organik dan menengah yang dilakukan oleh Anak Buah Kapal pada kapal-kapal sesuai siklus pemeliharaan terencana guna peningkatan unsur teknis,
  4. Penyusunan dan pengawasan pelaksanaan program di bidang perawatan di level menengah,
  5. Pembinaan keunggulan personil unit Surveihidros yang diselaraskan dengan teknologi Survei Hidros termutakhir,
  6. Penyelenggaraan operasi survei hidros untuk kepentingan TNI dan umum sesuai dengan prosedur,
  7. Pengujian, pengembangan dan pemeliharaan taktik mutakhir, teknik dan metoda survei serta pengoperasian kekuatan Satsurvei hidros secara profesional, efisien, efektif dan modern,
  8. Pengontrolan pelaksanaan program yang efisien,
  9. Pengoordinasian dengan Pusat Hidro Oseanografi untuk keperluan pelaksanaan tugas,
  10. Pengajuan saran terkait bidang tugas.[12]

Selama bertugas, KRI Pulau Rempang (729) telah melaksanakan tugas-tugas kemaritiman dengan prestasi yang baik. Kapal ini tercatat pernah membantu pencarian pesawat AirAsia QZ8501 di Laut Jawa pada tanggal 12 Desember 2014[13] Selain itu, kapal ini juga pernah melakukan kegiatan Operasi Survei Pemetaan di perairan Teluk Sampit, Kabupaten Kotawaringin, Provinsi Kalimantan Tengah pada tanggal 8 April 2016[11]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Kondor Class: Penyapu Ranjau TNI AL dari Era Perang Dingin". Indomiliter.com (dalam bahasa Inggris). 2013-08-27. Diakses tanggal 2020-01-12. 
  2. ^ Kurniawan, Nia (2016-04-08). "TNI AL Kerahkan Kapal Peneliti ke Sampit, Ada Apa ya?". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2020-01-13. 
  3. ^ "Sekilas Soal Pulau Rempang – tunawisma" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-01-12. 
  4. ^ Prayitno, Panji (2019-12-09). Ridlo, Muhamad, ed. "Menilik Fungsi Kapal Perang TNI AL dari Nomor Lambung". Liputan6.com. Diakses tanggal 2020-01-13. 
  5. ^ "CATATAN KECIL MAHLUK HALUS JILID 3 "Ranjau Laut tidak akan memenangkan pertempuran, akan tetapi Ranjau Laut akan menentukan jalannya suatu pertempuran"". Diakses tanggal 2020-01-13. 
  6. ^ a b "Seputar Militer Indonesia dan Dunia". www.facebook.com. Diakses tanggal 2020-01-12. 
  7. ^ Fakhri, Fakhrizal (2015-05-15). "Kasal Sambut Kedatangan KRI Tercanggih di Asia". Okezone.com. Diakses tanggal 2020-01-12. 
  8. ^ Redaksi (2019-12-02). "Kapal Canggih Pushidrosal Dikunjungi Masyarakat Batam". samudranesia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-01-15. 
  9. ^ "Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai - Hidro Oseanografi". btipdp.bppt.go.id. Diakses tanggal 2020-01-15. [pranala nonaktif permanen]
  10. ^ a b Mabesal, Dispenal (24 April 2013). "KADISHIDROS INSPEKSI KRI PULAU REMPANG-729". tnial.mil.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-12. Diakses tanggal 13 Januari 2020. 
  11. ^ a b "TNI AL Lakukan Survei Pemetaan di Teluk Sampit – JakartaGreater". Diakses tanggal 2020-01-13. 
  12. ^ "PUSAT HIDROGRAFI & OSEANOGRAFI TNI AL". pushidrosal.id. Diakses tanggal 2020-01-15. 
  13. ^ "Live Update Pencarian AirAsia QZ8501 Hari Ketiga". detikcom. 2014-12-30. Diakses tanggal 2020-01-13.