Lompat ke isi

Njono

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Njono
Informasi pribadi
Lahir(1925-08-28)28 Agustus 1925
Hindia Belanda Cilacap, Hindia Belanda
MeninggalOktober 1969
Indonesia Indonesia
Sebab kematianHukuman mati
Partai politikPartai Buruh Indonesia Partai Komunis Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Njono atau Njono Prawiro (28 Agustus 1925 – Oktober 1969) adalah seorang aktivis buruh dan anggota Politibiro Partai Komunis Indonesia (PKI). Njono dikenal sebagai Sekretaris Jenderal Dewan Nasional Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) dan anggota Politbiro CC PKI yang terlibat dalam Gerakan 30 September.

Riwayat hidup

Awal hidup

Njono lahir di Cilacap pada 28 Agustus 1925.[1][a] Ia adalah putra sulung dari Sastrodiredjo, seorang pegawai jawatan kereta api. Pada tahun 1931, Njono masuk Sekolah Rakyat Taman Siswa (Taman Muda), yang diselesaikannya pada tahun 1938, kemudian meneruskan ke Taman Guru Muda, namun tidak sampai selesai. Ia lalu bekerja sebagai wartawan muda di surat kabar Asia Raja di Jakarta semasa pendudukan Jepang.[3][4]

Karir politik

Pada awal kemerdekaan, Njono menjabat sebagai anggota Badan Pekerja KNI Djakarta Raya sekaligus menjadi anggota KNIP hingga tahun 1946.[3] Njono juga memimpin Serikat Buruh Trem di Kramat sebelum masuk Barisan Buruh Indonesia (BBI) dan menjadi pimpinan BBI cabang Jakarta.[5][4] Njono lalu terpilih menjadi ketua sementara Partai Buruh Indonesia (PBI) pada 26 Juli 1946, menggantikan Sjamsu Harja Udaja yang ditangkap setelah kegagalan Peristiwa 3 Juli dengan Setyadjit sebagai wakil sementara.[5]

Guna memperbaiki kondisi partai yang terpuruk, Njono mengadakan konferensi partai di Solo pada 5 Oktober 1946 untuk melakukan "koreksi diri, seleksi, dan sentralisasi"[b], yakni dengan mengubah haluan partai menjadi lebih moderat sehingga mampu menarik dukungan yang lebih luas dari kalangan buruh. Pernyataan-pernyataan kebijakan partai yang menegaskan haluan partai adalah Marxisme-Leninisme dan menyinggung pertentangan antara kaum buruh dengan kaum kapitalis dihapus.[5]

Berdasarkan hasil Kongres PBI di Malang pada tanggal 6 April 1947, Njono lalu terpilih sebagai wakil ketua, sedangkan Setyadjit menjadi ketua partai.[6][7] Njono menjadi sekretaris jenderal SOBSI sejak November 1946.[4] Njono kemudian menjadi ketua SOBSI pada bulan Januari 1950 setelah kembali dari kunjungan ke Tiongkok.[8] Sejak 1953, Njono juga diangkat menjadi Wakil Presiden Federasi Serikat Buruh Seluruh Dunia (WFTU).[3]

Meskipun memiliki hubungan yang dekat dengan D.N. Aidit dan seringkali dianggap telah menjadi anggota PKI sejak lama, Njono baru secara resmi mengajukan permohonan untuk bergabung dengan PKI pada bulan Desember 1954.[9] Njono kemudian dilantik sebagai calon anggota Politbiro sebagai hasil Kongres Nasional PKI ke-VI yang diselenggarakan pada tanggal 7-14 September 1959 dan resmi menjadi anggota Politibiro pada Februari 1963.[10] Njono juga menjadi ketua Comite Daerah Besar (CDB) PKI Djakarta Raya.[11]

Keterlibatan dalam Gerakan 30 September

Saat peristiwa Gerakan 30 September, Njono berperan dalam membagi Jakarta menjadi enam sektor, di mana pada tiap sektor dipersiapkan sukarelawan sipil sebagai tenaga cadangan dalam melancarkan operasi. Sebagian besar sukarelawan berasal dari Pemuda Rakyat dan telah menerima latihan militer di Lubang Buaya. Akan tetapi, hanya sektor Gambir yang bergerak dan menjalankan tugas untuk menduduki gedung telekomunikasi (Gedung STO Gambir).[12]

Akhir hidup

Atas keterlibatannya dalam Gerakan 30 September, Njono ditangkap oleh tentara pada 3 Oktober 1965 dan pada tanggal 21 Februari 1966, divonis mati lewat putusan Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub).[13] Njono akhirnya menjalani hukuman mati pada bulan Oktober 1969 dan meninggalkan seorang istri yang juga ditahan sejak Oktober 1965 di Penjara Bukit Duri, sebelum dipindahkan pada bulan April 1971 ke Kamp Plantungan.[14]

Catatan

  1. ^ Parlaungan menuliskan tahun lahirnya adalah 1922.[2]
  2. ^ "zelfcorrectie, selectie, dan centralisatie."[5]

Referensi

  1. ^ "Gerakan 30 September" 1966, hlm. 7.
  2. ^ Parlaungan 1955, hlm. 279.
  3. ^ a b c Parlaungan 1956, hlm. 279.
  4. ^ a b c Matanasi, Petrik (2017-12-18). "Masa-Masa Terakhir Njono, Petinggi PKI Penggerak Buruh". Tirto.id. Diakses tanggal 2023-12-27. 
  5. ^ a b c d Sutter 1959, hlm. 460.
  6. ^ Nieuwe Courant (11 April 1947). "Congres van de Partai Boeroeh Indonesia". Delpher.nl. Diakses tanggal 4 Januari 2024. 
  7. ^ Sutter 1959, hlm. 461.
  8. ^ Hindley 1966, hlm. 133-134.
  9. ^ Hindley 1966, hlm. 332.
  10. ^ Hindley 1966, hlm. 66-67.
  11. ^ Roosa 2008, hlm. 341.
  12. ^ Roosa 2008, hlm. 146-147.
  13. ^ "Gerakan 30 September" 1966, hlm. 18, 30.
  14. ^ "Tapol Bulletin No. 2, November 1973". Tapol Bulletin (2): 12. 1973. 

Daftar Pustaka

  • "Gerakan 30 September" Dihadapan Mahmilub I: Perkara Njono. Jakarta: Pusat Pendidikan Kehakiman AD. 1966. 
  • Hindley, Donald (1966). The Communist Party of Indonesia, 1951-1963. Berkeley: University of California Press. ISBN 978-0520005617. 
  • Parlaungan (1956). Hasil Rakjat Memilih Tokoh-tokoh Parlemen (Hasil Pemilihan Umum Pertama - 1955) di Republik Indonesia. Jakarta: C.V. Gita. 
  • Roosa, John (2008). Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto. Jakarta: Institut Sejarah Sosial Indonesia. ISBN 978-979-17579-0-4. 
  • Sekretariat DPR-GR (1970). Seperempat Abad Dewan Perwakilan Rakjat Republik Indonesia. 
  • Sutter, John O. (1959). Indonesianisasi: Politics in a Changing Economy, 1940-1955, Vol. 2. New York: Cornell University.