Lompat ke isi

Soemantri Praptokoesoemo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 25 Januari 2024 09.23 oleh Qibbor (bicara | kontrib)
Prof Mr Haji Raden Mas Soemantri Praptokoesoemo
Prof Mr Haji Raden Mas Soemantri Praptokoesoemo

Prof. Mr. Soemantri Praptokoesoemo atau Prof. Mr. Raden Mas. H. Soemantri Praptokoesoemo / Soemantri Praptokoesoemo/ Prof. Mr. Sumantri Praptokusumo/ Mr. Soemantri Praptokusumo/Prof. Sumantri Praptokusumo S.H./Prof. Soemantri Praptokoesoemo S.H., lahir di Kranggan, Temanggung, 12 Juni 1912 adalah putra dari Bapak RMP.Tejokoesoemo yang terakhir bekerja sebagai Asisten Wedana di Cilacap (kota). menikah dengan Rr. Oerip Yuliana Martohadinegoro (Istri I) Soerti Oetami (Istri II). Merupakan seorang pejuang kemerdekaan, akademisi dan teknokrat.

Kehidupan Awal

Soemantri Praptokoesoemo adalah anak tertua dari seorang adik perempuan dan seorang adik laki-laki. Tiga bersaudara ini masih kecil-kecil ketika mereka menjadi yatim. Setelah ayahnya meninggal, mereka dibawa ibunya ke Madiun dan diserahkan kepada pamannya yang seorang Bupati Wonosobo.

Ia disekolahkan di Inlandsche School selama satu tahun. Kemudian ia pindah ke Blora mengikuti pamannya yang seorang Adjunct Djaksa. Disana ia di masukkan ke HIS Hollandsch-Inlandsche School dan tamat pada tahun 1926.

Kenangan yang membekas dalam ingatan Soemantri Praptokoesoemo kecil adalah dimana ia menyaksikan pamannya yang harus menyembah dan mlaku ndhodhok (berjalan sambil berjongkok) di hadapan residen Belanda supaya ia dapat izin masuk sekolah tersebut. Kenangan ini yang membuat ia tidak berminat menjadi pamong praja dan tidak mau masuk OSVIA Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren dan memilih MULO Meer Uitgebreid Lager Onderwijs di Surabaya (1926-1930), karena ia bercita-cita menjadi hakim. Cita cita ini timbul karena ia melihat bahwa kedudukan hakim tidak berada di bawah residen sehingga tidak perlu menyembah residen.

Pengaruh Pergerakan

Sejak di MULO, ia telah mendapat pengaruh dari Pergerakan Nasional melalui pidato-pidato dari Orang Pergerakan. Terutama karena ia merasa adanya diskriminasi terhadap murid-murid yang masuk MULO dari HIS yang mana harus memulai dari ELS Europeesche Lagere School. Pengaruh itu membawa ia dan kawan-kawan mendirikan perkumpulan anak-anak Indonesia yang bersekolah di MULO, dimana ia menjadi Wakil Ketua I.M.V Indonesische MULO Vereeniging. Selain itu ia juga menjadi anggota Jong Java. Hobbinya adalah sepak bola dan musik.

Setelah tamat dari MULO, ia di pindah ke Bandung dan bersekolah di AMS Algemeene Middelbare School setingkat SMA. Di sekolah ini minatnya kemudian berkembang terhadap mata pelajaran bahasa dan bahasa asing. Ia sangat tertarik terhadap bahasa Perancis, dikarenakan bahasa Perancis merupakan bahasa diplomasi pada masa itu.

Pengaruh orang-orang Pergerakan terhadap pendidikannya didapat melalui kursus-kursus yang di berikan oleh mahasiswa-mahasiswa Rechtshoogeschool te Batavia di Jakarta yang datang ke Kota Bandung, terutama dari Mohammad Yamin. Kemudian ia menjadi anggota Pengurus Indonesia Moeda di Bandung.

Keinginannya untuk melanjutkan dan memperdalam bahasa Perancis di Negara Perancis dan negara Belanda tidak dapat terlaksana karena ia tidak berhasil mendapatkan beasiswa. Karena itu ia terpaksa masuk Rechtshoogeschool te Batavia dan memilih jurusan Sociologisch Economissch dan selesai pada tahun 1942 dengan judul skripsi De Sociaal Economische Toestand Van De Desa Plered (Purwakarta) - Met Nadruk op de Keramische Industrie artinya Keadaaan Sosial-ekonimis desa Plered (Purwakarta) dengan menekankan pada kerajinan usaha keramik.

Selama menjadi mahasiswa ia tinggal bersama pamannya yang berdomisili di kota Bogor. Ia ikut Unitas Studiosorum Indonesiesis (USI), juga Jong Java dan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI)

Masa Pendudukan Jepang dan Masa Awal Kemerdekaan

Setelah menyelesaikan studinya di Rechtshoogeschool kemudian pada zaman penjajahan Jepang, ia bekerja di Gunseikanbu Naimubu Rumokyoku Koseika (Bagian Sosial Kantor Perburuhan, Departemen Dalam Negeri) di Jakarta. dengan tugas Nugyo Imin (Transmigrasi Petani) ke Lampung dan urusan Romusha juga dalam bantuan untuk fakir miskin.

Pada masa kemerdekaan Republik Indonesia kantor Naimubu menjadi kantor Kementerian Sosial di bawah Menteri Iwa Koesoemasoemantri dengan program utama mencegah orang-orang Indonesia menjadi jongos atau babu orang Belanda.

Pengalaman yang sangat heroik yang di alami oleh Soemantri Praptokoesoemo pada masa ini adalah adanya insiden bendera di Kementerian dalam Negeri, karena bendera Merah Putih di turunkan oleh Kempeitai, sehingga dirasakan perlunya Menteri dalam Negeri yang saat itu di jabat oleh Wiranatakusumah V ikut menghadiri apel pengibaran bendera tersebut. Di dalam apel ini Soemantri Praptokoesoemo menjadi anggota pengibar bendera. Ia sempat di ancam Kempeitai tetapi tidak di perdulikannya. Persoalan tersebut kemudian selesai dengan pindahnya orang orang jepang yang bekerja untuk Naimubu dari kantor tersebut.

Agresi Belanda I dan II

Setelah masukknya NICA Pemerintahan Sipil Hindia Belanda, kantor Kementerian Sosial pindah ke Jalan Cemara dan setelah situasi bertambah gawat pindah ke Daerah Istimewa Yogyakarta dan selama Revolusi fisik berkantor di Jalan Code bersama-sama dengan Kementerian Penerangan dan Kementerian Pertahanan.

Departemen Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia didirikan pada tanggal 19 Agustus 1945 oleh Surat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Tugas utama adalah mengurus korban perjuangan dan pengungsi fakir miskin dan anak yatim.

Pada masa Agresi Militer Belanda II, kantor di Jalan Code dihancurkan Belanda, sehingga harus mulai lagi dari awal dimana Kantor berpindah ke Tugu No.48.

Soemantri Praptokoesoemo merupakan salah seorang penyusun organisasi Departemen Sosial. Ia juga telah menciptakan cara-cara bimbingan sosial terhadap masyarakat dengan usaha mengalihkan anak-anak bandel menjadi kurir-kurir yang berani, dengan tujuan untuk menghubungi para gerilyawan pejuang kemerdekaan dan merampas senjata-senjata Belanda.

Setelah pengakuan kemerdekaan Indonesia, kementerian Sosial pindah kembali ke Jakarta, Tetapi Soemantri Praptokoesoemo tetap tinggal di Yogyakarta dan bekerja pada Kementerian Sosial Republik Indonesia.

Berkas:Bersama Mohammad Hatta.jpg
kegiatan bersama Mohammad Hatta

Prof. Mr. Haji. Raden Mas. Soemantri Praptokoesoemo adalah pencipta lambang pembangunan kesejahteraan sosial / Lambang Pembangunan Sosial (Adicita Pekerjaan Sosial) pada tanggal 20 Desember 1949. Dimana kemudian lambang tersebut pernah menjadi lambang atau logo Departemen Sosial dan lambangnya Pembimbing Pekerja Sosial (PSM) serta lambang kebanggaan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), selanjutnya digunakan menjadi dasar Lambang Satyalancana Kebaktian Sosial PERMENSOS NO.10 TAHUN 2019. Pada tanggal 20 Desember ini pula di tetapkan sebagai "Hari Sosial" atau "Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional" (HKSN). Ia menjabat sebagai Sekretaris Jendral Departemen Sosial Republik Indonesia.

Pada masa Menteri Muljadi Djojomartono ia dikirim ke Inggris pada tahun 1957-1958 untuk belajar masalah kesejahteraan sosial Course of Instruction in Social Welfare selama satu tahun, yang dimana sebelumnya ia telah mendirikan Balai Penelitian Kesejahteraan Sosial di Yogyakarta pada tahun 1954.

Pada masa RIS Republik Indonesia Serikat ia tetap bekerja di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Pimpinan Bagian Tehnis Departemen Sosial.

Pada tahun 1956, Soemantri Praptokoesoemo menjadi Dosen Luar Biasa fakultas Sosial Politik di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dalam mata kuliah Capita Selecta. Pada tahun 1962, mendirikan Fakultas Kesejahteraan Sosial di Universitas Muhammadiyah Jakarta yang kemudian berubah menjadi Fakultas Ilmu-ilmu Sosial, dan pada tahun 1982 menjadi Dekan di fakultas tersebut. Kemudian diangkat menjadi Guru Besar Luar Biasa pada Fakultas Keguruan (IKIP/UPI Bandung) pada tahun 1978.

Soemantri Praptokoesoemo adalah pelopor/penggagas berdirinya Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Netra "Wisma Tan Miyat" yang diresmikan oleh Menteri Kesejahteraan Sosial pada tanggal 20 Desember 1959, berlokasi di Jl. R.S Fatmawati Jakarta Selatan. Dan pada tahun 1961 diadakan kerjasama dengan Depdiknas didirikanlah Sekolah Luar Biasa SLB/A "Tan Miyat" dalam rangka untuk mencerdaskan anak-anak penyandang cacat netra. Berdasarkan KEPMENSOS no.41 Tahun 1979 berubah nama menjadi Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Netra (PRPCN) “Wisma Tan Miyat” sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) berada dibawah Kanwil Departemen Sosial Propinsi DKI Jakarta. Pada tahun 1992 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial RI No. 47HUK1992 Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Netra PRPCN Wisma Tan Miyat dipindahkan ke Jl. H.Moelyadi Djoyomartono No.19 Bekasi Timur. Pada Tahun 1995 diadakan perubahan nama panti berdasarkan KEPMENSOS no.22/HUK/1995 menjadi Panti Sosial Bina Netra "Tan Miyat" Bekasi.

Soemantri Praptokoesoemo adalah pelopor/penggagas Sekolah Pekerja Sosial Tingkat Atas/ Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial (SPSA) yang berada di Bandung, Yogyakarta dan Malang, yang mana terdapat pula pendidikan lanjutannya berupa Akademi Pendidikan Pekerja Sosial sebagai pendidikan lanjutan selama 2 tahun yang di resmikan pada tahun 1964 Oleh Menteri Sosial Rusiah Sardjono.

Pada masa menjelang G-30-S/PKI ia mendirikan Ikatan Keluarga Sosial sebagai tandingan dari Sarekat Sekerdja Sosial yang kemudian di bekukan oleh dirinya sendiri selaku Sekretaris Jendral Departemen Sosial.

Soemantri Praptokoesoemo adalah salah satu pendiri organisasi sosial non pemerintah yaitu Komite Nasional untuk Kesejahteraan Sosial berdasarkan pada Piagam Pendirian pada 17 Juli 1967 dan diangkat menjadi Ketua I, kemudian Komite tersebut berubah nama menjadi Dewan Nasional Indonesia dan Kesejahteraan Sosial (DNIKS) dimana pada musyawarah nasional di tahun 1970 Ia diangkat menjadi Sekjen DNIKS.

Soemantri Praptokoesoemo adalah pencetus ide Karang Taruna untuk menampung kegiatan para remaja.

Berkas:Bersama dengan Presiden Soeharto di kediaman beliau.jpg
bersama denga Presiden Soeharto

Prof. Mr. Haji. RM. Soemantri Praptokoesoemo pensiun dari Kementrian Sosial pada tahun 1969, namun beliau tetap berkarir sebagai pengajar atau dosen di beberapa kampus negeri dan swasta di Indonesia hingga akhir hayatnya. Ia banyak menulis artikel mengenai Pekerjaan Sosial di Indonesia.

Soemantri Praptokoesoemo menikah dengan Rr. Oerip Yuliana Martohadinegoro (Istri I) dan dikaruniai 3 orang putri yang bernama :

1. RA. Hadiyanti Soemantri Praptokoesoemo

2. RA. Dianiati Soemantri Praptokoesoemo

3. RA. Hanani Soemantri Praptokoesoemo

Setelah (Istri I) meninggal dunia, menikah kembali dengan Soerti Oetami (Istri II) dan tidak memiliki keturunan.

Jabatan / Karir

1. Naimubu - Santoo Gizyutukan - Naimubu Zuki, 1943

2. Kepala Balai Penyelidikan dan Penyanderaan Sosial (BPPS)/(BP2P3KS) Yogyakarta, 1956

3. Sekjen Departement Sosial RI, 1945-1969

4. Menteri Sosial Ad Interim RI, 1963

5. Guru Besar/ Dekan Universitas Muhammadiyah Jakarta, 1982

6. Guru Besar Luar Biasa IKIP/UPI Bandung, 1978

7. Dosen Luar Biasa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1956

8. Guru Besar PTK/STIK-PTIK, 1968

9. Guru Besar Etika Sosial Universitas Padjajaran Bandung, 1976

10. Dewan Redaksi Penerbitan Buku Ilmu Administrasi Negara Lembaga Administrasi Negara - Anggota, 1964

11. Guru Besar Luar Biasa Intitut Ilmu Pemerintahan Jakarta, 1982

12. Sekjen DNIKS, 1970

13. Guru Besar STIA-LAN Jakarta, 1963

14. Guru Besar FIPK Universitas Atmajaya Jakarta, 1973


Buku / Karya Tulis / Artikel

1. Pademalan Sosial, 1953

2. Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Indonesia

3. Pembangunan Keluarga Sejahtera

4. Kesejahteraan anak

5. Riwayat Usaha-Usaha Kesejahteraan Sosial di Indonesia

6. Ilmu - Ilmu Sosial dan Pekerjaan Sosial

7. Hal - Hal Kemanusiaan

8. Membangun Dan Memperkembangkan Pribadi sebagai Karakter Susila, Esensi Mental Orde baru, Dies Natalis XXII, PTIK, 1968

9. Manusia Lanjut Usia

10. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila

11. Kepribadian dalam hubungan antar Manusia

12. Manusia Sebagai Makhluk Susila

13. Akal dan Karsa dalam Perbuatan Manusia

14. Kewajiban dan Hatinurani

15. Fragmenta Socialia, 1956

16. Himpunanan Bahan Kuliah Etika Jabatan, 1982

17. Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial, 1982

18. Lembaga Sosial Desa Sebagai Alat Kelengkapan Dalam Pembangunan Nasional Semesta Berencana, 1962

19. Bimbingan Sosial, 1965

20. Nilai dan Kepribadian, 1975

21. Tudjuan dan Kedudukan Pekerdjaan Sosial di Indonesia, 1956

22. Djawatan Pekerdjaan Sosial. Bagian Penjuluhan, 1961

23. Mewujudkan Kesedjahteraan Sosial Dengan Pembangunan Semesta, 1962

24. Membangun Keluarga Sedjahtera Sebagai Batu Pedomen Masjarakat Tata-Tentrem Kerta-Rahardja, 1961

25. Social Work And Welfare In Indonesia, 1953

26. Toward Raising The Standard of Living In Indonesia, 1952

27. Aspek-Aspek Sosial Dalam Usaha Pendidikan Masjarakat, 1957

28. Pekerdjaaan Sosial Dan Ilmu Pengetahuan Sosial Di Indonesia, 1955

29. Perihal Pendidikan Ulangan, 1961

30. Para Tuna, Para Tunanetra Chususnja Dalam Pembangunan Masjarakat-Sosialis-Indonesia-Berdasarkan-Pantjasila, Prasaran-Penjuluhan Sosial, 1964

31. Peranan dan Sumbangan Pekerdjaan Sosial Dalam Membangun Masjarakat Adil dan Makmur, 1960

Referensi

1. KAN PO(Berita Pemerintah) Madjallah diterbitkan oleh Gunseikanbu.[1]

2. Biografi Nasional, Biografi Guru-Guru Besar DKI Jakarta.[2]

3. Fungsi Administrasi Negara.[3]

4. Orang Orang Indonesia Terkemuka Di jawa.[4]

5. Menjelang Dua Tahun Kabinet Karya, 9 April 1957 - 9 April 1959.[5]

6. Sejarah Berdirinya PSBN Tan Miyat.[6]

7. Modernization of social work and the state : a critical survey of its historical development in Indonesia.[7]

8. Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan Di Panti Sosial Bina Netra ‘TUMOU TOU TOMOHON’ Manado Dan ‘TAN MIYAT’ Bekasi.[8]

9. Mengoptimalkan kepedulian sosial masyarakat.[9]

10. About DNIKS.[10]

11. Penjuluhan Sosial.[11]

12. Dua puluh tahun Indonesia merdeka Vol VII.[12]

13. Rangkuman Pandangan Usaha Kesejahteraan Sosial.[13]

Penghargaan / Tanda Jasa

TandaJasa
TandaJasa

1. Satyalantjana Kemerdekaan (KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. 454 TAHUN 1961). [1]

2. Satyalancana Dwidya Sistha

3. Satya Lancana Pembangunan Sosial. [2]

  1. ^ Kan po. Ryukei Shyosha. 1943. 
  2. ^ [3], Terbitan Depdikbud.
  3. ^ [4].Dewan Redaksi Penerbitan Buku Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara
  4. ^ M, Petrik. Orang2 Indonesia Terkemuka di Jawa. 
  5. ^ [5].Terbitan Khusus Kementerian Penerangan RI
  6. ^ [6]. Landasan Hukum
  7. ^ [7].Tesis Budi Rahman Hakim 2004,McGill University Canada
  8. ^ [8].Ejurnal Kemensos.go.id-Sosio Konsepsia-Mulia Astuti
  9. ^ [9].Kajian Pengalaman Melembagakan Kordinasi Usaha Kesejahteraan Sosial Melalui BKSPA, BPKKS, dan DNIKS - Vera Wullur
  10. ^ [10].Landasan Hukum DNIKS
  11. ^ [11].Seminar Masalah Tuna Netra,1964
  12. ^ [12].20 TAHUN INDONESIA MERDEKA, KOMPARTIMEN KESEDJAHTERAAN *DEPARTEMEN KESEHATAN *DEPARTEMEN SOSIAL, Departemen Penerangan R.I., 1966 - Halaman 279
  13. ^ [13].Rangkuman Pandangan Usaha Kesejahteraan Sosial, Dinas Sosial Daerah Khusus Ibukota Jakarta,1985 - Hal 46,Hal 140