Mas Pardi
Mas Pardi | |
---|---|
Kepala Staf Umum TKR Laut ke-1 | |
Masa jabatan 1945 – 1946 | |
Presiden | Sukarno |
Informasi pribadi | |
Lahir | Ambarawa, Keresidenan Semarang, Hindia Belanda | 1 Oktober 1901
Meninggal | 13 Agustus 1968 Semarang, Jawa Tengah, Indonesia | (umur 66)
Kebangsaan | Indonesia |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Laut |
Masa dinas | 1945 - 1957 |
Pangkat | Laksamana Muda TNI |
Satuan | Korps Pelaut |
Sunting kotak info • L • B |
Laksamana TNI (Purn.) Mas Pardi (1 Oktober 1901 – 13 Agustus 1968) adalah pendiri dan sekaligus pemimpin dari BKR Laut pusat, yang merupakan cikal bakal dari TNI Angkatan Laut. Mas Pardi juga terkenal sebagai "Bapak Pelayaran Indonesia" dengan banyak mendirikan sekolah maritim pada saat itu. Pada tanggal 10 September 1945, BKR laut diubah namanya menjadi TKR Laut. Pada saat itu jabatan Mas Pardi masih bernama Kepala Staf Umum TKR Laut. Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya namanya diabadikan menjadi salah satu gedung yang ada di Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang dan Akademi Angkatan Laut.
Bapak Ilmu Pelayaran
Mas Pardi sudah aktif dalam dunia pelayaran sejak masa penjajahan Belanda. Masuknya Jepang pada tahun 1942 ke Indonesia, Mas Pardi yang termasuk sebagai Pelaut Senior di kalangan pribumi melanjutkan kariernya ke Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT) yang dibentuk oleh Kaigun (Angkatan Laut Jepang) yang saat ini institusinya bernama Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.
Bersama dengan Sudomo, Ali Sadikin, RE Martadinata,Yos Sudarso, yang merupakan murid-muridnya di SPT Semarang, Mas Pardi aktif menjadi instruktur untuk para pelaut muda. Menjelang kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, Mas Pardi dan barisan pelaut atau bahariwan Indonesia turut mengawal pembacaan Teks Proklamasi di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 bersama Barisan Pelopor.
Pada 10 September 1945, Mas Pardi menggalang kembali bahariwan Indonesia yang tercecer dalam suatu wadah bernama BKR Laut. Badan ini yang kemudian bertransformasi menjadi TKR Laut dan turut serta dalam menggelar aksi pertempuran melawan Sekutu/Belanda baik di laut maupun darat di berbagai daerah Indonesia.[1]
Pasukan BKR Laut
Setelah merampungkan keorganisasian TKR Laut, Mas Pardi yang termasuk kalangan sepuh (seusia dengan Bung Karno) digantikan oleh Mohammad Nazir sebagai pucuk pimpinan badan pertahanan matra laut. Selanjutnya, Mas Pardi aktif kembali dalam dunia pendidikan pelaut dan bekerja di jawatan pelayaran di Yogyakarta. Pasca pengakuan kedaulatan, pemerintahan Indonesia tengah berbenah dalam memperbaiki struktur kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk dalam tubuh Angkatan Laut. Seiring dengan dibangunnya IAL – Institut Angkatan Laut (sekarang AAL) pada tahun 1953, Bung Karno sudah mencanangkan Indonesia sebagai negara maritim yang besar.
Pidatonya yang terkenal saat peresmian IAL ialah sebagai berikut: "Usahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaut kembali. Ya…, bangsa pelaut dalam arti seluas-luasnya. Bukan sekadar menjadi jongos-jongos di kapal, bukan! Tetapi bangsa pelaut dalam arti kata cakrawati samudra. Bangsa pelaut yang mempunyai armada niaga, bangsa pelaut yang mempunyai armada militer, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut menandingi irama gelombang lautan itu sendiri".
Meninggal Dunia
Beliau wafat di Poliklinik SPM Semarang, Jawa Tengah karena sakit dalam usia 66 tahun, hari Selasa tanggal 13 Agustus 1968 jam 18.45 WIB.[2] Makam beliau dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal, Semarang, Jawa Tengah pada tahun 2012.
Referensi
- ^ "Sosok Mas Pardi, Bapak Ilmu Pelayaran"
- ^ Sejarah Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (Periode Perang Kemerdekaan) 1945 - 1950. Jakarta: Dinas Sejarah TNI-AL. 1973. hlm. 768.
Jabatan militer | ||
---|---|---|
Didahului oleh: tidak ada |
Kepala Staf TNI Angkatan Laut 1945-1946 |
Diteruskan oleh: Mohammad Nazir |